Disclaimer : Ichiei Ishibumi
~♠ЖMondaiji DxD♠~
Suatu hari, Raizer sedang tiduran di atas atap sekolah untuk bersantai di sela-sela jam istirahatnya yang cukup berharga. Zell saat ini seperti biasa membantu para guru, benar-benar murid yang baik hati. Kadang Raizer menegur Zell karena rasanya anak itu seperti seorang pembantu saja dibandingkan seorang murid, namun karena orangnya berkata kalau baik-baik saja karena dia suka, jadi Raizer tidak bisa menyangkalnya lagi. Lagipula Zell bukan orang bodoh yang bisa dimanfaatkan dengan mudah oleh orang lain.
*Ckrek*
Saat menikmati musik di Headphone dan hangatnya suasana di atap itu, Raizer mendengar suara pintu terbuka. Tidak biasanya ada orang yang datang ke atap di jam seperti ini, bahkan hampir masuk. Untuk Raizer, dia sudah dicap oleh para guru kalau orang itu pasti terlambat atau membolos jika tidak ada di kelas, jadi Raizer bisa tenang. Namun sosok yang baru masuk adalah Issei. Wajahnya yang sudah jelek menjadi semakin jelek karena ditekuk entah apa masalahnya.
"Raizer...."
Sepertinya dia juga baru sadar kalau Raizer berada di sana untuk tiduran. Walaupun Raizer menggunakan Headphone untuk mendengarkan lagu, namun dia tidak menggunakna volume tinggi sehingga masih bisa mendengar suara Issei yang cukup lirih. Perlahan mata hitam kecokelatan itu memperlihatkan diri dan melirik ke atas dimana Issei berada.
"Issei kah. Kenapa wajahmu murung seperti itu? Terakhir kali kita bertemu, kau sedang kegirangan karena bisa mengintip klub kendo berganti pakaian. Apa berhubungan dengan anggota Peerage mu?"
Raizer sudah tahu sistem yang digunakan iblis dari neneknya. Seorang iblis bangsawan dapat membangkitkan atau mengubah makhluk lain menjadi iblis dan menjadikannya sebagai budak. Dalam kondisi Issei, dia berada di posisi 8 pion. Sungguh mengerikan mengingat dia adalah pemilik Kaisar Naga Merah. Saat mendengar itu, Issei cukup tekrejut karena Raizer mengetahuinya.
"B-Bagaimana kau tahu? Aku tidak pernah mengatakannya kepada siapapun lo."
Raizer hanya mendengus karena ia merasa itu pertanyaan bodoh.
"Sayangnya aku tidak pernah melihatmu murung walaupun dihajar oleh para gadis-gadis yang kau intip. Kalau kau bingung ingin bercerita kepada siapa, aku siap mendengarkan."
Issei cukup terkejut. Memang menurutnya Raizer bukanlah orang yang seburuk itu. Issei hanya iri dengan sifat cuek dan liar Raizer yang tidak peduli dengan sega konsekuensi, terutama saat dia langsung membuka ruang ganti klub kendo tanpa rasa takut sedikitpun, dan yang hebat adalah dia bisa selamat dari amukan para gadis tersebut. Issei mengulas senyum kecil karena setidaknya dia bisa berbagi beban kepada orang yang bisa dipercaya. Dengan langkah lemas pemuda itu bersandar di pagar sambil menikmati angin sejuk walaupun hatinya saat ini sedih.
"Saat ini aku benar-benar frustasi. Aku tidak bisa melakukan apapun untuk menyelamatkan Buchou. Aku terlalu lemah untuk melindunginya. Karena aku terlalu lemah, Buchou harus menderita untuk menikahi iblis bangsawan yang tidak ia cintai."
"Bukankah itu sudah biasa. Bangsawan yang dijodohkan oleh bangsawan untuk mempertahankan darah bangsawan mereka. Itulah mengapa sejak dulu pernikahan politik tidak berjalan sesuai dengan perasaan. Memang awalnya terlalu berat, namun Gremory-senpai harus bejalar untuk mencintai sebelum dia tenggelam oleh perasaannya sendiri."
"MANA MUNGKIN DIA BISA????"
Tiba-tiba Issei membentak Raizer sambil berbalik dengan ekspresi yang memperlihatkan kalau dia sangat marah.
"Orang itu, Raiser Phoenix bukanlah berandal baik sepertimu, Raizer. Dia benar-benar berandal paling busuk dari yang terbusuk. Walaupun Buchou sudah resmi menajdi tunangannya, namun orang brengsek itu tidak segan memperlihatkan kemesraanya dengan gadis lain yang merupakan budaknya di hadapan Buchou. Dia benar-benar arogan, segala aspek buruk pantas untuk dia miliki, aku tidak ingin Buchou dimiliki orang itu sebagai mainan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mondaiji DxD
HumorRaizer Arga Leviansa, atau biasa dipanggil Sang Iblis dikalangan para berandal di kota XXX. Sebenarnya dia hanya pencari kesenangan tingkat akut, namun karena sikapnya yang sulit dikendalikan akhirnya dia dikirim ke Jepang dimana nenek sekaligus pen...