Ini adalah hari kesekian yang kujalani tanpa kak Fadli. Si pria misterius pun sudah jarang menemuiku. Sudah kuduga, ia hanya badut yang sedang beracting menjadi coolboy, padahal aku melihatnya sebagai pria aneh.
"Hhhh hari ini panas sekali Janiiii," keluh Yola sambil mengipas-ngipaskan buku dengan tangannya. "Yola, kita kan punya kipas, jangan gunakan buku sebagai penawar keringatmu. Padahal aku menjual keringatku demi buku," ucapku sambil menyalakan kipas angin dan membawa buku malang yang hampir kusut itu dari tangan Yola yang nakal. "Heheee, makasih Jani cantiiikkk," ucapnya manja dengan senyum kuda. "Di gigimu ada cabenya Yola. Jijik banget liatnya. Cantikmu jadi hilang gegara cabe nempel di gigi, hiiih," ejekku pada Yola yang menjadi cengengesan sambil berkaca.
Hari ini aku dan Yola diberi waktu dua hari untuk libur, Senin dan Selasa. "Kamu kok belum mandi si Jan?" Tanya Yola.
"Iya belum, tenang ajalah. Baru juga jam sepuluh, aku berangkat jam satu aja," jawabku polos. "Dih siap-siap dulu dong, biar cantik. Siapa tau nanti ada senior yang tertarik sama kamu, hahaha ..."
"Apasi Yol, kalo ngomong suka ngada-ngada,"
"Gak ngada-ngada, kok. Biar kamu gak jadi cewek kesepian aja hahaha."
"Dih maaf ya, aku bahagia tanpa seseorang bernama pacar. Daripada punya pacar tapi galau terus. Terus jalanin hubungan yang gak halal lagi hiiih," ejekku kepada Yola yang tengah cengengesan mendadak terdiam dengan muka flatnya.
"Bentar lagi halal kok, doain aja wleee," jawabnya sembari menjulurkan lidahnya.
Anak ini! Berulang kali aku mencoba mengingatkannya, dari cara lembut, sindiran, dan sekarang secara blak-blakan, tetap saja susah.Aku tahu, aku pun seorang pendosa, aku tak sempurna, bahkan jauh sekali dari kata sempurna. Aku bukanlah orang suci atau orang alim, lebih tepatnya, aku hanyalah wanita akhir zaman yang tengah berusaha memperbaiki diri, menata hati, dan berjuang demi orang yang kucintai, juga demi masa depanku, dan tentunya berjuang demi mendapatkan ridha Allah dan surgaNya.
Waktu sudah menunjukan pukul 12:15, aku sudah siap untuk pergi ke kesekretariatan kampus yang kuingini untuk kuliah di sana. "Bismillahirrahmanirrahiim," ucapku dalam hati.
Tiba-tiba Yola memanggilku dari dalam, "Jani, hpmu aktif gak?" Tanya Yola
"Aktif, cuma aku mode pesawat biar awet batrenya. Kenapa?"
"Zovan telpon aku, katanya penting dan kamu harus telpon balik sekarang juga,"
"Mmmm oke-oke," jawabku simpel. Tumben Zovan memintaku untuk menelponnya, se-urgent apasi yang mau Zovan sampaikan?
Di telpon
Aku : Assalamualaikum Van, ada apa?
Zovan : Kak, *terdengar isak tangis dari Zovan*
Aku sedikit terheran, apa yang terjadi dengan Zovan? Mengapa ia terdengar menangis? Tak biasanya Zovan suaranya tersedu seperti ini.
Aku : Zovan, kamu kenapa? *dengan nada bicara yang sedikit panik.*
Zovan : Mama, kak ...
Zovan : Mama meninggal kak,Sungguh! Berita macam apa ini?
Aku : Jangan becanda kamu! Mana ayah?
Zovan : *memberikan hpnya pada ayah*, Jan ( Suara ayah terdengar berat sekali, pun terdengar tersedu-sedu )
Aku : Ayah ada apa sebenarnya? *tanyaku panik, air mata sudah berkumpul untuk terjatuh di pipi, Yola sedari tadi menyaksikan mataku yang berkaca-kaca hanya terdiam dengan raut wajah yang keheranan*
Ayah : Mamamu, Jan. Telah pulang ke rahmatullah.
Astagfirullah. Hatiku benar-benar belum bisa menerima kabar ini. Akhirnya air mataku terjatuh juga. Aku lemas, aku terjatuh dan Yola langsung merangkulku. Aku yang selama ini menerima kabar bahwa mama baik-baik saja, tiba-tiba mendengar hal semacam ini.
Tak adil!
Tanganku hanya bisa kugunakan untuk mengusap air mataku sendiri yang semakin deras mengalir di pipi. Coba kau bayangkan, anak mana yang tak rapuh jiwanya kala mendengar malaikat paling cantik dan paling dicintau di dalam hidupnya telah tiada? Bagaimana caraku melanjutkan hidup tanpa suaranya lagi? Tanpa senyumnya lagi yang menjadi obatku ketika kumerasa lelah atas rutinitasku? Bagaimana bisa aku tanpamu, malaikatku?
Yola membawaku masuk ke dalam, aku menceritakan semuanya sembari terisak. Yola terus mengusap punggungku untuk mencoba menenangkan. Mengapa Ma? Mengapa kau berpulang saat aku tak ada di sampingmu? Mengapa kau berpulang saat aku belum bisa menjadi putri yang baik? Mengapa kau berpulang saat aku belum bisa memberi yang terbaik utukmu? Sungguh sulit mulut ini mengucap innalillahi wa innalillahi raji'un. Sungguh detik ini keikhlasan belum menghampiriku. Aku terus beristigfar, berusaha menenagkan diri yang semakin menjadi-jadi menangisi kabar yang baru saja kuterima.
"Malaikatku, bagaimana bisa aku bercengkerama dengan waktu bila ikhlas saja tak kunjung menghampiriku untuk melepasmu? Sungguh kini kau hanya menjadi kenangan. Kenangan yang akan terus dan selalu hidup dalam jiwaku. Dari sini, aku akan membahagiakanmu dengan keshalehahan yang tengah kuperjuangkan. Aku menyayangimu, aku putri kecilmu yang selalu kau manjakan dari kecil hingga kini. Untukmu yang kasih sayangnya tiada banding, semoga iman islammu mendapatkan tempat terbaik di sisiNya. Aamiin Allahuma Aamiin,"
🎬🎬🎬
Sampai sini dulu ya ❤😢 semoga dapet feelnya guys. Thats why aku selalu minta saran, agar tulisanku lebih baik lagi untuk melanjutkan cerita ini. Pokonya aku sayang kalian❤ sayang Mamaku juga😢😢
Salam drama dariku si penikmat luka.Salam daffodil,
Luneel
KAMU SEDANG MEMBACA
Aruna [ REVISI ]
RomanceAwal mula aku menyadari, bahwa cinta dapat tergantung di antara langit dan bumi. Padahal aku adalah langit, tapi dalam cerita ini, aku sebagai bumi. Ingin kenal dengan Aruna Langit Rinjani yang menjadi bumi? Mari masuk ke dalam dunianya yang bukan...