Darrick dan Lilyana sedang bersantai di ruang tengah apartemen milik Lilyana. Tidak melakukan hal yang berarti karena selama mereka bersama itu sudah sangat berarti.
Darrick yang sedang menonton televisi memandang wajah Lilyana. Ia menyelipkan anak rambut gadis itu yang menutupi matanya ke balik telinga.
“Besok pagi aku akan ke Inggris, sekitar 3 hari di sana,” ujar Darrick kemudian.
Lilyana yang sedang berbaring di paha Darrick sambil memainkan ponselnya langsung bangun dan duduk. Menatap Darrick dengan tidak percaya.
“Kau baru 5 hari di sini dan sudah mau berangkat lagi?”Darrick mengelus wajah gadisnya itu dengan lembut seraya berkata dengan pelan, “bukan hal baru kan?”
“Ya, hati-hati,” tanpa emosi yang berarti di mata maupun di suaranya.
Lilyana lalu kembali berbaring, kali ini menyandarkan kepalanya di atas bantal dan memainkan ponselnya. Ia sedang malas meladeni Darrick dan perjalanan bisnisnya. Sifat manjanya sedang kambuh dan tidak ingin berjauhan dengan Darrick. Tapi apa mau dikata, ia adalah seorang pemimpin perusahaan jadi waktunya pasti selalu tersita dengan pekerjaan dan harus selalu keluar kota atau keluar negeri. Lilyana dituntut harus selalu bisa mengerti dan memahami tugas kerja kekasihnya, tentu saja gadis itu tidak merasa susah hanya saja akhir-akhir ini jadwal lelaki itu tidak pasti dan itu membuat Lilyana sebal.
Darrick menatap Lilyana yang sedang fokus dengan ponselnya itu. Ia menghela nafasnya lalu menarik ponsel Lilyana dan mendapat tatapan tajam dari sang empunya.
“Bisakah kau menaruh perhatian padaku? Aku sedang berbicara denganmu,” kata Darrick dengan tegas tetapi matanya menatap Lilyana dengan lembut.
“Apa? Kau akan berangkat besok lalu aku berkata hati-hati. Apalagi yang kau mau?” Lilyana balik menyerang Darrick dengan ketus.
Lilyana menatap Darrick dengan jengah, membuat lelaki itu harus bisa mengontrol emosi melihat tingkah gadisnya itu.
Darrick mengambil tangan Lilyana lalu menggenggamnya, matanya tidak berpindah sedikitpun dari manik Lilyana, “bukan seperti itu caranya. Kau kenapa, tidak seperti biasanya?”
“Datang bulan,” jawab Lilyana asal. Matanya menjauh dari tatapan Darrick.
Darrick pun mencoba memahami mood Lilyana yang berubah. Harusnya ia sudah tahu bahwa gadis ini hobi sekali berubah suasana hatinya apalagi ditambah dengan datang bulannya.
Dan Darrick ternyata memercayai ucapan asal atau kebohongan Lilyana itu.
Ia mendekati Lilyana lalu memeluk gadis itu, “maafkan aku. Harusnya aku berada di sini satu minggu tapi ayah yang mengatur jadwalku ini, aku tidak bisa menolak,” ucap Darrick dengan pelan.
Lilyana menghembuskan nafasnya dengan lesu, ia membiarkan dirinya dipeluk tetapi tidak membalas pelukan Darrick itu. Moodnya tiba-tiba menjadi buruk dan ia tidak ingin didekati oleh Darrick. Lilyana melepas pelukan itu dan berjalan menuju kamar dengan langkah gontai.
Ia ingin tidur saja, ia tidak peduli dengan Darrick yang akan berangkat besok pagi.
Darrick menatap punggung sempit itu dengan sendu lalu kemudian menyusul Lilyana dan mengetuk pintu kamarnya.
“Aku pulang, sayang. Pesawatku jam 5 pagi, datanglah jika kau bisa..”
Setelah berkata demikian, Darrick beranjak dari apartemen Lilyana.
***
Dua hari kemudian setelah kabar perjalanan bisnis Darrick, Lilyana tidak mengantarnya pada hari itu, Lilyana mengacuhkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloom 2; Can I Trust.. [Completed]
RomanceDarrick dan Lilyana telah berkencan bukan menikah begitu yang diinginkan oleh Lilyana dan tentu saja dalam hubungan percintaan mereka apalagi ke arah yang lebih serius ada saja kerikil yang ditemukan. Suatu bentuk kejujuran, ketulusan, pertanggungj...