07

1.9K 134 1
                                    

“Kuantar pulang kan?” tanya Darrick yang sedang fokus menyetir.

Mereka telah selesai sarapan bersama. Marry dan Paul yang langsung kembali ke Inggris setelah menemui Lilyana dan Darrick.

Dan Lilyana sudah tentu diantar oleh Darrick kembali ke apartemennya. Sebelum pria itu lanjut ke kantornya.

Suasana di dalam mobil entah mengapa terasa canggung, seakan mereka adalah kedua orang yang baru berkenalan, bukan seperti sepasang kekasih. Tidak ada komunikasi dan tidak bertemu selama sebulan membuat mereka berdua menjadi seperti orang asing.

“Iya. Tidak mungkin bagiku untuk ke kantor. Sudah lewat jam masuk,” jawab Lilyana.

Semenjak dari restoran keduanya hanya berbicara sedikit, tidak ada sentuhan kasih seperti biasanya dan sekarang di dalam mobil pun mereka tidak saling menunjukkan kasih sayang.

“Tentang tadi lupakan saja. Aku tahu kau tidak ingin cepat-cepat menikah. Aku akan coba menjelaskannya pada mama,” ujar Darrick, tanpa melirik Lilyana padahal gadis itu berharap ketika mereka berdua telah sendirian Darrick akan memeluknya dan menciumnya serta menatapnya dengan penuh sayang seperti biasanya tetapi itu semua hanyalah harapan.

Ia menyandarkan kepalanya di jendela dan menatap jalanan dengan sedih. Mengingat kembali perkataan Darrick tadi, airmatanya seketika jatuh dan langsung cepat dihapus oleh Lilyana.

Lilyana menelan ludahnya dengan susah payah, ia memalingkan kepalanya dan melihat Darrick dengan pandangan sendu.

“Ya, akan aku lupakan,” ucapnya dengan pelan.

***

Lilyana sedang berdiri di depan rumah yang besar bercat biru langit. Ia memandangi sekeliling rumah dengan sendu. Rumahnya termasuk besar karena orangtuanya merupakan pasangan yang memiliki bisnis yang besar dan sangat menguntungkan.

Ketika masuk ke dalam rumah harus melewati pintu gerbang besar yang akan membawa masuk ke dalam sekitar 45 meter dengan melewati dengan halaman yang besar dan luas di depannya yang menjadi jarak baru dapat menemukan rumah utama.

Halaman yang besar itu selalu dijadikan sebagai tempat bermain dan tempat bersantai dengan rumput hijaunya dan beberapa pohon yang tumbuh membuat sejuk dan rindang, udara yang dihasilkan pun segar.

Tempat parkir untuk mobil yang sering dipakai berada di sebelah kiri rumah dengan ukuran yang mampu memuat 4 jenis mobil di dalamnya.

Lilyana menarik nafas dan menghembuskannya kemudian berjalan memasuki rumah itu dengan langkah mantap.

“Kak Ana?” Genevieve memandangi kakak perempuannya yang baru saja memasuki rumah dengan membawa koper besar.

Genevieve baru saja keluar dari halaman belakang hendak naik ke kamarnya di lantai dua ketika ia melihat sosok kakak perempuannya.

Lilyana tersenyum lebar melihat adiknya lalu merentangkan tangannya dan mendekati Genevieve lalu memeluknya dengan erat.

“Nevi.. kakak kangen sama kamu,” kata Lilyana.

Genevieve melepas paksa pelukan Lilyana lalu menatapinya dengan bingung dan heran. Ia memandangi Lilyana dan juga kopernya bergantian.

“Kakak ngapain di sini? Kakak nggak kerja?” tanya Genevieve.

Lilyana mendorong kopernya ke sebelah sofa lalu duduk di atas sofa.

“Kakak udah ngundurin diri, pas juga bulan depan kontrak kerja kakak habis.” Lilyana memejamkan matanya.

Genevieve dibuat menganga dengan jawaban Lilyana. Ia berjalan dan berdiri di depan kakaknya itu.
“Terus kak Carlos tau kakak ke Indo?”

“Nggaklah, kalo kakak kasih tau bisa ngamuk dia,” Lilyana menjawab dengan santai.

Bloom 2; Can I Trust.. [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang