Darrick telah tiba di New York kemarin siang dan langsung mencari Lilyana tetapi gadis itu menghindar. Ia mengabaikan semua panggilan dan pesan Darrick bahkan memblokir kontak lelaki itu. Mengganti juga kata sandi apartemennya dan selalu pulang lebih cepat. Sebisa mungkin tidak bertemu dengan Darrick dan Lilyana berhasil melakukannya selama dua hari.
Lilyana hanya sedang tidak ingin bertemu dengan Darrick, ia sedang malas untuk melihat wajah lelaki itu. Ia tidak mau melihat wajah Darrick, karena bayangan kekasihnya yang sedang tersenyum untuk wanita itu akan terbayang di dalam kepalanya.
Walau sebenarnya ia sangat merindukan kekasihnya tapi sekuat tenaga ditahannya. Lilyana tahu bahwa ia akan luluh kepada Darrick jadi ia memilih menghindar dan membiarkan dirinya berpikir.
Setelah pekerjaannya selesai Lilyana memilih langsung pulang tapi ketika keluar dari tempat kerjanya ia mendapati mobil Darrick terparkir manis di depan gedung kantornya. Gadis itu pun buru-buru membalikkan badannya kembali ke dalam dan akan keluar gedung kantornya melalui tempat parkir.
Baru saja ia masuk lift, Lilyana berpapasan dengan Alan.
“Kukira kau sudah pulang,” Alan menatap Lilyana heran.
“Sebenarnya begitu. Apa kau bawa mobil?”
Alan mengangguk dengan ragu.
“Bisakah kau mengantarku pulang? Aku tidak sedang ingin naik subway?” Pinta Lilyana dengan ragu.
“Oke. Tidak masalah,” Alan menyanggupi permintaan Lilyana itu.
Dalam perjalanan menuju apartemennya Lilyana hanya diam saja, pikirannya sibuk berputar mencari cara untuk tetap menghindari Darrick.
“Bukankah ini terlalu sepi?”Cetus Alan.
Lilyana melirik Alan lalu tersenyum kecil, “ya. Terlalu sepi.”
“Tempo hari aku melihatmu di Crystall Cake Shop. Kau suka makanan manis?” Alan sedikit menengok ke samping.
“Sebenarnya aku tidak terlalu suka makanan manis. Aku hanya menyukai dessert,” jelas Lilyana yang membuat Alan mengerutkan keningnya.
“Bukankah dua hal itu sama? Dessert sudah tentu manis.”
“Bagiku tidak sama. Ada dessert yang memang manis tapi ada yang tidak.”
Alan tidak mengerti dengan alasan yang dilontarkan oleh Lilyana tersebut tetapi ia memilih untuk tidak membantah karena kesukaan seseorang akan suatu hal kau tidak boleh menilainya sembarangan. Selera orang berbeda-beda.
“Kenapa kau tidak bawa mobil saja tiap ke kantor?” Alan mengganti topik pembicaraan.
Lilyana melirik Alan sekilas kemudian berucap, “malas. Sudah lelah pulang kantor dan harus membawa mobil. Aku tidak ingin menambah kelelahanku.”
Alan yang mendengar itu tertawa, gadis ini selalu memiliki alasan untuk menghindari sesuatu dan menyukai sesuatu.
“Kau.. oke, kau memiliki poin untuk hal itu. Kalau begitu kenapa kau tidak mencari kekasih yang siap mengantarmu dan menjemputmu?”
“Apa kau mau kalau kekasihmu terus bergantung padamu?” Lilyana tidak menjawabnya tetapi membalasnya dengan menanyakan pertanyaan pada Alan.
Lelaki itu tersenyum lalu melirik Lilyana, “aku tidak keberatan. Aku bersedia melakukan apa saja yang sanggup aku lakukan untuk kekasihku.”
“Aku iri dengan kekasihmu itu,” Lilyana berucap dengan rasa iri yang kentara.
Alan tertawa, “maka carilah kekasih yang bersedia melakukan apa saja untukmu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloom 2; Can I Trust.. [Completed]
RomanceDarrick dan Lilyana telah berkencan bukan menikah begitu yang diinginkan oleh Lilyana dan tentu saja dalam hubungan percintaan mereka apalagi ke arah yang lebih serius ada saja kerikil yang ditemukan. Suatu bentuk kejujuran, ketulusan, pertanggungj...