09

2K 165 3
                                    

Lilyana menarik tangannya dari pegangan Darrick. Ia menatap iris abu-abu yang selalu disukainya itu dengan lekat.

“Patricia tidak menyentuh hatiku seperti dirimu tapi dia bisa membuatku luluh padanya, aku akui itu. Harusnya aku saat itu sadar, harusnya aku memberi jarak tapi saat itu aku menutup jarak itu tanpa kusadari. Dia adalah pribadi yang baik, menyenangkan tapi aku tidak pernah sekali pun merasa tertarik padanya,” jelas Darrick. Ia tidak mau berbohong, gadisnya menyukai kejujuran.

Matanya memandangi wajah Lilyana. “Aku menganggap bahwa kau akan mengerti dan tidak terlalu memikirkannya, aku mengesampingkan perasaanmu yang aku sudah tahu pasti seperti apa. Yang kupikirkan adalah aku dan Patricia hanya rekan, menyingkirkan pendapatmu. Aku menyesal Ana.”

Darrick menatap mata Lilyana dengan sendu. “Seumur hidupku, aku hanya ingin mencintaimu. Benar, aku berbuat salah tapi aku ingin memperbaikinya. Beri aku kesempatan Ana, tidak apa-apa jika kau membenciku tetapi biarkan kita tetap bersama. Aku tidak bisa tanpamu, kau adalah segalanya di dalam hidupku.”

Ia menangkup wajah Lilyana lalu mengelus pipinya dengan lembut, Darrick menatap gadis itu dengan begitu teduh membuat Lilyana seperti terhanyut akannya.

Lilyana menurunkan tangan Darrick dari wajahnya, ia menggigit pipinya dari dalam, mengalihkan matanya dari Darrick.

Ia menunduk, isi kepalanya berputar-putar.
“Kau tahu Darrick, kau bisa mencari yang lebih baik dariku.” Lilyana mengangkat kepalanya dan menatap Darrick.
“Aku merasa diriku hanya menyusahkanmu. Terlalu rumit, aku hanyalah beban bagimu.” Ia memberikan senyuman pahitnya kepada lelaki yang dicintainya itu.

Lilyana membalikkan badannya, pundaknya sudah bergerak naik turun. “Kita akhiri saja hubungan ini. Aku tidak pantas mendampingimu dan berdiri di sampingmu. Aku adalah wanita yang bahkan tidak tahu jati dirinya sendiri. Juga terlalu menuntut dan menyusahkan.”

Darrick menatap punggung Lilyana dengan hati yang terluka, hal yang paling membuatnya tersiksa adalah jika Lilyana sudah mulai menyiksa diri dan perasaannya sendiri. Padahal ia yang menawarkan penawar itu tetapi kembali diberikan racun.

“Aku hanya akan semakin menyakitimu dan juga aku. Kau tahu, aku tidak percaya diri jika bersama denganmu. Selama ini aku memang baik-baik saja kau bertemu dengan wanita siapa saja dan dari mana tetapi entah pada suatu titik aku merasa tidak layak. Aku hanyalah seorang pengecut yang tidak mau disakiti, Darrick,” kata Lilyana kembali.

Darrick merasa matanya buram yang diakibatkan oleh airmatanya dan telah jatuh mengalir di wajahnya.

Hal yang menyakitinya adalah melihat wanita yang paling dicintainya merasa berdiri di belakangnya dan hanya menjadi bayang-bayangnya.

Ia menangis, Darrick yang terakhir kali diingatnya menangis ketika sekolah dasar di mana ayahnya pernah masuk rumah sakit dan setelah itu ia sudah tidak pernah menangis.

Tetapi untuk pertama kalinya setelah belasan tahun, ia menangisi seseorang, yang bagi pria itu adalah hidupnya.

Lilyana mendengar isakan yang dikeluarkan Darrick, ia berbalik dan betapa terkejutnya ia mendapati lelaki itu menangis, matanya memancarkan keputusasaan.

Seorang Darrick untuk pertama kalinya menangis untuknya hingga membuat hatinya menghangat dan juga sakit.

Ia mengulurkan tangannya dan mengelus wajah Darrick. “Kau kenapa menangis?”

Darrick menggeleng, ia membalikkan badannya dan membiarkan dirinya menangis, ia merasa tidak sanggup melihat wajah Lilyana.

“Aku sungguh menyakitimu. Maafkan aku. Aku yang seharusnya merasa tidak pantas,” ucap Darrick, dengan suara yang serak dan bergetar.

Bloom 2; Can I Trust.. [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang