Zahra sudah sampai dirumahnya, tapi dia tidak melihat kedua orang tuanya. Zahra berjalan kedapur untuk mencari bik Imah.
"Assalamu'alaikum bik, bunda sama ayah gak dirumah bik?" tanya Zahra kepada bik Imah saat tiba di dapur dan melihat melihat bik Imah sedang mencuci piring.
"Wa'alaikumussalam non, bunda sama ayah lagi kebutik non, mungkin bentar lagi pulang" jawab bik Imah yang melihat kehadiran Zahra di dapur.
"Ya sudah, kalau gitu Zahra ke atas dulu bik, bibik istirahat gih, jangan terlalu capek, besok aja di lanjutin" nasehat Zahra. Ya orang tua Zahra memang mengajarkan kepadanya untuk menghormati orang yang lebih tua. Bagi Zahra dan keluarga, bik Imah sudah sperti keluarga sendiri. Mereka tidak pernah melihat kekayaan untuk berteman, tidak juga jabatan. Semuanya sama, sam-sama hamba Allah.
"Iya non, tanggung dikit lagi" jawab bik Imah melanjutkan cuci piringnya. Zahra selalu memberi nasehat seperti itu, bunda dan ayahnya pun seperti demikian, bahkan Zahra pun dulu juga seperti itu. Bik Imah yang sebagai asisten rumah tangga sudah menjadi kakak angkat bagi bunda dan ayah Zahra.
"Bibik ni slalu ja itu jawabannya" Zahra menggeleng-gelengkan kepalanya dan tersenyum seraya merangkul bik Imah.
"Kalo gitu Zahra ke atas dulu ya bik, ingat lo bik, habis ini harus... "
"Istirahat" jawab mereka berdua kompak dan tertawa.
"Eh non Zahra gak makan dulu, biar bibik panaskan makanan nya"
"Ntar aja bik, Zahra belum shalat soalnya"
"Ya sudah non" Zahra tersenyum ramah kepada bik Imah, bik Imah pun demikian.
Dengan cepat Zahra pergi ke kamarnya dan melaksanakab shalat isya, tak lupa pula Zahra menambah hafalannya.
Deru angin di luar sana yang membuat suasana malam ini sangat dingin dan mendatangkan kantuk. Zahra yang masih duduk di atas sajadahnya mencoba memnaring kan tubuhnya di sana untuk tidur sekejap.
Pukul 21:00 wib.
Ayah dan bunda Zahra pulang kerumah. Saat tiba di dalam rumah, bundanya tak melihat Zahra."Bik, Zahra udah pulang belom ya?" tanya bunda pada bik Imah saat duduk di ruang tengah.
"Udah nah" jawab bik Imah. Ninah adalah panggilan bik Imah pada bunda Zahra. Kepada ayah Zahra bik Imah tetap panggil tuan, walaupun sudah di larang, tapi jawaban si bibik tetap sama "sudah terbiasa".
"Tapi si non belum makan nah, tadi udah di suruh, katanya mau shalat dulu tapi gak turun-turun juga" lanjut bik Imah.
"Ya udah kalo gitu biar ayah cek dulu" pamit aryanto, ayahnya Zahra.
Ayah Zahra berjalan ke kamar Zahra, pintu kamarnya di ketok, tapi tak juga kunjung ada jawaban. Tanpa pikir panjang ayahnya langsung masuk kamar Zahra yang ternyata tidak di kunci.
Pintu terbuka, tampaklah Zahra yang tertidur di atas sajadahnya. Ayah Zahra langsung menghampiri Zahra. Terlihat di wajah Zahra tidurnya yang sangat pulas.
Zahra di pindahkan ke size king miliknya. Setelah menyelimuti putri tersayang nya dan membereskan sajadah Zahra, ayahnya pun turun kebawah.
"Mana Zahra yah" tanya bunda saat ayah sudah tiba di ruang tengah.
"Sudah tidur dia bun"
"Ya udah, kalo gitu semua pada istirahat, bik Imah langsung istirahat ya"
Semua menuju ke kamarnya masing-masing.
⛅⛅⛅
Pagi ini cuaca sangat cerah. seperti biasa, sehabis sarapan orang yang ada di rumah Zahra berkumpul di ruang tengah.
"Kak, gimana keadaan mama Rina?" tanya Mira.
"Kemaren sih mesih belum sadar bun" jawab Zahra sambil membuka kulit buah apel.
"Ayah hari ini gak kantor kan?"
"Gak, kenapa bun?"
"Gimana kalo kita ke rumah sakit, jengukin Rina"
"Zahra mah setuju bun, Qila juga jengukin mama Rina katanya sama abi, umi dan Fatir" jawab Zahra girang.
"Ayok, kalo gitu pada siap-siap" perintah Aryanto.
🚗🚗
Tak terasa perjalan kerumah sakit tak terlalu lama, kini Zahra dan keluarganya sudah tiba di ruangan mama Rina. Disana tetlihat sudah datang keluarga Qila.
"Assalamu'alaikum" ucap bunda.
""Wa'alaikumussalam" jawab mereka semua.
"Mira, baru sampe ya?" tanya umi Fitri, uminya Qila.
"Iya Fit"
"Giman keadan kamu Rin?" tanya Mira.
"Udah mendingan kok Mir"
"Obatnya udah di minum?"
"Udah, Fitri yang bantuin tadi"
"Syukurlah" ucap Mira.
"Ini kenapa bisa terjadi sih Rin?" tanya Fitri.
"Ntah lah Fit" jawab Rina lesu.
Selesai menyalami orang yang di sana, Zahra menghampiri Rina.
"Mama cepat sembuh ya" ucap Zahra sambil memeluk Rina.
"Iya sayang, Ara do'ain mama ya"
"Pasti ma"
Semua pada berbicara dengan yang sebayanya. Bunda Zahra dan umi Qila bergurau dengan mama Jihan. Ayah Zahra dan abi Qila juga membicarakan perusahaan nya masing-masing.
Begitu pun dengan Zahra, Jihan, dan Qila. Kalo Sadiq, lagi membawa Fatir ke taman rumah sakit, karna Fatir yang takut dengan orang terbaring di rumah sakit dengan selang-selang di hidungnya.Terlalu Sibuk bercerita, tanpa sadar sudah 2 jam mereka di Rumah sakit. Semuanya pada pamit pulang.
"Rin, aku dan keluarga pamit pulang. Kamu jangan malas minum obat" ucap bunda Zahra.
"Iya Mir"
"Aku juga pamit Rin, jangan pikir macam-macam dulu, masalah perusahaan biar Sadiq aja yang handel semuanya" ucap umi Qila.
"Iya Fit"
"Mama, Zahra pulang dulu" pamit Zahra pada Rina
"Iya sayang"
"Han, jaga mama ya"
"Siap Ra"
"Mama, Qila juga pamit ya. Mama cepat sembuh"
"Iya sayang, makasih ya"
"Han, aku juga pamit"
"Iya Qil"
"Assalamu'alaikum" ucap mereka semua sebelum keluar dari ruangan Rina.
"Wa'alaikumussalam, fi ama nillah"
Semua sudah pulang kerumah masing-masing.
_________________________________
Kapan-kapan Fira lanjut ya. Fira UN dulu senin besok. Siap UN, janji deh Fira fokus sama "Santri pesantren"
Jangan bosan kasih bintang ya.
Jangan marah juga kalo ada typonya. 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Santri Pesantren
Genç Kurgu"Zahra lathifa mahfuzah" Wanita 17 tahun yang shalehah berhati lembut, dikagumi banya ikhwan dan disenangi banyak akhwat. "Angga al-hafis mubaraq" Sesuai namanya dia seorang hafidz, bersiakap lemah lembut kepada semua orang dan tak pernah pilih-pili...