Copyright © 2019 AraNada. All rights reserved.
This book or any portion thereof may not be reproduced or used in any manner whatsoever without the express written permission of the author except for the use of brief quotation in a book review.
This is a work of fiction. Names, characters, businesses, places, events, locales, and incidents are either the products of the author’s imagination or used in a fictitious manner. Any resemblance to actual persons, living or dead, or actual events is purely coincidental.
*********
Hari yang cerah dengan langit biru dihiasi dengan awan putih yang senantiasa menemani, jangan lupakan hembusan angin menyejukkan yang menenangkan jiwa. Tetapi hari yang cerah seperti ini tidak menjadi tolak ukur bagi seorang gadis cantik karena hatinya tengah mendung, lihat saja raut wajahnya yang muram dan tidak bersemangat itu.
Sesekali ia menghembuskan nafas lesu seakan memiliki banyak pikiran. Ia sedang berada di sebuah taman dekat dengan tempatnya bekerja, menghabiskan waktu istirahat makan siangnya di taman,Lilyana malas mengisi perutnya. Sekali lagi hembusan nafas berat itu keluar darinya. Hingga kemudian suara dering dari ponsel menyadarkannya. Ia dengan ogah-ogahan mengambil ponsel yang berada di saku roknya.
Melihat oknum yang menelponnya dan menemukan nama Gloria, raut wajahnya terlihat kesal ketika melihat nama itu. Tetapi ia tetap menggeser simbol gagang hijau itu ke kiri. Mengangkat panggilan itu.
“Halo,” sapa Lilyana dengan malas.
“Kenapa lama mengangkatnya? Kamu di mana?” cerocos Gloria begitu ia menjawab panggilan itu.
“Bawel ah. Aku di taman, ada apa?” tanyanya dengan malas.
“Eh eh kenapa suaranya begitu? Nggakkk, aku cuma rindu denganmu saja,” seru Gloria.
“Rindu ya? Aku juga rindu,” gumam Lilyana sambil menerawang jauh ke depannya.
“Kann?? Kita samaan. Ngomong-ngomong apa yang kamu lakukan di taman? Nggak makan siang?”
“Malas. Ya udah aku mau balik kantor.”
“Tunggu tunggu sebentar Lily. Kamu buka media sosialmu nggak? Pasti nggak, ngapain juga aku tanya. Coba deh kamu buka Instagram terus cari hashtag Darrick Blaine. Tapi jangan marah ya.. Ya udah selamat bekerja kawanku.”
Panggilan telpon itu pun berakhir dengan meninggalkan tanya dalam benak Lilyana.
Ia yang jarang membuka Instagramnya pun segera membuka pencarian, Lilyana mengetik nama Darrick Blaine di kolom hashtag dan betapa terkejutnya ia dengan penemuannya. Darrick sedang berada di sebuah restoran di Italia bersama dengan seorang wanita dan hal yang menyebalkan adalah Darrick tersenyum ditambah lagi wanita itu cantik sekali.
Lilyana menggeram melihat foto itu, ia langsung menutup aplikasi Instagram dan memilih kembali ke kantor. Waktu istirahat makan siang akan segera habis, ia tidak boleh terlambat. Karena kantornya dekat dengan taman maka Lilyana cukup berjalan kaki saja, tidak perlu naik kendaraan untuk sampai di kantornya.
Ia berjalan dengan gontai menuju kantornya hingga tanpa sengaja ketika sudah memasuki lobi kantor gadis itu menabrak orang.
“Maaf.” Singkat, padat dan jelas lalu ia kembali melanjutkan langkahnya menuju ruangannya.“Ada apa denganmu Lily?” Orang yang ditabrak oleh Lilyana itu mengikuti langkah gadis itu.
Lilyana menoleh ke samping dan mendapati seorang lelaki tampan dan tinggi sedang berjalan beriringan dengannya, “ah, jadi kau yang kutabrak Al? Maaf. Tidak ada apa-apa. Kau sudah makan?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloom 2; Can I Trust.. [Completed]
RomanceDarrick dan Lilyana telah berkencan bukan menikah begitu yang diinginkan oleh Lilyana dan tentu saja dalam hubungan percintaan mereka apalagi ke arah yang lebih serius ada saja kerikil yang ditemukan. Suatu bentuk kejujuran, ketulusan, pertanggungj...