#10 (ALVANIA)

64 13 0
                                    

BAGIAN SEPULUH


Berhenti mengharapkanmu dan melepaskanmu demi kemauanmu untuk menghindari segala sesuatu yang berhubungan denganku.

°°°

Merasakan sakit bukanlah hal yang sepeleh, melainkan hal yang benar benar membuat orang yang merasakannya menjadi butiran butiran abu yang tak berharga.

Alvaro kini berdiam diri di kamarnya. Sampai kapanpun alvaro tidak akan melupakan hari ini. Hari dimana alvaro angkasa ditolak untuk pertama kalinya.


"Kenapa lo baru nolak gue sekarang? Kenapa gak dari gue pertama nembak lo? Lo buat hati gue sakit! ARGH!"

PYAR!

Kaca yang ada di kamar alvaro dihantamnya keras, hantamannya seperti orang yang sedang marah besar.

Tangannya berdarah, ini tidak sebanding dengan rasa sakit alvaro yang sudah memuncak.

Alvaro mengacak acak rambutnya dengan frustasi.

Berani beraninya vania mengatakan hal yang seperti itu pada alvaro.

Sebelumnya alvaro tidak pernah ditolak oleh siapapun kecuali gabriel.

Mungkin gabriel dan vania ada kemiripan, bahkan sangat mirip. Mulai dari sifat, kebiasaan dan perilakunya. Kemiripan tersebut selalu membuat alvaro frustasi dan jengkel sendiri.

Mama alvaro baru pulang dari luar kota. Dia terlihat kaget dengan penampilan alvaro yang terkesan acak acakan.

"Alva, kamu kenapa?"

Sangking khawatirnya pada alvaro dia rela meluangkan waktunya sedikit, walaupun itu akan memperburuk pekerjaannya.

"Ga usah deket deket alva! Urusin aja pekerjaan mama!..."
Hati mama alvaro bergetar hebat melihat tingkah anaknya yang terpuruk.

Mama alvaro lebih tau alvaro. Alvaro tidak akan pernah tau perjuangan orangtuanya mendidiknya untuk meneruskan perusahaan mama dan papanya.

"...Seenggaknya alva jauh lebih nyaman hidup tanpa kalian berdua! Alva nggak pernah dianggap di keluarga ini! Alva hanya robot kalian! Gak usah sok perhatian di depan alva lagi! Alva tau kalau kalian hanya memanfaatkan keadaan agar alva bisa meneruskan perusahaan kalian berdua. Dunia ini memang keji ditambah lagi kalian berdua yang selalu saja memaksakan kehendak secara paksa!"

Alvaro berlalu meninggalkan mamanya yang masih terpaku oleh perkataan alvaro barusa.

Kini yang alvaro bawa untuk bertahan hidup di jalanan malam hanya jaket, motor, dan ponselnya.

Ribuan kali mamanya menelponnya tapi alvaro tidak pernah menggubris ponselnya.

Ia tahu jika mamanya hanya ingin menyuruhnya pulang.

Suara remang remang musik dj mulai terdengar, alunan musik yang keren disertai dentuman yang menggugah membuat alvaro tenang sejenak.

Matanya tertuju pada segerombolan teman temannya. Bukan teman sekelasnya, mereka hanya anak malam yang tidak pernah mau bersekolah dan kerjaannya cuma berfoya foya di atas lantai diskotik ini.

"Wih bro, udah lama lo gak kesini. Lo apa kabar?"

Mereka toss sebagai salam pertemuan kembali. Arkan, adalah teman diskotik alvaro yang sangat dekat dengan alvaro.

ALVANIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang