2. Kemaun Untuk Berubah Menjadi Lebih Baik

108 49 4
                                    

Saat hati ini terketuk oleh pintu Hidayah-Mu, tidak ada lagi yang bisa menggoyahkan hati ini untuk melaksanakan perintah-Mu. Karena hati ini yakin bahwa jalan dari-Mu itu yang terbaik untuk Hamba-Mu.

***

Jam menunjukan waktu istirahat. Nahda sedang membaca madding sambil lihat-lihat informasi terbaru hari ini. Dia terlihat kaget saat suara seseorang menyapanya secara mendadak.

"Assalamualaikum, Nahda." Ternyata ucapan salam Aqila.

"Waalaikumsalam, kamu ngagetin aku saja," jawabnya sambil mengelus dada. Aqila hanya terkekeh melihat wajah kaget Nahda yang membuat dia ingin tertawa.

"Hehe maaf," jeda sebentar, "Kelihatannya kamu serius banget bacanya. Ada info apa di madding hari ini?" pertanyaan yang dilontarkan Aqila membuat Nahda menghentikan aktifitas membacanya.

"Kamu nanti mau ikut eskul atau organisasi apa di sekolah?" kini Nahda melemparkan pertanyaan pada Aqila.

"Nahda kebiasaan deh, orang nanya bukannya jawab dulu malah balik nanya." Aqila yang dengan wajah geram sambil sedikit mengerucutkan bibirnya.

"Iya-iya maaf-maaf. Aku terlalu serius. Coba gih kamu baca dulu ini," tangannya sambil menunjuk ke papan.

"Dibuka Kegiatan Ekstrakulikuler untuk siswa baru. Bagi yang berminat segera mendaftarkan diri," ucapnya dengan bersuara. "Ohh pendaftaran eskul, tak kira ada berita apa gitu yang cetar membahana," sambil mempergakan kedua tangannya yang di rentangkan.

Nahda hanya geleng-geleng kepala melihat tingkahnya Aqila.

"Jadinya, kamu mau ikut eksul apa?" tanyanya lagi.

"Emmm sebentar-sebentar, aku mikir dulu," dengan telunjuk jari kanan yang diketuk-ketukan ke pelipis, seolah-olah sedang berpikir keras.

"Lama. Tinggal jawab aja apa susahnya sih. Sok-sokan mikir keras." Ejek Nahda, yang dibuat-buat.

"Sabar napa Da, aku butuh berpikir sejenak, biar ga salah jalan," cerocosnya. Nahda hanya memutar bola matanya, jengah.

"Okehh,, ekhh..ekhem.. aku mau jawab nih yah pertanyaanmu. Aku kayanya mau ikut musik aja apayah?"

"Itusih bukan jawaban, tapi pertanyaan," sindirnya.

"Hehehe,, soalnya aku masih bingung," jawab Aqila dengan cengiran, tanpa dosa.

"Kalo misalkan suka musik, dan itu hobimu, ya sudah ikuti saja eskul musik selagi itu hal yang positif," ujar Nahda kepada Aqila. Nahda memberikan nasehat sedikit pada sahabatnya.

"Iyasih, emmm.. kalo kamu mau ikut apa?"

"Aku In Sya Allah mau ikut eskul rohis. Supaya aku bisa memperdalam agamaku juga," dengan seualas senyum, sambil menerawang ke depan seolah-olah ada suatu gambar yang di lihat.

"Aku jadi pengin ikut rohis," ucapnya penuh harapan.

"Ya udah, Ayo ikut rohis juga bareng denganku!" ajak Nahda pada Aqila. Berharap semoga dia mendapatkan hidayah dari-Nya.

"Tapi.. apa boleh aku ikut rohis? Sedangkan aku belum memakai jilbab?" dengan hembusan nafas sedikit gusar namun berusaha untuk tenang. Dari cara bicaranya ada sebuah harapan untuk mau berubah.

"Apa salahnya mencoba."

Seulas senyum terbit di wajah cantik temannya sebagai jawaban. Dia merasakan ketentraman dan semangat yang luar biasa ketika dia bertekad untuk berubah. Nahda bersyukur karena temannya mau melakukan hal yang positif bukan ajakan dia, melainkan tekad dari dirinya sendiri. Dan Nahda benar-benar berharap semoga semua pertemanan yang dia jalin dengan sahabat-sahabatnya mampu membawa mereka mendapatkan syurga-Nya kelak. Amiiiin.

***

Nahda Pov

Malam harinya sebelum aku tertidur, aku selalu membiasakan diri untuk merefleksi diriku pribadi sambil menulis kegiatan keseharianku di buku diary yang selalu menemaniku. Buku inilah yang memberiku semangat untuk terus mengukir keseharianku dengan keinginan dan harapan. Buku inilah yang menjadi saksi bisu perjuanganku untuk meraih kesuksesanku, cita-citaku dan segalanya tentang aku.

Aku tersenyum mengingat-ingat kejadian yang kulalui, sambil menulis rangkaian kata di dairyku. Mulai dari bertemu dengan sahabat kecilku sampai perkataan Aqila yang mau berubah.

###

Aku nyaman dengan Sekolahku...

Awal aku menapakan kakiku, aku merasa tidak pantas bersekolah di sana karena aku merasa tidak sepadan dengan mereka. Tapi aku bersyukur, aku dipertemukan dengan temanku bernama Aqila. Dia gadis cantik, ramah, baik dan anaknya terbuka. Dan aku lebih bersyukur lagi karena dia bertekad mau berubah, ingin berusaha mengenakan jilbab, atas dasar hatinya yang ingin menjalankan syariat-Nya.

Di sisi lain, aku di pertemukan kembali dengan sahabat kecilku. Bukan maksud aku tidak suka, tapi aku takut pertemuanku dengan dia membuat hubunganku semakin renggang.

Aku bingung... harus bersikap seperti apa? supaya dia mau menerimku lagi. Yang aku tahu, hanya Engkaulah yang mengetahui kebaikan untuk diriku dan dirinya. Berharap semoga pertemananku bisa kembali seperti semula. Amiiin

25 Juli 2016

***

Assalamualaikum.Wr.Wb.

Salam kenal semuanya, maaf yah kalo masih banyak typo dan mungkin ada yang kalian suka dan juga tidak. ini lanjutan cerita part pertamaku. Semoga kalian suka, dan bisa menghibur. In Sya Allah saya terbuka menerima pendapat dari kalian. Kalo bisa sehabis baca tinggalkan jeja dengan vote dan comment yah. Terima Kasih.

Semoga kita semua selalu dalam Lindungan-Nya. Amiin..

My StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang