"Bibir berkata 'tidak' Namun hati berkata 'iya', sungguh suatu teka-teki hati yang rumit bagi saya."
🐰🐰🐰
Gemerlap bintang begitu indah diangkasa, menunjukkan pada semua penduduk pribumi bahwa ciptaan Allah itu Maha Indah dan lagi Maha sempurna.
Di tengah keheningan malam, angin bertiup membelai wajah seorang wanita yang tengah menengadahkan wajahnya menatap kilauan bintang yang menakjubkan dilangit malam. Menatap keluar jendela kamar."Ya Allah sungguh indah ciptaan-Mu, bagaimana bisa hamba-Mu yang kotor ini mengharapkan Syurga-Mu?" lirihnya kagum, sekaligus tertunduk sendu, air mata yang tadinya menggenang dipelupuk mata kini tumpah begitu saja, butiran bening itu membasahi pipi Alifa yang tirus dan mulus itu, saat ini perasaannya begitu kalut bercampur antara kesedihan dan penyesalan karena telah lalai akan semua perintah Allah.
"Ya Allah, apakah pantas aku seorang yang kotor ini, mendapatkan pengampunan-Mu, aku sangat menyesal ya Allah untuk semua keterlambatan ini, Engkau begitu baik kepadaku, aku malu ya Allah, selama ini aku selalu melalaikan semua perintahmu, dan setelah maksiat yang kulakukan Engkau masih mau memberikanku hidayah-Mu." ia mengingat semua hal-hal buruk yang telah ia lakukan, raut wajahnya begitu sendu, bahkan bintang pun cukup jadi saksi bisu untuk kesedihannya malam ini, segera ia mengapus jejak air mata yang membuat pipinya menjadi basah.
Sementara dikamar, Aufal tengah berkutat dengan buku-buku tafsir, dan kisah para Mujahidin pembela islam, ia bahkan lupa sekitar jika sudah membaca seperti ini. Sejak kecil Aufal sangat suka membaca, mengenai para pejuang islam, tentang Mujahid pembela islam, tertarik sejak kecil dan bercita-cita untuk membela Islam dengan cara menjadi seorang pendakwah, itulah impiannya sejak kecil berniat menjadi pembela islam dengan mensyi'arkan agama Allah.
Ia tengah asik dengan buku-bukunya yang super tebal itu sampai terkagum-kagum.
"Masyaa Allah, sungguh begitu besar perjuangan Rasulullah saw dan para Anbiya memperjuangkan islam, sungguh, bagaimana bisa aku mengharapkan syurga-Mu ya Allah sedangkan aku masih sering lalai akan perintah-Mu?" ia bergumam dengan hati yang lirih, sesekali tersenyum membaca, dan menghayati perjuangan Rasulullah baik itu tentang penghinaan terhadap Rasulullah saw, terhadap agama Islam, dan juga kepada para Anbiya.
Aufal masih membuka lembaran buku tersebut, sampai tak sadar bahwa jarum jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, Aufal memandang jam yang bertengger di dinding kamarnya, membuat dia yang tadi matanya sangat segar karena dihadiahi dengan berbagai kisah menarik, mengerjap-ngerjapkan mata, karena rasa kantuk tiba-tiba menghampirinya, membuat ia buru-buru menyimpan buku, kitab tafsir dan beranjak untuk bersiap-siap untuk mengerjakan sunnah Rasul-Nya sebelum tidur.
🐰🐰🐰
Raja pagi mulai menampakkan sinarnya yang begitu menyilaukan mata, dan menerangkan bumi.
Pagi ini, Alifa sudah siap dengan gamisnya yang berwarna peach dengan khimar yang senada, membuat penampilannya begitu anggun walaupun harus ada acara angkat-angkat gamis, membuat orang yang memandangnya mau tak mau harus mengulum senyum dengan tingkah Alifa yang begitu aneh. Sembari menunggu jam pelajaran di mulai, Alifa menggambil buku yang menarik perhatiannya di rak, ia mengamati buku yang biasa disebut novel dengan judul Cinta dalam diam.
Kok pas banget ya sama keadaan aku sekarang? Batin Alifa sembari tersenyum malu.
Ketika membuka halaman pertama, Alifa langsung dihadiahi dengan kata-kata yang membuatnya mau tak mau terus tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
AUFA (Hiatus)
Fiksi RemajaIni bukan hanya kisah tentang Aufal, si Ustadz dan pemilik pesantren yang julukannya dingin dan hobinya menatap tanah walau seindah apapun pesona wanita yang ada didepannya, baginya semua sama, sama-sama mengundang dosa. Ini juga kisah tentang Ali...