2

91 13 1
                                    

-Author

    2 bulan berlalu, entah mengapa hidup Jehwa menjadi lebih tenang karena preman yang selalu menagih hutang ayahnya kepadanya tidak lagi datang belakangan ini. Jehwa juga berhenti bekerja karena Chen memaksanya untuk berhenti dengan alasan Jehwa harus istirahat dengan cukup.

  Gadis berambut sebahu ini menjadi lebih fresh di pagi hari karena istirahat yang cukup. Jehwa juga sudah memiliki tabungan jika saja preman itu kembali datang dan menagih uang kepadanya. Chen, Chen juga selalu membelikannya makanan walaupun terkadang gadis itu menolak untuk menerima makanan dari Chen dengan alasan dia bisa membelinya sendiri.

  Chen adalah orang yang paling berarti di hidup Jehwa hingga Jehwa tak sanggup jika tidak bertemu dengan Chen terlalu lama. Sejak kecil, Chen selalu menerima keadaan Jehwa apa adanya, selalu memberi Jehwa semangat, membantu Jehwa jika gadis itu sedang dalam kesulitan, dan Chen juga sedikit mengeluarkan Jehwa dari keterpurukannya.

  Waktu kecil, Chen rela di bully demi membela Jehwa yang semuanya serba kekurangan, Chen di jauhi oleh teman temannya karena Chen lebih memilih Jehwa untuk ia jadikan teman, bahkan Chen pernah di kurung di gudang sekolah karena membela Jehwa yang sedang di bully habis habisan oleh teman temannya.

  Chen selalu ada untuk Jehwa, pria itu sudah menganggap Jehwa adalah adiknya sendiri. Saat Jehwa akan membalas kebaikannya, Chen selalu menolak dan berkata jika ia ikhlas melakukan itu tanpa mendambakan imbalan dari Jehwa tapi gadis itu tetap berusaha untuk membalas semua yang di berikan Chen kepadanya.

  Setiap hari, Chen selalu mengajak Jehwa berjalan jalan ke taman kota dan membeli ice cream di sana. Chen akan tersenyum jika Jehwa tersenyum, dan Chen akan menangis jika Jehwa menangis. Kedekatan mereka seperti sudah mendarah daging, mereka sangat sulit di pisahkan, dimana ada Jehwa di situ ada Chen begitu juga sebaliknya. Mereka saling membutuhkan satu sama lain.

  Pernah waktu itu, saat Jehwa dan Chen masih SMP, mereka di pisahkan oleh orang tua Chen yang mengajak Chen untuk pindah dan meninggalkan Jehwa. Chen menolak permintaan orang tuanya itu dengan lembut, dia tidak ingin di pisahkan dari Jehwa, dia tetap ingin bersama Jehwa apapun keadaanya hingga orang tua Chen menyerah dan memilih untuk tetap tinggal.

  Jehwa juga sangat terharu dengan keputusan Chen yang lebih memilih dirinya ketimbang pindah bersama orang tuanya. Jika saja Chen tidak menjadi temannya, maka hidupnya akan sepi, semua meninggalkannya karena ayahnya yang berandal itu hingga ibunya meninggal karena ayahnya. Kakek dari ibunya selalu memperhatikannya, kakeknya selalu mengirim uang untuk keseharian Jehwa dan membayar biaya sekolah.

  Jehwa bersyukur karena masih memiliki orang yang peduli kepadanya, dia sangat bersyukur bisa memiliki teman sebaik Chen dan kakek yang selalu perhatian terhadapnya. Namun, satu bulan lalu dia mendengar kabar jika kakeknya itu meninggal dunia karena sakit yang di deritanya. Hal itu membuat Jehwa terpukul, ia hanya memiliki Chen sekarang, satu satunya orang yang sangat peduli dan perhatian kepadanya, dia berharap jika Chen tidak akan meninggalkannya apapun masalahnya jika bukan takdir yang memisahkan mereka.

  Gadis bertubuh mungil itu sedang menyiram tanaman di depan rumahnya yang di jadikan hiasan yang membuat rumah yang sederhana itu terlihat asri karena banyaknya bunga yang tumbuh di sana. 

  Saat sedang asyik menyiram tanaman, tiba tiba sebuah mobil van berwarna hitam berhenti tepat di depan rumahnya yang membuat Jehwa bingung. Gadis itu menatap orang yang baru saja keluar dari mobil, seorang wanita paruh baya dengan pakaian yang glamour menatapnya dengan smirk

"Apa kau gadis yang bernama Lee Jehwa itu?" Tanya wanita itu, Jehwa refleks mengangguk dan menatap wanita itu dengan tatapan bingung 

"Ikut aku... aku akan menceritakan semuanya di dalam mobil" kata wanita itu, Jehwa langsung menaruh selang air yang ia gunakan untuk menyiram tanaman 

"Hmm... aku ganti baju dulu" kata Jehwa tapi wanita itu menahan tangan Jehwa yang akan memasuki rumahnya

"Tidak usah, semua keperluanmu sudah aku siapkan" kata wanita itu yang membuat Jehwa semakin bingung dan penasaran. Wanita itu memasuki mobilnya, diikuti oleh Jehwa di belakangnya.

  Mobil pun berjalan, meninggalkan rumah Jehwa yang belum terkunci itu. Jehwa menatap wanita di sampingnya itu dengan canggung, wanita itu benar benar glamor yang membuat Jehwa takjub kepadanya adalah cincin berlian yang melingkar di jari manis wanita itu

"Sebenarnya... anda mau membawaku kemana?" Tanyanya tiba tiba, wanita itu menoleh 

"Baiklah...panggil aku 'madam' oke, sebenarnya kau akan aku bawa ke club milikku, ayahmu yang mengorbankan kau menjadi taruhan dalam judi kemarin malam, dan ayahmu kalah... jadi kau harus ikut denganku" jelas wanita itu yang membuat Jehwa terkejut setengah mati. Dia akan di pekerjakan di sebuah club malam? Bagaimana nasibnya kelak? Melihat pintu masuk club saja sudah membuat Jehwa takut bukan kepalang, apa lagi bekerja di sana

"tapi..." Jehwa ingin menolak tapi madam langsung menempelkan jari telunjuknya ke bibir Jehwa yang mengisyaratkan agar Jehwa diam. Ingin sekali Jehwa mengamuk kepada ayahnya, tapi kemana pria itu? Mengapa dia tega mempertaruhkan anaknya sebagai taruhan judi? 

'Tunggu balasanku appa' -batin Jehwa

"Ayahmu memang pria tidak berguna, teganya dia mempertaruhkan anaknya yang cantik ini untuk di tempatkan di club milikku... hahaha, hati hati lah di sana banyak pria yang haus akan kepuasan, tapi tidak usah takut... kau akan aku tempatkan di bar dan tidak melayani mereka... dan jika kau menolak kau akan ku kurung dengan beberapa pria yang haus akan kepuasan itu selama satu minggu,oke" madam mengusap pucuk kepala Jehwa yang mematung

  Jehwa memutar otak untuk menyelamatkan dirinya dari masalah ini, baiklah gadis itu ingat sesuatu yaitu menelpon Chen!! Jehwa langsung mencari ponselnya namun sayang, benda persegi itu tertinggal di meja makan rumahnya. Ingin sekali Jehwa menangis sejadi jadinya dan menolak semuanya tapi dia juga takut jika ia akan di kurung dengan pria haus akan kepuasan. 

'Apa yang harus aku lakukan?! Jehwa neo pabboya!!' -Batin Jehwa



Voment-nya dong 🙃
Juseyo~

My Star, I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang