2. Dunia Baru

139 26 15
                                    

Nama : Aruna Langit Rinjani (Jani)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nama : Aruna Langit Rinjani (Jani)

(Ambivert. Atlet Bela Diri { pas smk }. Hobi baca buku)

Tok tok tok

Terdengar suara ketukan pintu. huaaaaa, aku menguap. Mencoba membuka mata dan mengumpulkan kesadaran.

"Jani!" panggil ibu dari luar.

"iya, huaaaaa" jawabku lagi-lagi menguap. Lalu aku singkirkan selimut yang menghangatkan tubuhku sewaktu tidur semalam.

"Jani cepat! Ini sudah hampir jam enam," ucap ibu dari balik pintu.

"iya, Bu, sebentar," jawabku dengan jalan yang lamban membuka pintu.

"Iya, Bu,  Jani mandi sekarang." lanjutku setelah membukakan pintu dan segera ke kamar mandi melewati ibu begitu saja.

20 menit kemudian setelah aku selesai mandi ibu mengingatkanku mengenai barang-barang apa saja yang akan aku bawa. "Jani jangan ada yang kelupaan."

"Iya bu, engga kok. Sudah siap semuanya. Aku tinggal kontek Yola." jawabku sambil mengumpulkan beberapa berkas lamaran kerja.

Yup! Aku sudah lulus satu bulan yang lalu. Kini statusku menjadi pencaker (Pencari Kerja) bersama Yola, sedangkan Angka memilih kuliah dan mengambil jurusan Agro Teknologi.

Ah, pilihan kami berbeda. Tapi semoga kami bisa berjalan sebaik mungkin di langkah yang telah kami ambil.

"Kalo kalian mudik kontek gue ya. Kita maen bareng lagi," ucap Angka beberapa hari lalu saat ketemuan terakhir kali.

"Aku pasti rindu kamu, Angka! Rindu kita!" Batinku.

Aku segera bergegas keluar setelah mendapatkan balasan dari Yola. "Ibu! ayok, Bu. Yola sudah berangkat ke terminal," ucapku sedikit berteriak memanggil ibu.

Lalu ibu memanggil adikku, "Zovan, antar kakakmu ke terminal!" lalu Zovan, adikku keluar dari kamarnya yang telah rapi mengenakan seragam SMPnya.

"Jadi sama kamu dek?" tanyaku agak bingung karena memang dari kemarin rencananya Ibu yang akan mengantarku ke terminal.

"Iya sama aku, ibu lagi nyuci baju," jawabnya sambil menyalakan motor.

"Ayok," ajaknya.

Lalu ibu keluar, "aku berangkat ya bu, assalamualaikum." ucapku sambil salam dan mencium tangan ibu.

"Hati-hati ya Jan. Kalau ada apa-apa hubungi aja ibu. Semoga berhasil dengan pilihanmu," ucap ibu dengan mata yang berkaca-kaca, aku tak kuasa melihat wajah ibu yang akan kutinggal beberapa waktu ke depan. Tanpa basa-basi lagi aku langsung naik motor dan berangkat.

Selama perjalanan menuju terminal tak ada percakapan antara aku dan adikku. Dia memang jarang ada di rumah. Walau masih SMP, tapi dia sudah suka keluyuran malam. Sudah dapat teguran dariku, ibu dan ayah. Tetap saja dia tidak patuh dan tidak kapok. Bahkan hp dan motornya sudah pernah ayah sita agar dia tidak keluyuran. Tapi tetap saja ia jarang di rumah. Entahlah, aku sudah tidak tahu lagi bagaimana cara menuntun adikku. Apalagi sekarang akan aku tinggal.

Aruna [ REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang