Roda Dua
Hari ini adalah pertama kalinya si mini kesayanganku tergantikan oleh si hijau. Dan di sinilah aku. Di lapangan pasir belakang rumah. Hari ini aku bertekad untuk bisa naik ke level 2! Naik sepeda roda dua.Untuk pertama kalinya dalam hidup, aku jatuh ketika naik sepeda. Tentu saja, karena si mini memiliki 4 kaki, jadi aku tidak akan jatuh. Si hijau begitu sulit kukendalikan. Bahkan untuk mengayuhnya saja aku selalu harus jatuh. Lututku rasanya mati rasa. Belum sampai 1 jam, goresan demi koresan sudah tercetak rapi di kaki suburku ini. Bahkan aku sudah menangis sendiri meratapi kakiku yang sudah tidak mulus lagi.
Lalu, kakak laki-lakiku menghampiriku. Bertanya kenapa aku duduk di pasir seperti ini.
“Makanya jangan sok bisa! Kalau mau belajar ya bilang, nanti tak ajarin.” Dia malah mengomel.
“Aa mah bukannya tolongin, malah dimarahin.”
“Cengeng! Bangun, cuci kaki abis itu ke sini lagi.” Titahnya.
Seperti keledai, aku menurut saja apa yang dia katakan. Dan aku bergegas kembali ke lapangan ketika kakiku bebas dari pasir.
“Sini buruan. Lelet.”
“Sabar geh, ini kaki perih tau.” Rasanya aku ingin menjambak jambulnya itu.
“Jangan manja, sini. Duduk di sini.” Dia menyuruhku naik di punggung si hijau. Dengan hati-hati karena perih di lututku, aku duduk dan memegang stang.
“Kamu goes pedalnya, aa pegangin jok belakangnya.”
“Gak mau, nanti jatoh lagi.” Aku jadi trauma naik si hijau, karena hari pertama saja lututku jadi korban.
“Gak akan, jenong. Kan aa pegangin.”
“Tapi jangan dilepasin ya?” Pintaku dengan khawatir yang masih lekat.
“Gak. Paling nanti tak dorong noh sampe masuk ke sawah.”
“Yaudah gak mau.”
“Gak bakal aish. Takut amat dilepas.”
Tanpa banyak ba-bi-bu aku mengayuh si hijau dengan perasaan takut. Namun di tiap detiknya, aku mulai nyaman. Karena seperti katanya, dia tetap memegang jok belakang untuk memastikan aku baik-baik saja dan tidak akan jatuh lagi. Aku senang, akhirnya aku bisa sampai di level 2. Aku bisa lancar naik sepeda kaki dua. Ini berkat kakakku tercinta. Ah, aku sayang aa!
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST
Short StoryBukan maksud menyalahkan takdir-Mu ya Allah. Hanya, bolehkah aku pinjam kisahku di masa itu?