9. Langkah Baru yang Kuambil

61 4 0
                                    

Sesaat setelah kejadian di mana Daniel memperkenalkan dirinya dengan lantang kepada Aruna, Daniel memilih pergi dari toko roti itu. Entah dengan sengenggam luka atau sebuah usaha untuk melupa, karena apa yang ia dapat hanyalah kekejaman respon Jani yang tak pernah ia dapatkan sebelumnya dari wanita manapun.

🎬🎬🎬

*POV DANIEL*

"Aarrgghh!!!! Ya Tuhan! Mengapa Jani sekeras itu? Mengapa dia sesulit itu? Mengapa ia sedingin itu? Mengapa ia sebeku itu?!" Teriaknya sambil menggaruk-garuk kepalanya yang padahal rambutnya hanya sedikit dan tak mungkin ada kutu di sana. "Eh lupa, kalau dia tidak dingin, dia gak bakalan beku. Dasar aku!" Lanjutnya sembari mengayunkan langkahnya masuk ke dalam rumah.

Daniel lalu meletakkan jaket dan ponselnya di atas kasur, kemudian bergegas ke kamar mandi dan setelahnya melakukan kegiatan yang tak bisa ia tinggalkan sehari pun (bahkan bisa jadi kegiatan ini adalah saingan dari kegiatannya yang lain, yaitu memikirkan Jani), yaitu main game.

1 jam kemudian, ponselnya berdering. Daniel yang sedang asyik main game terpaksa harus AFK karena setelah melirik ponselnya bertuliskan "Jovelyn".

"Hallo Vel,"
"Daniel, aku mau ketemu kamu,"
"Ada perlu apa?"
"Ya pokoknya sini!"
"Kamu dimana?"
"Di kafe moony shiny,"
"Yaudah tunggu,"
"Okee makasih ya Daniel, Lo- ..." telponnya sudah Daniel akhiri terlebih dahulu.

Dengan sedikit rasa malas, Daniel memakai kembali jaketnya dan meninggalkan game dan komputernya menyala karena ia rasa Velyn akan sebentar saja memerlukan dirinya. Sesampainya di kafe, mata Daniel menyapu dari arah kanan ke kiri, tepat di ujung kiri ada seorang perempuan dengan rambut sebahu sedang memainkan ponselnya. Lalu perempuan itu mengalihkan pandangannya ke depan dan melihat keberadaan Daniel.

"Daniel!" Ucapnya sambil melambaikan tangan.

Daniel menghampirinya dan langsung bertanya. "Ada apa Vel?"

"Temenin aku makan malam ya. Sedih banget makan malam sendirian gak ada temen." Jawab Velyn dengan wajah polos.

"Itu doang?! Konyol!"

"Kok kamu gitu sih?"

"Ya aku lagi me time terus kamu bilangaku harus ke sini sekarang juga buat nemenin doang? Vel, aku sudah bukan siapa-siapa kamu lagi! Terserah ya kamu mau update apapun tentang semua keburukanku di media sosial. Aku udah gak peduli lagi. Sebaiknya kamu belajar dari apa yang aku ucapkan barusan!" Ucapnya lalu pergi.

Sementara Velyn hanya diam dengan mata yang berkaca-kaca di sudut ruangan. Ia berada hampir di ujung penyesalan. Sikap yang sebenarnya lembut membuatnya mudah menangis, apalagi menerima ucapan sekeras itu dari seorang Daniel, mantan kekasihnya.

*PoV Daniel End*

🎬🎬🎬

"Yep! Alhamdulillah ..." Ucap Jani lega sambil memainkan ponselnya.

"Kenapa kamu Jan?" Tanya Yola keheranan.

"Aku ikut PMB di UPB," jawab Jani sambil tersenyum kuda.

"Ha? Beneran kamu?"

"Iya Yola, ini!" Jawab Jani meyakinkan Yola dengan memperlihatkan brosur dan form pendaftaran online di hpnya.

"O my god! Temen gue! Sejak kapan kamu ada keinginan untuk kuliah? Kok sebelum-sebelumnya gak pernah cerita ke aku si?"

"Yaaa gimana yaa, hmm susah jelasinnya. Yang jelas ini semua demi mimpiku, haha,"

Yola hanya tersenyum melihat Jani yang sedang senang dengan pilihannya. Sebagai sahabatnya, tentu Yola mendukung penuh apapun pilihan Jani selama itu baik untuk dirinya, apalagi menyangkut mimpi dan masa depan sahabat tercintanya itu.

"Semoga Engkau meridai langkah yang kuambil. Semoga semuanya dapat aku lalui dengan sabar dan tawakal. Apapun yang terjadi nanti, semoga itu yang terbaik dan dapat membuatku menjadi lebih kuat menghadapi dunia. Aamiin" Ucap Jani berdoa di dalam hatinya.

🎬🎬🎬

Sekian dulu ❤ sampai jumpa di bagian selanjutnya 🤗

Aruna [ REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang