Setelah mandi dan berganti baju dengan pakaian kasual, Steven langsung turun ke lantai bawah, berniat ingin menemui Kanaya yang ia tinggal bersama orangtuanya. Entah kenapa, Steven merasa bersalah karena meninggalkan gadis itu sendiri bersama dengan mamanya, yang tentunya masih asing untuk Kanaya bisa akrab.
Dengan cepat, Steven melangkahkan kakinya hingga saat tubuhnya sudah berada di ruang keluarga, matanya justru melihat Kanaya begitu asyik menonton tv dengan mamanya. Dua wanita itu begitu terlihat akrab, dengan sesekali tertawa hal lucu di film yang mereka tonton. Membuat Steven seketika tersenyum tipis, merasa lega karena Kanaya seperti nyaman berada di samping mamanya.
Dengan sedikit tenang, Steven kembali melangkahkan kakinya ke arah ruang keluarga, berniat ingin menyapa keduanya. Walau Steven harus memasang ekspresi biasa, demi bisa menutupi perasaannya yang entah bagaimana bisa sebahagia itu hanya karena ada Kanaya di rumahnya dan akrab dengan orang tuanya.
"Steve," panggil mamanya setelah menyadari kehadiran putranya itu, yang turut ditatap oleh Kanaya yang juga baru menyadari kehadiran lelaki itu. Namun tatapan Kanaya justru dibuat terkagum kala matanya melihat Steven dengan pakaian kasualnya, membuat lelaki itu terlihat lain dari biasanya yang selalu pakai kemeja atau jas kerja. Bukan hal buruk sebenarnya untuk penampilan Steven saat ini, karena justru di mata Kanaya, Steven terlihat lebih muda dari usianya. Membuat lelaki itu lebih menawan dan tampan, hingga karismanya sangat jelas bisa Kanaya lihat.
"Kamu sudah mandi?" tanya mamanya, yang langsung menyadarkan Kanaya yang sempat dibuat kagum dengan pesona Steven.
"Iya sudah lah, Ma." Steven mendudukan tubuhnya di samping Kanaya, membuat gadis itu dibuat gugup tidak seperti biasanya.
"Papa ke mana, Ma?" tanya Steven setelah menyadari tidak ada papanya di sana.
"Papa pergi ke kamar, lagi ngambek karena Mama sama Kanaya menonton film ini, tapi Papa enggak suka. Padahal film ini kan lucu, dari tadi aja Mama sama Kanaya tertawa terus, ya kan, Sayang?" ujar wanita itu sembari meminta persetujuan Kanaya, yang langsung mengangguk untuk menyetujuinya.
"Iya, Tante. Sayang banget tadi Om pergi, padahal kan filmnya lucu." Kanaya menyahut setuju.
"Ya sudah, Mama ke Papa dulu sana! Nanti Papa tambah ngambek loh," ujar Steven menakuti, membuat mamanya berpikir kali ini.
"Iya juga sih, ya sudah kalau begitu Tante ke Om dulu ya, Sayang? Nanti Tante enggak dapat uang shopping kalau Om marah," pamitnya ke arah Kanaya yang hanya bisa mengangguk kaku untuk menjawabnya, karena tidak itu berarti dirinya dengan Steven akan berduaan di ruang keluarga, membuat Kanaya semakin dibuat gugup dengan posisinya.
"I-iya, Tante." Kanaya menjawab terpaksa, membuat Steven tersenyum melihat mamanya yang mau-maunya ditakut-takuti.
"Sebentar lagi, Tante balik kok. Kamu jangan khawatir! Tante enggak akan membiarkan kamu lama-lama sama bujang lapuk, nanti kamu diapa-apain lagi," sindir wanita itu sembari melirik sinis ke arah Steven, yang hanya bisa tersenyum hambar mendengar ucapan mamanya yang selalu saja merendahkannya.
"Iya, Tante." Kanaya menjawab lega diiringi senyum tipis dari bibirnya, karena mamanya Steven itu ternyata bisa memahami ketakutannya.
"Memangnya kamu takut dekat-dekat sama saya?" tanya Steven tiba-tiba setelah matanya melihat sosok mamanya menjauh dari tempat mereka. Sedangkan Kanaya yang sempat terkejut itu hanya menatap kaku ke arah Steven, merasa bingung harus menjawab apa, karena sebenarnya ia cukup takut bila Steven berbuat mesum, tapi bila mengingat janjinya yang harus Kanaya tepati, sepertinya Kanaya juga harus memantapkan hati dan mentalnya andai saja Steven benar-benar berbuat yang tidak-tidak dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om, nikah yuk! (TAMAT)
Romance"Om, nikah yuk!" "Anak kecil kaya kamu itu seharusnya kuliah, supaya masa depanmu cerah. Ini malah mau mengajak menikah." "Buat apa kuliah, Om? Kalau cita-cita Naya enggak harus pakai gelar sarjana?" "Memangnya cita-cita kamu apa?" "Menikah sama Om...