02

2.4K 152 12
                                    

Alarm berbunyi dengan sangat nyaring, hingga membuat Lillyana mau tidak mau harus membuka mata dan menyambut hari yang baru. Ia bangun lalu mematikan alarm itu, kemudian sedikit merenggangkan tubuhnya. Setelahnya ia keluar dari kasur dan bersiap-siap untuk pergi bekerja.

Lilyana mematut kembali dirinya di depan cermin, ketika dilihatnya penampilannya sudah sempurna ia melengkapnya dengan memakai blazer. Sesudahnya gadis itu pun keluar dari kamarnya dan ketika ia keluar matanya disugguhi dengan pemandangan Darrick yang sedang menyiapkan sarapan, untuknya, seperti biasanya jika ia ada di New York.

Lilyana berjalan menghampiri Darrick lalu memeluk punggung lebar itu yang sedang menghadap kompor.

Morning dear,” Darrick menyapa dengan lembut dan seulas senyuman hadir di wajahnya.
Jika Lilyana sudah seperti ini, berarti kemarahannya sudah mereda. Darrick merasakan tangan Lilyana mengerat di perutnya.

Lilyana hanya menanggapinya dengan bergumam. Ia lalu membalikkan tubuh Darrick agar menghadapnya. Lilyana menatap wajah Darrick dengan lekat, matanya bergerak menelusuri setiap inci wajahnya. Kemudian ia mengulurkan tangannya lalu mengusap pipi lelaki itu dan menatapnya dengan sendu.

“Jangan pernah tersenyum lagi kepada siapapun. Apapun alasannya apalagi dengan seorang perempuan,” ujar Lilyana dengan tegas.

Darrick menaruh tangannya di pinggang Lilyana lalu menarik tubuh gadis itu agar menempel padanya. Ia menatap Lilyana dengan hangat dan penuh cinta.
Yes, milady! Kau juga jangan pergi dengan pria lain lagi. Untung saja aku tidak memukulnya kemarin.”

Seulas senyuman hangat ditunjukkan Lilyana. Ia berjinjit kemudian mengecup bibir Darrick.
“Aku sangat merindukanmu.”

Darrick memeluk tubuh ramping gadisnya dengan erat. Betapa ia sangat merindukan wangi tubuh gadis itu dan pelukan hangatnya. Begitu pula dengan Lilyana, pelukan Darrick sudah seperti candu baginya. Pelukannya hangat dan menenangkan.

“Maafkan aku. Lain kali akan kupastikan jadwalku agar tidak amburadul seperti itu dan tidak tersenyum pada siapapun kecuali padamu dan keluarga kita,” kata Darrick.

Lilyana tersenyum, mencium dada Darrick lalu menyandarkan kepalanya. Memejamkan matanya dan membiarkan dirinya menikmati irama detakan jantung Darrick.

***

Lilyana sedang memotong buah di dapur sambil bersenandung kecil, ketika ia mendengar suara telpon dari Skype. Gadis itu segera meninggalkan kegiatannya di dapur dan berlari masuk kamar. Ia mengambil laptop lalu membawanya ke dapur dan langsung mengangkat panggilan video itu.

Darrick yang sedang menonton televisi di ruang tengah hanya melihatnya sekilas dan kembali fokus dengan tontonannya.

Lilyana tersenyum ketika melihat dua wajah yang sudah mulai berkerut itu dengan rindu.

“Ayahhh!! Bundaaa!!” Lilyana berteriak senang ketika menatap orangtuanya., ia melambaikan tangannya dan tersenyum ceria pada mereka. Betapa ia ingin memeluk ayah dan bundanya. Ia sangat rindu dengan mereka.

“Anak ayah. Sedang apa kamu nak?” James bertanya dengan lembut.

“Motong buah. Nevi mana yah?”

Lilyana kemudian melanjutkan kegiatannya tadi yang sedang memotong buah.

“Nevi?” Gumam Naura lalu membalikkan badan dan mencari putri bungsunya.

“Kakak!!” Teriak seorang perempuan dari belakang James dan Naura.

Naura dan James menggelengkan kepala mereka mendengar teriakan putri bungsu mereka itu.

Bloom 2; Can I Trust.. [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang