Chapter 12

63 15 0
                                    

“Cukup Kata Maaf Saja (2)”

2 April 2019, di lapangan (08.17)

“Kau benar-benar sudah berjuang keras!” sahut Nayla pada Raisya.

“Sekarang yang datang hanya sedikit yah?” tanya Alfi.

“Iya… katanya yang lain sakit,” jawab Abil.

“Raisya! Kemarin kau sudah banyak berlatih. Semoga hari ini kau menang!” ucap Sania.

“Tapi inti dari pertarungan saat ini adalah… siapa yang menyerang duluan dia yang akan menang kan?” tanya Raisya.

“Iya. Tapi kau harus pintar-pintar menghindari serangannya,” jawab Nayla.

“Maaf lama~” ucap Winda yang datang dari arah gerbang.

“…” Cici terlihat beda dari biasanya. Ia memakai jaket hitam, topi dan masker.

“Cici sedang kurang sehat sekarang. Jadi maklumi yah,” ucap Paijar.

“Ukh.. ukh... aku tidak sesakit itu menyerah,” ucap Cici.

“Baiklah… mari kita lakukan pertarungan ini,” Raisya memasuki arena tarung dan mengeluarkan pistolnya.

“Ya…” jawab Cici yang ikut masuk ke dalam arena dengan tangan kosong.

“Meremehkanku?” tanya Raisya.

“Aku memang tidak memakai senjata,” jawab Cici.

“Kau terlihat sedikit lesu saat ini… ada apa?” tanya Raisya sembari tersenyum meremehkan.

“Silent and watch me,” ucap Cici. Lalu peluit tertiup menandakan mulainya pertarungan.

Tanpa disangka Cici hanya terdiam dan Raisya langsung menembakkan peluru mimpi buruk tepat ke kepala Cici, tetapi dengan cepat Cici menghilang dari arah tembaknya dan muncul di belakang Raisya. Cici memegang punggung Raisya dan seketika Raisya terbatuk dan mengeluarkan darah.

“Ukh… apa apaan itu?” tanya Raisya tepat setelah ia berada di jarak aman.

“Sihir kecil agar tubuhmu tak berfungsi secara normal,” jawab Cici.

“Terserah apa katamu. Tapi… kau tak bisa kabur lagi sekarang,” jawab Raisya yang ternyata Cici berada dalam daerah jebakannya. Saat bunga mawar raksasa muncul dari bawah dan memakan Cici, Cici ternyata sudah ada di samping Raisya.

“Bunga mawar itu terlalu menyeramkan,” ucap Cici yang mendorong Raisya hingga jatuh ke dalam mawar raksasa itu.

Keadaan hening seketika. Awalnya Cici berpikir ia sudah menang. Namun tidak. Bunga itu terlihat mengering. Warna kelopaknya memudar dan muncullah Raisya di tengah mawar yang layu itu.

Awalnya tidak ada yang aneh, tapi di sekitar Raisya berterbangan kelopak-kelopak mawar hitam, kelopak mawar itu terbang mengelilinginya. Warna mata Raisya berubah menjadi ungu gelap dan tidak ada cahaya kehidupan.

“Ini…” Cici terkejut.

“Aku belum pernah melihat yang seperti ini…” Winda ikut terkejut.

“Level maksimal dari kekuatan pembaca pikiran,” ucap Nayla.

“Apa?” tanya Paijar.

“Ini bagus… Cici akan langsung kalah begitu saja ketika terkena serangan Raisya… tapi dari awal kalian terlihat kebingungan… apa ada kecurangan kalian yang gagal?” tanya Nayla.

“Kecurangan?” tanya Winda.

“Inti dari pertarungan ini adalah siapa yang duluan dialah yang menang. Tapi di awal saat Raisya menyerang Cici, kemenangan malah di tangan Cici. Jangan-jangan kalian sudah menyerang sejak awal?” tanya Nayla.

Incredible FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang