10. Kajian

30 10 8
                                    

"Huufttt, Alhamdulillah. Selasai juga, " kata Aqila dengan helaan nafas yang kedengarannya sangat lelah.

"Iya Alhamdulillah. Tapi asyik juga kan materi kajiannya hari ini?" ujar Nahda pada sahabatnya.

Ehh, ngomong-ngomong hari ini adalah hari kajiannya, kajian yang diadakan seminggu sekali disaat waktu liburan dan tepatnya pada hari jumat ini.

"Iya Asyik, keren lagi pembicaranya. Udah ganteng, masih muda, pembawaan materinya tuh, uugghh adem, nyaman banget buat anak muda kaya aku ini," celotehnya dengan ekspresi muka yang sangat bahagia.

"Aqila, ingat tadi isi kajiannya tentang apa?" tanya Nahda dengan lembut.

"Emmm, isi kajiannya tentang hijrah. Hijrah itu mudah tapi istiqomahnya yang susah," jawab Aqila, sambil mengingat-ingat isi kajiannya tadi.

"Terus yang kamu tangkap dari isinya itu apa?" tanya Nahda lagi.

"Iyayah." Kelihatannya Aqila baru menyadari makna dari kajian tadi. "Aku yang belum sepenuhnya hijarah saja mudah tergoda oleh hal-hal sekecil tadi. Lihat ustadnya yang muda membuat aku suka dengan kajiannya karena orangnya, bukan isinya. Apalagi kalo aku hijrah yah, pasti lebih banyak lagi godaanya. Hijrahnya memang mudah, tapi belum tentu aku bisa Istiqomah," dengan nada lesu. Dia seperti baru menyadari ucapannya tadi.

Memandang sedikit saja karena tidak disengaja misalnya, membuat efeknya yang luar biasa membuat kita terjerumus dalam zina, meskipun hanya zina mata. Oleh karena itu, senantiasa untuk menjaga diri dari hal-hal sekecil apapun seperti pandangan, ucapan, untuk menghindarinya lebih baik bergaul dengan sesama jenis dan kurangin interaksi dengan lawan jenis yang sekiranya tidak ada yang penting.

"Kamu sendiri paham maksudnya tadi. Ingat, Hijrah memang mudah tapi istiqomahnya yang susah. Namun semuanya akan indah bila kita menikmati dengan susana hati yang tenang, ikhlas dan ingat tujuan awal kita hijrah itu untuk apa. Allah pasti tahu, masalah yang kita hadapi tidak akan melebihi batas kemampuan makhluknya. Dan masalah ada merupakan proses untuk kita meningkatkan derajat kita di mata-Nya. Makanya jangan sekali-kali kita mengeluh atas cobaan yang menimpa kita. Kita harus bersyukur dan hadapi apapun badai yang menerpa kita. Itu tandanya Allah sayang sama kita," ujar Nahda, memberikan penjelasan sedikit pada Aqila.

"Terima kasih Nahda." Aqila Nampak terharu, dengan mata yang berkaca-kaca. Lalu Aqila memeluk Nahda. Entah apa yang dirasakan Aqila, yang pasti Nahda bersyukur, sepertinya Aqila sudah mulai tergerak hatinya, meskipun harus perlahan-lahan.

***

Usai kajian Nahda dan Aqila pulang dengan motornya Nahda. Sambil menunggu Nahda mengambil motor, Aqila menunggu Nahda di gerbang masjid. Sementara Nahda mengambil motor di parkiran.

"Ya Allah, kenapa motorku di tengah-tengah. Perasaan motorku tadi diparkirin di pinggir, biar nanti ngambilnya gampang pas pulang." Nahda Nampak kebingungan, pasalnya motornya diapit dari arah depan, belakang, kanan, dan kiri.

"Gimana caranya aku bisa keluar kalo kaya gini?" gumamnya. Di sekitar area parkir nampak sepi, tidak ada tanda-tanda orang mau keluar.

Akhirnya Nahda mengirimkan chat pada sahabatnya, untuk menghampiri balik supaya membantu mengeluarkan motor dari parkiran. Namun chatnya tak kunjung di balas, dibaca saja belum. Nahda terus saja berkutik dengan gawainya sambil menunduk. Sampai-sampai ada pemuda yang keluar dari masjid saja dia tidak tahu. Pemuda tersebut sepertinya berjalan mendekati arah Nahda. Namun Nahda tetap tidak mengetahui keberadaan sosok pemuda tersebut yang semakin mendekat kearahnya.

"Permisi mbak! saya mau ambil motor saya," pintanya.

Mendengar seseorang menegurnya dia mendongak untuk memastikan kebenarannya. Sebelum mendongak, dalam hatinya dia bersyukur akhirnya ada juga motor disekitarnya yang mau keluar.

My StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang