“Selamat malam semuanya,” seru Lilyana, begitu masuk ke dalam kafe milik Ginta.
Ginta dan Gloria yang sedang makan pun melihat Lilyana yang berjalan masuk dan ia tidak sendiri melainkan bersama dengan Darrick.
“Jadi bener yang Ginta bilang. Darrick ke sini buat nyusul kamu,” seru Gloria, pada Lilyana yang sudah duduk di hadapan mereka, bersama Darrick di sebelahnya.
Lilyana tersenyum, ia melihat Darrick lalu kembali menatap sahabat-sahabatnya. “Kenalan dong.”
Ginta pun mengulurkan tangannya. “Ginta.”
Gloria gantian menjabat tangan Darrick. “Gloria.”
“Darrick.”
Gloria terkesima dengan wujud nyata Darrick. Ia belum pernah melihat orang setampan ini. Jangan bandingkan Ginta dengan Darrick karena sudah tentu kalah jauh.
“Ternyata kau lebih tampan secara nyata. Ketika kau dan Lilyana datang tahun lalu sama sekali tidak sempat bertemu dengan kami,” Gloria berkata pada Darrick.
“Ya, kami tidak bisa lama karena saat itu aku ada pekerjaan yang tidak bisa ditunda,” jawab Darrick.
Ginta menatap Lilyana seraya mengerling jahil. Sepertinya Lilyana tahu maksud dari kerlingan itu.
“Mungkin terdengar kasar tetapi kapan kalian akan menikah? Supaya aku dan Gloria bisa mengosongkan jadwal dan menyiapkan tiket pesawat sekalian berlibur.”
Lilyana menatap Ginta dengan tajam, terkadang lelaki itu bisa bersikap seperti seorang perempuan dengan mulutnya itu.
“Aku belum membicarakan itu dengan Ana. Mungkin sepulang dari sini kami akan membicarakannya,” jawab Darrick.
Lilyana dibuat malu akannya, ia memegang pipinya yang sudah mulai panas itu.
“Kami rencananya akan menikah 3 bulan lagi. Bagaimana jika kita melaksanakan pernikahan dalam waktu bersamaan?” Gloria memberikan tatapan penuh harap kepada ketiga insan manusia yang ada itu.
Lilyana mengerutkan dahinya. “Cepat sekali. Apa kalian sempat bertunangan dan mengurus pernikahan dalam waktu sesingkat itu?”
Ginta dan Gloria saling bertukar tatap, mereka tidak memberitahukannya pada Lilyana. Gloria keceplosan.
“Hai semua.” Tiba-tiba sebuah suara menyapa kedua pasangan itu. Empat pasang mata itu pun melihat orang yang menyapa mereka.
“Tunangan? Mereka tunangan dua minggu yang lalu,” Arya yang menjawab. Ia mengambil tempat duduk di ujung meja.
Ginta dan Gloria meringis mendengar jawaban Arya, Darrick yang menatap Arya dengan tidak suka dan Lilyana yang telah memandang kedua sahabatnya dengan horror.
Lilyana mengibas-ibaskan tangannya di wajah guna menyejukkan wajahnya yang mulai terasa panas. “Dua minggu lalu? Kalian berdua tunangan? Bagus sekali.. WOW.. aku nggak nyangka seperti ini kesetiakawanan kalian. Aku terkejut sekali, kejutan yang berhasil.”
“Ayo Darrick, kita pulang.” Lilyana turun dari kursinya dan menarik Darrick keluar dari kafe.
“Eh aku baru sampe, udah main pergi aja,” seru Arya.
Gloria menatap Lilyana dengan sesal. “Ly, bukan gitu. Dengerin kita dulu.”
Lilyana tertawa remeh. “Dengerin? Mau dengerin apa? Alasan apa yang mau kalian berdua kasih ke aku hah? Nggak usah pake kelemahanku untuk membela diri. Nggak mempan. Makasih untuk persahabatan yang indah.”
Gadis itu menarik tangan Darrick dan berjalan dengan cepat hendak keluar dari kafe. Namun sebelum sampai di pintu kafe tangannya ditarik oleh Ginta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloom 2; Can I Trust.. [Completed]
RomanceDarrick dan Lilyana telah berkencan bukan menikah begitu yang diinginkan oleh Lilyana dan tentu saja dalam hubungan percintaan mereka apalagi ke arah yang lebih serius ada saja kerikil yang ditemukan. Suatu bentuk kejujuran, ketulusan, pertanggungj...