chapter 15

39 7 0
                                    


Annyeong~ telat ya? Hmm... Vote makanya


-Lee Jehwa P.O.V

  Aku terduduk di sofa rumah madam dengan emosi yang sedari tadi aku tahan. Tanganku mengepal kuat, aku dapat merasakan jika telapak tanganku agak sakit karena kuku yang menusuk ke kulitku. Aku menahan air mataku dan menatap madam tajam beserta seorang wanita di sampingnya yang sama sekali tidak aku kenal

"Bagaimana, Lee Jehwa?" Aku menatap wanita muda yang berada di samping madam, ia tersenyum ramah padaku lalu aku kembali menatap madam dengan tatapan datar

"Tidak! Aku tidak akan pernah mengakui hal ini!" Dengan tegas aku ucapkan kalimat itu, saat aku akan beranjak pergi, aku merasakan pergelangan tanganku di genggam, aku menoleh ternyata wanita muda itu

"Benarkah? Kau benar benar tidak akan mengakui ini? Mengapa kau kejam sekali" aku memutar bola mataku malas lalu aku menghempaskan tangannya dan beranjak dari sana. Aku langsung keluar dari rumah madam dengan perasaan campur aduk. Aku memasuki mobilku, Taeyong mengizinkan aku untuk pergi sendiri hari ini.

  Aku melajukan mobilku ke toko bunga, aku membeli sebuket bunga mawar yang sangat cantik dan wangi. Setelah itu aku kembali melajukan mobilku ke tempat dimana aku memulai kehidupan 'sendiri' ku. Selama menyetir, aku menahan air mataku tapi tetap saja butiran itu terjun dari pelupuk mataku.

  Aku mempercepat laju mobilku hingga aku mendengar suara dencitan ban mobilku. Aku sampai di depan gerbang, aku turun sambil membawa buket bunga yang tadi aku beli. Aku berjalan menyusuri batu yang terbuat dari keramik mencari satu nama hingga aku menemukannya 

'Lee Hanna'

"Eomma~" suaraku terdengar parau, air mataku langsung terjun ke pipiku saat melihat batu nissan yang bertuliskan nama ibuku itu. Kaki-ku lemas seakan tidak dapat menopang berat tubuhku. Aku terduduk di samping makam ibuku sambil terisak

"Eomma... kau sedang apa? Apa kau baik baik saja di sana? Aku sangat merindukanmu, aku bahkan belum bisa membuatmu bahagia tapi eomma sudah meninggalkan aku terlebih dahulu" tubuhku bergetar, jari jariku mengusap nama ibuku. Aku memeluk batu itu sambil menangis keras 

"Eomma...hiks, aku-aku sangat merindukanmu... hiks... mengapa kehidupan sangat kejam kepadaku begitu juga kepadamu eomma, ya kehidupan itu kejam! Hiks... mengapa aku harus menanggung beban ini sendirian? Hiks aku juga ingin hidup normal seperti layaknya wanita seumuranku hiks... tidak seperti sekarang... aku merasa dikekang hiks... aku ingin bersamamu eomma... hiks bisakah kita kembali ke masa itu? Hiks"

  Aku mengambil bingkai foto yang sudah berdebu di sana, foto ibuku. Ia sangat cantik, ia ramah, ia sangat peduli kepada semua orang. Aku sangat merindukan sosoknya. Aku mengusap bingkai itu, aku mengecupnya sekilas berharap beban yang aku tanggung selama ini akan terbagi dan menyalurkan rasa rinduku kepada ibuku

"Kau sangat cantik eomma... tidak ada orang yang dapat menyaingi kepedulianmu... hiks... kau tidak hanya cantik secara fisik tapi hatimu juga sangat cantik..." Aku tersenyum sambil terus mengusap bingkai foto itu dengan lembut. Aku memeluk bingkai itu, aku kembali menangis keras hingga tangan keriput memegang bahuku. 

  Aku berbalik karena terkejut, aku melihat wanita tua yang tersenyum kepadaku. Aku bangkit dan memberi salam walaupun aku masih terisak dengan keras. Suaraku bergetar saat aku mengucapkan salam kepada wanita tua ini

"Sudahlah nak... ia akan sedih jika melihatmu sampai seperti ini" aku menatap makan eomma, aku tidak kuat melihatnya. Eomma sendirian di dalam ruangan yang gelap dan pengap di dalam sana

"Berdoalah semoga tuhan selalu melindunginya... tuhan lebih sayang kepadanya" aku menunduk sambil menahan isakanku, halmoni (nenek) menggenggam tanganku

My Star, I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang