Saat cerahnya arunika memulai hari. Aku terbangun dan menatap ke depan seolah sedang menerawang masa depan. Dengan pakaian tidur seadanya, dan kerudung yang sudah tidak menentu bentuknya. Sesekali aku menguap.
"Yolaaaa!" panggilku sedikit teriak dengan nada yang suntuk.
"Apa Jan?" jawabnya dari dalam kamar mandi dengan suaranya yang menggema.
"Ini sudah mau jam 5. Aku belum solat Yola!" jelasku dengan maksud menyuruhnya agar mempercepat kegiatannya di kamar mandi.
"Iya Jan bentar. Aku kan bukan kamu yang mandinya gak bersih alias mandi kadal!" jawabnya dengan nada iseng. Aku tak meresponnya.
Aku merebahkan badanku lalu memposisikannya miring ke kanan. Sambil menatap lurus ke depan, seolah ada narasi yang melintas di benakku,
Ini bukan tentang terkaan. Bukan pula tentang temaram. Aku sudah tak percaya lagi dengan cahaya purnama. Tetap saja. Hatiku gelap gulita tanpa cahaya, cinta.
Kalimat-kalimat itu lewat begitu saja, membuatku bertanya dalam hati, apa yang barusan aku pikirkan?
Tiba-tiba dari belakang ada yang menepuk pundakku. Sontak saja aku kaget dan langsung terbangun dengan bibir yang menganga. " Yolanda!" teriakku kesal. Aku sedang menikmati lamunanku, meski hanya berpikir tentang sesuatu yang terlintas begitu saja. Menanggapi kekesalanku Yola hanya tersenyum kuda. "Malah senyum! Meringkih sekalian biar kaya kuda!" hardikku dengan nada bicara yang greget karena kelakuan Yola. Aku lalu bergegas ke kamar mandi.
🕳🕳🕳
Tanggal 28 Agustus (akhir bulan. Jani dan Yola sudah hampir boke)
"Aaaaaa Yola!" kataku sambil memutarkan pinggangku karena pegal. "Banyak banget yang beli. Kasir sudah ada tiga. Tapi kami masih kewalahan," lanjutku sambil melirik ke arah Yola yang tengah menikmati minumannya. Di jam istirahat ini aku hanya meminum satu botol yoghurt dan cheese cake dari mini market.
***
Saat jam pulang di perjalanan (gang) menuju kosan...
"Yola, aku ingin membeli buku baru. Aku perlu referensi untuk menulis lebih banyak puisi dan cermin-cerminku" kataku,
"Iya nanti setelah mandi kita ke toko buku. Emang kamu uang masih ada?" tanyanya. "Ada buat buku. Aku sudah memisahkan uang khusus buku!" jawabku penuh semangat.
"Kayanya cuman buku yang bisa bikin kamu semangat," ujarnya sambil melirik ke arahku.
"Tentu saja Yolaaa, aku cinta sekali dengan buku,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aruna [ REVISI ]
RomanceAwal mula aku menyadari, bahwa cinta dapat tergantung di antara langit dan bumi. Padahal aku adalah langit, tapi dalam cerita ini, aku sebagai bumi. Ingin kenal dengan Aruna Langit Rinjani yang menjadi bumi? Mari masuk ke dalam dunianya yang bukan...