08

2K 158 3
                                    

“Darrick.”

“Ada apa?”
Darrick yang sedang berada di ruangannya dan tengah sibuk menandatangi berkas mengangkat kepalanya dan melihat Josh yang sudah berdiri di depannya.

“Lilyana tadi berangkat ke Indonesia,” ungkap Josh, dan menatap Darrick dengan khawatir.

Darrick menatap Josh dengan terkejut, ia melepas kacamatanya. “Coba kau ulangi?”

“Lilyana pukul 5 pagi berangkat ke Indonesia,” ulang Josh.

Darrick yang mendengarnya untuk kedua kalinya langsung berdiri dari kursinya dan menggembrak meja. Ia  menatap Josh dengan marah. “Kenapa kau baru katakan sekarang?”

Ia mengacak rambutnya dengan frustasi lalu jatuh terduduk di kursinya.

Darrick tahu apa yang telah dilakukannya pada Lilyana, ia sadar bahwa dirinya salah tapi tidak dengan begini Lilyana menghindarinya. Benar, Lilyana akan selalu diam jika gadis itu sudah lelah berteriak pada Darrick ketika mereka bertengkar. Namun kali ini gadis itu memilih melarikan diri, tapi pulang ke kampung halamannya? Sulit dipercaya.

Darrick memang sudah bersikap keterlaluan, ia bukan tidak menganggap Lilyana namun hanya merasa bahwa pertemuannya dengan Patricia tidaklah penting, bukan urusan besar. Lagipula Darrick hanya menghargai Patricia, mengingat ia adalah putri seorang Duta Besar. Memang selama ini Darrick tidak pernah bersikap seperti itu pada seorang wanita atau pada siapapun namun Patricia terlalu baik dan lembut, ia tidak sampai hati menolaknya.

Di situlah letak kesalahan Darrick yang ia sadari bahwa lelaki itu hanya boleh bersikap terbuka pada Lilyana tidak pada orang lain bahkan wanita lain karena Lilyana melihatnya selama ini seperti itu karena itulah citra dan jati dirinya jika bersama orang asing kecuali keluarga. Lilyana memang percaya padanya tapi bukan berarti menyepelekan hal yang bagi gadisnya itu penting.

Juga ketika bertemu dengan orangtuanya, bukan maksudnya berkata demikian tapi itu karena Lilyana yang selalu menolak atau menghindar dengan ajakan menikah Darrick jadi lelaki itu hanya berusaha untuk sabar dan menghargai pendapat Lilyana.

“Bukan cuma itu, dia juga sudah mengundurkan diri dari pekerjaannya,” lanjut Josh.

Darrick menatap Josh dengan tajam. “Sudah kubilang selalu cek keadaan Lilyana. Pantau terus kegiatannya. Lihat saja, kau baru meninggalkannya beberapa hari dan dia sudah menghilang. Kau tahu aku tidak bisa kehilangannya Josh!” Darrick membentak Josh.

Josh merasa bersalah karena ia tidak melaksanakan tugasnya dengan baik padahal ia adalah salah satu orang yang berharap hubungan Darrick dan Lilyana berhasil. Ini semua karena Josh menghabiskan waktunya dengan berkencan.
Wanita-wanita cantik dan seksi tidak bisa dihilangkan dari hidupnya, terlalu disayangkan.

“Kau bisa ke Indonesia, Rick,” ujar Josh, yang tentu berani melihat tatapan marah dari Darrick.

“Aku memang bisa ke Indonesia tapi jika di sana, dia bisa bebas menghindar dariku, Josh. Di sini sudah susah apalagi di sana bodoh. Kau tahu sendiri seperti apa Lilyana dan seperti apa aku memperlakukannya?!” umpat Darrick dengan kesal.

Josh menatap Darrick dengan panik, “Lalu? haruskah aku menyeretnya kemari?”

“Aku. Aku saja yang akan menyeretnya. Jadwalkan keberangkatanku hari ini, tunda semua rapat. Cinta tidak semudah itu didapatkan,” tegas Darrick, yang diangguki patuh oleh Josh.

Aku harus membawanya pulang.

***

“Kau bilang padaku dia ada di sini?” Darrick menatap Josh meminta kepastian.

Bloom 2; Can I Trust.. [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang