(6)

12 1 0
                                    

Perpisahan Kecil

Senin pagi terasa begitu sendu. Karena hari ini, teh Wulan mendaftar di Sekolah Menengah Pertama Swasta di Serang. Aku sedih, karena tidak ada lagi yang bisa  aku usili seperti biasa. Tapi mamah menjelaskan bahwa ini demi masa depan kami. Jadi, aku mengenyahkan kesedihan ini. Lagipula setiap liburan caturwulan nanti, kakak perempuanku yang satu itu akan pulang ke rumah.

Namun, aku kira hanya teh Wulan yang akan tinggal di Serang tahun ini. Ternyata teh Mpi juga ikut serta, dengan alasan menjaga Mak Oyot di sana. Huh, semakin sepi saja di rumah nanti. Aku jadi ingin ikut tinggal di Serang. Biar saja kakak laki-lakiku itu sendirian! Aku malas jika harus bertengkar dengannya karena tidak ada kedua kakak perempuanku yang berperan sebagai penengah. Tapi mamah tidak memberiku izin, pelit ah.

Di sinilah kami. Di tempat yang pernah aku tinggali, kota sesak, Serang. Kami tiba di rumah Mak Oyot. Sementara mamah dan teh Wulan pergi mendaftar ke sekolah, aku tetap di sini. Bermain dengan adik sepupu sebayaku. Hitung-hitung melepas rindu usai 2 tahun lamanya tidak berjumpa. Aku menceritakan seluruh kisah hidup di rumahku yang baru dengan antusias, termasuk soal Salsa, sahabat pertamaku hasil memaksa. Hehe.

Mamah dan teh Wulan sudah kembali. Itu artinya aku akan segera pulang dari sini. Yaa mau bagaimana lagi, demi masa depan cerah, aku dan kedua kakak perempuanku harus berpisah. Meskipun sering saling menjahili, tapi kami saling menyayangi. Kami juga dekat, meskipun aku dan kakak laki-lakiku hanya adik tiri. Mereka sangat menyayangi kami, dan menjaga dengan sepenuh hati. Jadi, rasanya sedih sekali jika harus berpisah begini. Ya sudahlah, akan tiba waktunya kami berjumpa.

Aku, mamah, dan kakak laki-lakiku pun pamit pulang. Aku memeluk dan menyalami semua orang yang ada di sini. Setelah itu, kami benar-benar pulang ke rumah. Aku menghafal setiap lekuk jalan di sini(lagi). Lampu jalan yang unik, merah-kuning-hijau yang nyentrik, rel kereta yang panjang, dan jalanan yang tidak pernah lengang. Entah mengapa aku merasa aku akan ada di sini lagi. Namun bukan hanya sekedar singgah, tapi menetap.

LOST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang