12. Curahan Hati Alifa

276 15 0
                                    

"Aku sudah pernah merasakan kepahitan dalam hidup, dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia"

(-Ali bin Abi Thalib)


Wanita adalah makhluk yang paling lembut karena itu hati nya mudah rapuh dan sangat mudah menitik kan air mata, semua itu karena laki-laki yang tak paham akan perasaannya.
Itulah yang dirasa Alifa saat ini, ia rapuh dan sangat lemah, karena harus melepaskan seseorang yang selama ini ia ingin kan untuk menjadi pendamping hidupnya, walaupun Alifa masih berumur 19 tahun, tapi ia sangat menginginkan pernikahan, dan yang menjadi pendampingnya yaitu Aufal.
Mungkin terkesan sangat kekanakan,dan labil tapi itulah adanya.
Ia tak pernah menyukai seseorang sampai sedalam ini, entah mengapa Aufal seperti magnet baginya, terus menarik perasaannya untuk selalu bersama.

Hari ini Alifa tidak ingin menemui siapa pun, ia hanya ingin menenangkan perasaannya yang kalut dilanda kerisauan.
Yang ia inginkan saat ini adalah, biarkan ia sendiri untuk mencurahkan segala keresahannya kepada sang Pemilik hati.

Seraya menegadahkan tangan bersimpuh menghadap-Nya.

"Ya Allah, yang maha membolak-balik kan hati, ya Allah hamba mu yang lemah dan penuh dosa ini memohon ampun, ya Allah hamba tahu ya Allah, bahwa hamba bukan lah makhluk yang taat, hamba penuh dosa dan kesalahan, ya Allah apakah hamba salah mengharapkan dia yang sholeh, ya Allah salah kah hamba mu yang kotor ini, mengharapkan dia yang hamba yakin bersamanya surga terasa lebih dekat, tapi mengapa ya Allah, mengapa engkau jauhkan dia dari hamba ya Allah, sedangkan usaha saja hamba belum ya Allah." Demikianlah curahan hati Alifa yang begitu pilu.

Setelah puas mengadu kepada Rabb nya Alifa bangkit untuk merapikan mukenanya, duduk diranjang tidur, meraih sebuah buku diary yang sering ia gunakan untuk menceritakan semua kejadian yang sangat berkesan dalam hidupnya.

Ia pun bangkit dari posisi duduknya, berjalan keluar untuk mencari udara segar, sekaligus untuk menenangkan pikirannya.

Dimana ya tempat agar aku bisa sembunyi dan nenangin pikiran.
Hmm,, oiya di taman belakang Masjid disana kan sepi jarang sekali santri berada disana. Baiklah aku akan kesana saja.

Setelah sampai ketempat tujuan Alifa pun duduk dibalik pohon beringin yang rindang, sembari menyadarkan tubuhnya.
Kemudian ia mulai membuka buku diary nya, mencari halaman yang belum ada tulisan untuk mencurahkan isi hatinya disana.
Awalnya Alifa sangat anti dengan yang namanya diary, menurutnya diary hanya lah curahan hati anak-anak alay yang sedang galau.
Tapi sekarang lihat yang ia lakukan ia bahkan menulis diary, Alifa bahkan tertawa pada dirinya sendiri,mengingat kata-katanya dulu saat menolak untuk menulis diary.

Alifa mulai menulis merangkai kata demi kata, menulis semua rangkain kalimat yang menggambarkan keadaannya saat ini.

🐰🐰🐰

Sedangkan di sini, Aufal mengingat kembali kejadian semalam yang begitu membuat perasaannya hancur. Sakit itulah yang ia rasakan, saat melihat wanita yang ia cintai sedih dan menderita karena dirinya.
ya Aufal akui sekarang perasaannya sudah tidak bisa ia kata kan kelabu, karena perasaannya begitu jelas ada nya, saat menyaksikan gadis yang ia cintai harus menderita karena nya, padahal bukan itu yang ia inginkan.

Tinggal sehari lagi keberangkatan Aufal, kini ia sudah menyiapkan segala barang-barang keperluan yang akan ia gunakan disana.
Hari ini Aufal tidak mengajar karena perintah sang Abi, meminta Aufal untuk istirahat karena besok Aufal sudah akan pergi, menempuh perjalanan yang cukup melelahkan.

Dikeheningan kamar yang tercipta oleh keresahan hati yang tak bisa di ucapkan, itulah yang aufal rasakan.

"Haruskah saya melepaskan kamu dengan iman dan kembali dengan ikhlas, apakah kita akan dipersatukan dengan Cinta dan iman, atau kah harus melepaskan dengan keikhlasan." lirih nya sedih.

AUFA (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang