Hari Pertama di Rumah Baru
Pagi-pagi sekali aku sudah keluar rumah untuk menyamput mentari. Aku suka di sini. Terlebih ada kebun di sisi kiri rumah yang menambah kesejukan. Aku menjelajah ke sekeliling rumah. Ternyata rumahku berada di posisi yang menurutku strategis, di kelilingi hamparan sawah yang luas di sisi kiri dan depan adalah pemandangan indah yang hanya aku temukan di sini. Aku menghirup dalam-dalam udara pagi ini. Seakan baru pertama kali bernafas.
“Lagi ngapain, Su?” Suara lembutnya menginterupsiku dari suasana pagi ini.
“Eh Apaa, gak kok. Cuma lagi nikmatin udaranya aja, adem hehe.”
“Masuk dulu yuk, sarapan. Mamah udah masak enak lho.”
“Siap kapten!”
Suasana makan pagi begitu damai. Meski dengan segala kesederhanaan, namun kebahagiaan begitu terasa. Aku hampir meneteskan airmata karena begitu terharu dan terbawa suasana. Haha, aku memang begitu mudah larut dalam perasaan haru.
Hari ini aku habiskan untuk berkeliling sekitar rumah. Menapaki setiap lekuknya. Menghafal setiap sudutnya. Agar jika suatu saat aku rindu karena tidak lagi di sini, aku tetap mengingatnya, bahkan suasana yang ada di sini jua.
Matahari semakin redup, bersiap hendak istirahat di pelataran bumi. Karena begitu asyiknya menelusuri pekarangan rumah, aku sampai tidak sadar bahwa hari ini akan habis. Tergantikan oleh malam sunyi. Untuk itu aku di sini, duduk di pilar tangga panjang di teras samping rumah. Aku menatap langit yang semula biru kini berubah jingga. Dan inilah kali pertama aku jatuh cinta pada senja. Aku bahkan mengikrarkan janji di dalam hatiku bahwa dimanapun aku berada, aku akan tetap mencinta senja dan menikmatinya dengan sepenuh asa. Iya, aku jatuh cinta pada jingganya.
Dan senja adalah, cinta kedua setelah laki-laki yang aku sebut Apaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST
Short StoryBukan maksud menyalahkan takdir-Mu ya Allah. Hanya, bolehkah aku pinjam kisahku di masa itu?