11. Sepucuk Surat

22 6 0
                                    

Petuah manis belum tentu berbuah manis,  petuah jelekpun belum tentu berbuah pahit. Tergantung dari pribadi seseorang mau menyikapinya seperti apa,  menanggung resiko tapi berbuah manis,  atau hanya diam saja tanpa ada tindakan atau membuat sebuah gebrakan bahwa kalian semua bisa.  Generasi Muda bisa untuk menjadi manusia yang berperikemanusiaan dan berkemajuan.

***

Burung berkicauan mengantarkan sejuknya pagi hari, menanti sang mentari yang akan menyingsingkan sinarnya untuk makhluk di bumi. Keramaian terpancar dari setiap aktivitas manusia di pagi hari, ada yang pergi ke kantor, belanja ke pasar, berdagang, dan masih banyak lagi kesibukan lainnya. Sama seperti gadis cantik yang sedang mempersiapkan diri untuk berbelanja, menikmati hari liburnya dengan bergelut di dapur kesayangannya. Dia Aprilana, sahabat kecil Nahda, gadis yang suka masak, suka membuat makanan-makanan yang enak, dan suka membuat menu-menu yang baru, karena masak adalah hobinya.

"Sayang...sudah belum?" teriak mamanya dari bawah.

"Sebentar lagi mah," jawab Lia sambil membenarkan jilbabnya.

"Mama tunggu di depan yah?" tanya mamanya pada sang anak.

"Iya mah," jawabnya.

Kemudia Lia menyampirkan tas kecilnya untuk di bawa, tak sengaja tas sekolahnya tersenggol hingga barang-barangya jatuh berserakan.

"Astaghfirullohaladhiim, Gini nih kalo sedang buru-buru..." ucapnya sambil membereskan barang-barangnya yang berserakan.

Ketika sedang membereska barang-barang yang jatuh dari tas tadi, Lia tak sengaja menemukan sepucuk surat dari tasnya.

"Ini surat siapa? Kok bisa di tasku?" gumamnya.

"Ya udah deh, siapa tahu penting, " ujarnya sambil memasukan suratnya ke tas lagi. Belum ada yang tahu bahwa surat itu adalah surat yang diselipkan Nahda diam-diam sebelum hari libur tiba, tepatnya satu minggu yang lalu. Nampaknya Lia baru menyadari surat tersebut berada di dalam tasnya.

***

Malam harinya Lia sedang mencari charger gawainya, ia lupa menaruhnya. Padahal dia sendiri yang selalu membawanya kema-mana, namun masih saja ceroboh. Anak millennial hidup tanpa charger atau power bank terasa hampa, makanya Lia selalu siap sedia kemanapun perginya barang tersebut selalu di tasnya. Yah namanya generasi millennial, semuanya sudah ada dan tersedia di gawai yang super canggih seolah-olah dunia berada digenggamannya.

"Ya ampun, charger aku di mana yah?" gumamnya.

Lia terus megobrak-abrik meja belajarnya, tapi di meja belajar kosong. Di tempat tidurnya pun sudah dicari, tapi kosong juga.

"Isshhh mana sih chargernya? Apa di tas yah?" tanya Lia pada dirinya.

Setelah itu dia mengambil tasnya untuk digeledah mencari keberadaan si charger barang kesayangan anak millennial kedua setelah gawai kesayangannya, hehe.

Semoga saja dalam dunia nyata para readers selalu mengutamakan Alquran sebelum yang lainnya. In Sya Allah, Amiin.

"Astaghfirulloh, ini chargernya. Bisa-bisanya aku lupa." Lia menemukan charger di tasnya bersamaan dengan surat yang dia temukan tadi pagi.

"Ini surat apa yah? apa mungkin untuk aku, Tapi dari mana surat ini?" gumamnya. Tanpa berpikir panjang dia membuka surat itu.

***

Teruntuk temanku

Apriliana

Assalamualaikum.Wr.Wb.

Hai Lia...

Masih ingat denganku? Teman sekelasmu saat SMP yang pendiam, selalu dikucilkan dan tidak pernah punya teman di kelas? itu aku, pengagum rahasiamu.

Aku sudah dari dulu menyukaimu, karena wajahmu, sifatmu, kecerdasanmu, dan perhatianmu kepada semua teman-teman di sekitarmu. Meskipun keras kepala tapi kamu teguh pendirian, aku suka itu. Aku iri melihatmu, aku ingin sepertimu, tapi aku tidak bisa sepertimu. Aku sadar diri, aku hanyalah setitik air tuba yang akan merusak segalanya. Sedangkan kamu, walaupun hanya setitik madu namun khasiatnya luar biasa. Perbandingan yang sangat bertolak belakang denganku, bukan? hehe.

Aku tidak layak menjadi teman kalian, dianggap temanpun aku tak pantas. Masa teman sendiri tega menguntit hasil karya temannya hanya untuk kesenangan dirinya. Haha

Ya itulah aku, yang tega mencuri karyamu hanya untuk diriku semata. Asal kamu tau Li, sebenarnya bukan sahabat kecilmu yang membocorkan idemu itu. Tapi, aku yang tak sengaja mendengar obrolanmu dengan Nahda tentang lomba karya tulis itu dan mendengar ide yang akan kamu angkat. Entah dapat dorongan dari mana saat itu aku hanya berpikiran aku harus menjadi juaranya. Dan pikiran itu datang seiring dengan rasa ambisiku untuk mengambil ide karya tulis itu darimu.

Aku memang jahat, tak pantas disebut dengan teman. Maafkan aku Li, tapi waktu itu aku bingung, aku harus membuktikan sama keluargaku bahwa aku bisa diandalkan, aku bisa mendapatkan prestasi yang membuat keluarga senang dan aku bukan orang bodoh yang bisa diperlakukan seenaknya oleh mereka. Satu-satunya cara supaya aku tidak tersisihkan dari keluarga yaitu memenangkan lomba karya tulis tersebut karena beasiswanya sebagai bukti bahwa aku bisa berprestasi dan aku bisa diandalkan.

Maafkan aku Li, Nahda tidak bersalah, dia tidak merusak persahabatan kalian, justru aku yang merusak persahabatan kalian. Aku yang memohon sama dia supaya tidak membongkar dulu kejadian sebenarnya. Aku takut Li kalau semuanya terbongkar aku bakal disisihkan dari keluarga dan tidak boleh melanjutkan sekolah di luar negeri. Maafkan aku dengan cara licik seperti itu Li.

Aku sangat berterima kasih banget sama kalian Li. Nahda rela menutupi semuanya meskipun resiko persahabatan kalian yang akan renggang bahkan hancur. Berkat idemu aku tidak lagi tersisihkan, keluargaku tak lagi memandangku hanya sebelah mata, mereka jadi terbuka dan menerima aku apa adanya. Maafkan aku Li baru bisa menjelaskan semuanya melalui surat ini. Sekali lagi aku minta maaf dan terima kasih banyak Li, sekarang aku bisa melanjutkan sekolahku di luar negeri, impianku sejak kecil.

Tolong jangan benci Nahda lagi yah, dia nggak salah. Aku juga minta ridhomu yah, supaya kamu ikhlas dengan apa yang udah pernah aku ambil dari dirimu. Akupun janji aku tidak akan mengulangi lagi, aku telah banyak belajar darimu bahwa aku harus berusaha, berdoa dan berani untuk melangkah. Aku sekarang bukan Ana yang pengecut, pendiam dan selalu dikucilkan. Aku sekarang sudah berubah Li, itu berkat dirimu. Terima kasih Li, kamu selalu menginspirasi dan memberikan kesan tersendiri dalam hidupku. Aku selalu mendoakan yang terbaik untukmu Li, karena aku tahu kamu orang yang baik:)

Salam sayangku untukmu dan Nahda sahabat kecilmu

Wassalamualaikum.Wr.Wb.

Pengagum Rahasiamu

Ana Margareta

***

Assalamualaikum. Wr. Wb
Malam semuanya....
Gimana kabarnya?  In Sya Allah sehatkan,  Alhamdulillah.

Malam ini aku updet nih,  semoga kalian bisa menyempatkan untuk baca ceritaku yah.  Kalau mau kasih masukan,  coment aja gpp. Aku juga masih belajar kok dari kalian.  In sya Allah masukan apapun dari kalian,  aku terima. 😊

Ya udah,  Selamat Membaca.
Jangan lupa kasih vote dan comment yah.

Semoga kita selalu dalam Lindungan-Nya . Amiin
wassalamualaikum. Wr. Wb

My StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang