#6 (ALVANIA)

96 19 0
                                    

BAGIAN ENAM


Kupikir kamu mencintaiku, ternyata kamu hanya berniat mengagumiku. Tanpa ada rasa ingin tahu.

°°°

Seperti janji alvaro kemarin, dia berjanji pada vania untuk mengajaknya ke reuni smp nya. Pasti disana banyak teman lama alvaro, dan termasuk orang paling terdekat yang sudah bersama alvaro saat dulu smp.

Entah, vania ingin sekali menolak ajakan alvaro yang sama sekali tidak penting dan membosankan itu. Pastinya vania akan merasa terkacangi oleh sikap alvaro yang mengobrol dengan teman lamanya. Dan mungkin pacar lamanya selama masa smp nya. Tidak mungkin orang seperti alvaro tidak mempunyai mantan yang satu smp dengan alvaro.

Alvaro mungkin orang yang percaya diri, tapi bagi vania alvaro adalah orang terlalu percaya diri. Meskipun dia selalu menatap orang yang berada di bawahnya, kepercayaan dirinya tidak berubah sama sekali.

Vania selalu membandingkan alvaro dan arjuna dalam pikirannya. Alvaro yang notabenenya adalah cowok populer yang terlalu percaya diri dan mempunyai rumor rumor yang jelek menurut orang lain. Sedangkan arjuna, dia cowok populer juga, tapi dia osis, dia baik, dia tidak pernah ragu untuk mengatakan perasaannya disaat orang itu sudah membuatnya nyaman. Hal sederhana yang vania bayangkan adalah jika mereka memperebutkan seorang wanita, keduanya tidak akan bisa memilikinya, karena ambisi mereka masing masing berbeda dan mempunyai ciri khas tersendiri.

Bisa dibilang vania tidak munafik menyimpulkan hal seperti itu, karena itu semua adalah kenyataan. Vania tidak akan pernah menyembunyikan kenyataan dari siapapun. Vania bukan tipe orang seperti itu, meskipun dia pemalu dan sering dikatai udik oleh semua siswa disekolahnya.

"Kak, ini masih jauh yah?" vania terus saja menatap ke arah jam dan jalan raya.

Alvaro hanya mencebikkan bibirnya dan menoleh ke arah vania sedikit lama.

Alvaro melihat vania sedang terburu buru sekali, padahal di sampingnya ada alvaro. Tujuan vania mengajak vania bukan untuk main main. Mungkin ini terkesan terlalu cepat untuk vania. Tapi alvaro hanya tidak ingin vania di dekati oleh laki laki manapun kecuali alvaro.

Egois memang, tapi bagaimana lagi, cinta tak bisa ditunda tunda. Alvaro hanya ingin meyakinkan status di antara mereka. Meskipun nanti vania tidak menerima alvaro, alvaro akan tetap menunggu vania dan membiarkan vania nemilih jalan cintanya sendiri.

"Sabar dong vaniaa" alvaro mengelus rambut vania yang sengaja alvaro suruh untuk melerai rambutnya.

"Ish.." vania terlihat kesal dan melipat tangannya di dada lalu memanyunkan bibirnya.

Smp alvaro memang jauh dari sekolah sma nya, jadi mereka butuh waktu setengah jam untuk sampai ke acara reuni itu.

Dulu alvaro sering diantar jemput oleh supirnya, tapi sekarang ia belajar mandiri dan tidak terlalu bergantung pada supir. Karena alvaro malu terhadap dirinya yang terkadang manja pada segala situasi. Logikanya jika alvaro tidak belajar dewasa mulai sekarang alvaro tidak akan tahu kedepannya seperti apa. Bisa saja masalah yang dihadapinya semakin rumit dan sulit.

Alvaro tertawa singkat saat melihat ke arah vania yang memanyunkan bibirnya. Alvaro mencubit pipi vania seperti ia memainkan squishy.

"Kakkk, jangan pencet pipiku dong" vania memalingkan mukanya ke arah jendela mobilnya.

ALVANIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang