Chapter 4

77 17 4
                                    

"Mereka Juga Tidak Salah"

21 Maret 2019, Kamis (12.55)

"Sombong sekali mereka," ucap Zakyah merasa kesal.

"Bukankah kalian juga sombong?" tanya Ilmi.

"Tapi kami tidak sesombong itu," jawab Zakyah.

"Lalu? Sesombong apa?" tanya Raisya.

"Apaan kau... ikut-ikut masalah orang lain," ucap Zakyah kesal dengan sikap Raisya.

"Dandi mana?" tanya Gina tiba-tiba.

"Nah... dia kabur, takut mungkin. Soalnya udah ini grup dia kan yang harus masuk," ucap Zakyah.

"Mungkin Dandi takut, tapi kami tidak. Kami akan tetap masuk," ucap Rizal.

"Siapa yang tadi kalian sebut takut?" tanya Dandi yang muncul dari arah belakang mereka.

"Kau lah, siapa lagi?" tanya Zakyah.

"Kau pikir kau hebat?" Dandi mendebat Zakyah.

"Tapi aku lebih berguna darimu kok," ucap Zakyah.

"Namun larimu lambat, kau tidak akan bisa bertahan hidup," jawab Dandi merendahkan.

"Aku ini petarung, bukan pelari," jawab Zakyah.

"Apakah kita akan terus-terusan berdebat seperti ini?" tanya Rigan yang tidak bisanyanya ikut mengobrol.

"Iya... menurutku ini memang sangat tidak berguna. Apakah kita akan berhasil jika seperti ini terus?" tanya Dewi.

"Apa maksudmu kita ini lemah?" tanya Dandi.

"Bukan begitu, tapi-"

"Iya. Kita memang sangat lemah," sela Nayla.

"Maaf, tapi sepertinya kalian saja yang lemah, aku tidak," ucap Gina tidak terima.

"Asalkan kau tau. Kita ini seperti sebuah lidi yang sangat rapuh," sahut Sania.

"Tapi jika banyak lidi bersatu. Maka akan jadi kuat, itukah yang ingin kau katakan?" tanya Nayla.

"Jangan baca pikiranku. Aku tidak suka," ucap Sania.

"Aku tidak membaca pikiranmu. Aku hanya menebak," jawab Nayla.

"Tapi mau tidak mau itu memang benar," jawab Zalfa.

"Memangnya apa salahnya jika kita hanya sebatang lidi?!" tanya Dandi yang langsung pergi ke kantin begitu saja.

"Mustahil. Coba lagi saja nanti," ucap Ilmi.

"Tapi... ada perkembangan kan," Rifki menjawab kalimat Ilmi.

...

21 Maret 2019, di dalam labirin (13.00)

"Sebenarnya apakah monster yang akan kita lawan sangat sulit?" tanya Desi pesimis.

"Jangan bicara dengan nada pesimis begitu. Kita pasti bisa," ucap Alfi.

"Di depan sana... itu pintu apa?! Besar sekali!!" ucap Risma.

"Sepertinya... itu pintu menuju ruang bos!" ucap Derisa.

"Wah. Beuruntung sekali kita. Tak perlu lama-lama sudah menemukan tempat bos lantai tiga ini bersemayang," ucap Alfi bahagia.

"Lalu? Apakah kita akan langsung lawan? Tidak mengatur strategi dulu?" tanya Sabian.

"Tentu saja kita mengatur strategi dulu. Aku dan Risma akan membuat pergerakan monster disana menjadi terbatas, Anisa selalu berikan kami kekuatan dan sembuhkan kami, Derisa, Nisa, dan Desi gunakanlah sihir kalian untuk menyerang monster dari dekat, Sabian dan Febinda seranglah monster itu dari jarak jauh menggunakan benda yang cukup tajam dan keras, lalu Ilyani ganggulah konsentrasi monster itu. Paham?" tanya dan jelas Alfi.

Incredible FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang