Perbaiki diri sebelum kembali, bertaubat sebelum terlambat.
🐰🐰🐰
Sudah hampir 2 bulan Alifa berada di pesantren milik Aufal, Alifa sudah mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan pesantren, baik itu dengan santriwan aneh yang selalu menunduk ketika berpapasan dengannya, terkadang ia bingung dengan tingkah aneh mereka, mereka lebih memilih melihat jalanan aspal yang kasar dan berkerikil dibanding dia yang begitu cantik dan anggun menurutnya. Tapi Alifa tak mau ambil pusing dengan semua itu karena ia kan baru disini, ia hanya ingin belajar dan memperbaiki diri mulai sekarang.
waktu shubuh pun tiba, Adzan berkumandang dengan lantang dan merdunya, yang membuat hati terasa begitu menenangkan, ya siapa lagi kalau bukan Aufal, walaupun sebagai pemimpin pondok pesantren, Aufal sangat lah rendah hati, ia tak ingin hanya karena jabatan yang ia pegang, membuat ia tak biaa melakukan aktifis layaknya santriwan, yang dengan senang hati ingin mengumandangkan adzan.
"ALLAHUAKBAR, ALLAHUAKBAR"
Suaranya terdengar begitu merdu, dan menentramkan jiwa,
membuat semua penghuni pondok pesantren bergegas bangun walaupun dengan menahan kantuk yang begitu berat, mereka tak kan kalah dengan godaan syaitan di waktu shubuh, tampak beberapa santriwan yang telah siap dengan sarung, baju kokoh dan kopiah yang bertengger dikepala mereka, dan juga santriwati yang juga sudah siap mengenakan mukena mereka dengan wajah yang telah dibasahi oleh air wudhu, membuat mereka tampak bersinar oleh air wudhu tersebut, lantas mereka pun bergegas untuk melaksanakan kewajiban.🐰🐰🐰
Di remang-remang shubuh, tampak seorang gadis yang tengah berjuang mengumpulkan nyawanya, ia sangat malas untuk sekedar bangun disaat shubuh, menurutnya ini adalah jam saat untuk orang-orang tidur, begitulah kehidupannya ditengah kota metropolitan, yang lalai akan kewajibannya.
Namun tidak disini dipondok ini , ia harus menaati peraturan yang telah ditetapkan.
Dengan mata yang masih setengah terpejam, Alifa bangun dari tempat tidur dan bergegas membersihkan tubuhnya, ingin ikut sholat shubuh berjamaah dimasjid.
Sementara di sebelahnya tampak seorang gadis yang telah siap dengan mukena putih polosnya, ia sedikit terkejut saat melihat Alifa yang sudah keluar kamar mandi dengan wajah segar dan rambut yang agak basah, tak sampai disitu saja keterkejutan Berliani.
"Mbak mau sholat juga ya?" Berliani tampak hati-hati takut menyinggung Alifa.
"Iya, aku mau sholat, boleh kan? " Alifa tampak sedang mencari sesuatu yang ingin ia gunakan.
Mukena aku mana ya?
Oh iya ya, aku kan jarang sholat, mukena aja nggak ada, Alifa Alifa...Tampak Alifa yang tengah beradu dengan pikirannya.
"Boleh kok mbak, ih aku malah seneng." Berliani berucap dengan wajah berbinar. Apalagi saat sadar bahwa Alifa menggunakan kata panggilan 'aku' yang terkesan lebih sopan.
"Tapi.... Gu-eh, aku nggak punya mukena." Alifa yang tampak sedih, membuat berliani iba, dan segera merangkulnya.
"Tenang mbak, Eni punya dua mukena, satunya untuk mbak jadi kita bisa sholat bareng, hayuk atuh mbak sebelum selesai Iqomahnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
AUFA (Hiatus)
Teen FictionIni bukan hanya kisah tentang Aufal, si Ustadz dan pemilik pesantren yang julukannya dingin dan hobinya menatap tanah walau seindah apapun pesona wanita yang ada didepannya, baginya semua sama, sama-sama mengundang dosa. Ini juga kisah tentang Ali...