Kini mentari menyapa wajahnya langsung ditemani angin sepoi yang menerbangkan rambutnya. Masa bodo dengan rambutnya yang bisa saja kusut hari ini karna ia tak mengikat rambutnya sepenuhnya.
Elis begitu takjub dan tak percaya jika ada tempat seperti ini disekolahnya. Bahkan ada taman kecil disini, dan juga ada meja serta kursi untuk duduk. Herannya tidak ada orang selain dirinya dan Hansung disini.
Ya, kini ia ada diatas roftoop bersama Hansung. Entah bagaimana Hansung bisa membuka pintu roftoop yang biasa terkunci itu. Dia tau kalau pintu roftoop biasa dikunci karna beberapa kali ia mencoba datang ke tempat itu.
"Aku mengajakmu kesini untuk mengerjakan tugas Elis, bu–" ucap Hansung yang membuat Elis menoleh padanya, tapi bukannya berhenti tekagum dia malah–
"Woaaah, aku tak menyangka ada tempat seperti ini disini" ucap Elis terkagum, dia tak menghiraukan ucapan Hansung sebelumnya.
"Tapi kenapa disini sepi? Padahal tempat ini cukup bagus untuk menikmati cuaca cerah ini" ucap Elis lagi sambil mencoba menatap mentari walau matanya harus memicing karna silaunya.
"Bahkan ada tamannya. Woaaah siapa yang merawat tanaman-tanaman cantik ini?" kini ia berlari mendekat ke arah taman kecil disudut tempat luas itu.
Hansung hanya mengikuti arah lari Elis dari belakang sambil tersenyum atau sesekali terkekeh oleh tingkahnya.
"Han, bolehkah aku memetik bunga ini?" tanya Elis pada Hansung sambil menunjuk pada bunga mawar putih yang mekar sempurna tepat didepannya.
Hansung hanya mengangguk memperbolehkan apa yang diinginkan gadis itu, bagaimana dia tak mengijinkan. Melihat wajahnya yang memohon tadi, sudah seperti anak tk yang minta dibelikan boneka beruang kecil.
Tangan Elis sudah sampai di tangkai bunga itu tapi dia tidak jadi memetiknya, dia hanya mengelus lembut kelopak bunga mawar itu.
"Kenapa tidak jadi? Apa kau takut pada duri bunga itu?" tanya Hansung
"Tidak, hanya saja.. Sangat sayang jika bunga cantik ini yang sudah susah payah untuk mekar, layu begitu saja. Hanya karna keinginanku untuk memilikinya" ucap Elis sambil tersenyum merekah bahkan melebihi bunga mawar putih yang kini memang sedang merekah.
"Biarkan saja dia layu dengan sendirinya, setidaknya dia tak merasakan sakit" Elis kembali menatap bunga mawar itu.
"Hey, kenapa kau jadi begitu puitis sekarang?" tanya Hansung heran, baru saja gadis itu memohon untuk memiliki bunga mawar putih itu. Tapi sekarang dia seperti– entahlahh
"Apa aku begitu puitis?" tanya Elis pada Hansung.
"Aishh, sudahlah. Sekarang apa kau tak mau menge–" ucapnya terpotong saat Elis berjongkok lagi menatap bunga mawar itu.
"Bertahanlah selama mungkin" tangannya kembali mengelus kelopak bunga mawar itu "Jadi cantik memang butuh proses, tapi berjuanglah sebisamu. Aku akan disini menemani perjuanganmu" kini ia menatap bunga yang belum sempat mekar.
"Hey, apa kau bisa bicara dengan bunga?" tanya Hansung yang kini ikut berjongkok disamping Elis.
"Tentu ti.. Bisa" jawab Elis tersenyum
"Heh? Benarkah?" Hansung sontak saja menatap Elis terkejut, ia tak begitu bodoh sampai mempercayai hal tidak jelas. Tapi kenapa dia percaya pada Elis?.
Elis tentu saja tertawa melihat ekspresi kaget lelaki satu ini "Mana bisa aku bicara dengannya? Dasar" tangannya spontan memukul pelan pundak Hansung.
"Ya! Kenapa kau memukulku?" tanya Hansung sambil mengelus pundaknya.
"Apa pukulanku begitu keras hingga membuatmu kesakitan atau memang tubuhmu yang lemah?" ejek Elis dengan senyum jahilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Trainee (Hiatuuuusssss)
Random"Eliiis....." Suara Ana dari koridor yang memecah sepi "Ya! Kau membuatku tekejut " "Elis.." ia berkata sambil menyunggingkan senyum mencurigakannya. Dan aku menyipitkan kedua mataku menatapnya curiga " Aku mengirim videomu ke Bighit" jelasnya man...