Chapter 8

65 18 0
                                    

“Jam Pasir”

30 Maret 2019, sabtu (09.24)

“Baiklah. Sekarang saatnya kalian untuk berjuang,” ucap Dandi pada Rigan dan Alfi.

“Ya… tapi aku merasa sedikit aneh. Tidak biasanya kita membawa perbekalan seperti ini,” ucap Alfi.

“Dan kenapa Winda harus ikut kemari?” tanya Nayla.

“Aku ikut semua kelompok kok. Soalnya, akulah satu-satunya orang yang memiliki kekuatan tahap ke dua,” ucap Winda dengan nada meremahkan bagi Nayla.

“Gawat… Dandi! Aku izin tidak ikut saat ini, aku ada urusa-”

“Mau kemana kau Zalfa…” ucap Dandi dengan ekspresi menakutkan.

“Eh… enggak, aku mau dibelakang saja,” Zalfa mengurungkan niatnya untuk pergi.

“Zalfa,” Raisya memanggil Zalfa.

“Ya?” tanya Zalfa dengan agak antusias.

“Mati saja kau didalam sana,” ucap Raisya sembari tersenyum merendahkan.

“Kau… hah, terserah. Jangan panggil namaku lagi bodoh,” Zalfa merasa sedikit sedih, namun wajahnya terlihat menahan sebuah senyuman.

“Kita akan melawan kuda besi itu lagi?” tanya Sabian yang sepertinya masih sedikit trauma.

“Berhentilah merengek dan coba lakukan semuanya sesuai rencana,” Alfi mendorong Sabian agar ia berjalan di depan.

“Oy!” Sabian hampir terjatuh.

“Sstt… kalian mendengar itu tidak?” tanya Nayla.

“Sebentar,” Ilmi mengeluarkan seekor kupu-kupu dari kantungnya dan kupu-kupu itu pergi, lalu kembali selang beberapa detik.

“Ada apa?” tanya Febinda.

“Sepertinya… sebelum melawan bos kita akan pemanasan terlebih dahulu,” ucap Ilmi sembari melihat kedepan yang dengan cepatnya ada lima hingga tujuh monster berbentuk kecoa namun memiliki ukuran yang besar dan badannya terbuat dari besi.

“Kecoa?!” Sania terkejut ketakutan.

“Aku mundur untuk yang ini,” Nayla melangkah mundur namun dibelakangnya sudah menunggu sebuah jirah melayang yang memegang pedang dan menyayunkan pedangnya kearah Nayla.

“Mind!...” Nayla tidak jadi menggunakan sihir,  ia malah mencoba menghindar dan untungnya berhasil.

“Hei! Kenapa kau tidak menggunakan sihirmu?!” tanya Winda yang mendekati Nayla.

“Aku tidak terluka… lagipula, aku malas menggunakan sihir,” jawab Nayla.

“Alasan bodoh mancam apa itu?!” Winda menendang Nayla.

“Ukh… sebaiknya kalian jangan bertengkar, dan fokus dulu. Kita hanya perlu menekan tombol disana untuk masuk ke dalam ruang raja dengan cepat.

“Tombol… maksudmu tombol yang ada di atas sana?!!” Ilmi terkejut setelah melihat ada sebuah tombol yang berada ratusan meter diatas kalian.

“Yosh. Serahkan yang ini padaku. Sania! Antar aku sedikit ke atas,” ucap Ilyani.

“Ya,” Sania mengeluarkan sulur yang melempar Ilyani cukup tinggi, lalu ketika Ilyani dapat melihat tombol itu puluhan meter diatasnya ia menggunakan teleportasi dan berhasil menekan tombol itu.

“Bagus Il!” Risma senang.

“Bosnya ternyata sedang tidur,” Rigan mencoba melangkah mendekati monster itu.

Incredible FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang