"Kehadiranmu memang tiba-tiba dalam hidupku, namun dengan cepat bisa mengisi semua sel-sel pikiranku dengan wajahmu. Sudah kuputuskan, aku akan mengejar, dan kamu jangan menghindar!"
🐰🐰🐰
Saat didalam rumah utama, Alifa terus saja memikirkan si empunya mata yang membuatnya terpesona, tanpa sadar seseorang yang sedari tadi memanggilnya pun tak dihiraukannya, merasa tak didengarkan orang tadi pun menepuk bahu Alifa.
"Mbak Alifa kan ya?"
"Udah tau masih nanya." ia memandang tak suka kepada orang yang memanggilnya tadi.
"Oh maaf saya ndak bermaksud, maaf ya mbak Alifa." Gadis yang akrab disapa Berliani itu menunduk, merasa bersalah dengan sikapnya, yang telah mengganggu Alifa.
"Santai aja, gak perlu ngerasa bersalah gitu. Ngomong-ngomong ngapain lo manggil gue?"
Sahut Alifa lagi, kali ini dengan nada suara yang agak sedikit ramah daripada sebelumnya kepada gadis yang berada dihadapannya, ia memperhatikan gadis tersebut dari ujung kaki sampai ujung kepala, sambil tersenyum mengejek.
"Ooh itu, saya tadi disuruh Umi untuk mengantar mbak Alifa, kekamar yang akan mbak tempati."
Gadis itu tersenyum ramah kepada Alifa, terlihat salah tingkah karena mendapat tatapan dari Alifa yang mungkin sedang menilai pakaiannya.
"Ooh oke, kuy lah. " Alifa berdiri dan menarik tangan gadis tadi, mendapat perlakuan seperti itu ia hanya bisa tersenyum senang, dan ikut berjalan berdampingan dengan Alifa.
Sepanjang perjalan menuju kamar nya Alifa terus saja celingukan kesana-kemari mencari laki-laki yang membuatnya terpesona tadi.
"Mbak kok kayak lagi nyari orang?" tanya gadis yang berada disampingnya sambil terus berjalan menuju kamar mereka.
"Hmm.. Itu lo tau gak sama cowok yang bemata bening dan mempesona tadi?"
"Ha? Cowok bermata bening? Siapa ya mbak, kok aku rasa nggak asing dengernya ya?" Berliani bertanya polos, mencoba memikirkan dengan wajah bingung, begitupun dengan Alifa yang terus saja berfikir dan mengingat sosok tampan yang ia membuat ia terpesona dalam sekali bertemu.
"Yang gue tahu dia pakai baju ala orang mesjid gitu deh." ucapnya jujur.
"Hmph, tapi kan orang disini rata-rata emang pakai baju kokoh kak bagi ikhwannya, dan akhwatnya memakai baju gamis." Berliani menjelaskan seraya berusaha menahan senyum, agar Alifa tidak merasa tersinggung dengan sikapnya tersebut.
"Hehe iye juga sih ya, ya ya biarin aja deh gak usah dipikirin. " Alifa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, dan memperlihatkan deretan gigi nya yang putih. Sikapnya sudah sangat bersahabat.
"Ooh yaudah kalau gitu, sangking asyiknya ngobrol gak kerasa udah sampai deh. "
Mereka pun segera memasuki area kamar yang akan ditempati Alifa, ia terus saja menelusuri setiap tempat, sempit dan juga tidak ada AC itulah yang Alifa lihat.
"Kok gak ada AC sih kan panas nantinya."
"Waduh mbak disini emang gak ada AC apalagi kasur empuk, disini mah serba sederhana, ini aja udah bersyukur masih bisa tidur diatas kasur."
KAMU SEDANG MEMBACA
AUFA (Hiatus)
Teen FictionIni bukan hanya kisah tentang Aufal, si Ustadz dan pemilik pesantren yang julukannya dingin dan hobinya menatap tanah walau seindah apapun pesona wanita yang ada didepannya, baginya semua sama, sama-sama mengundang dosa. Ini juga kisah tentang Ali...