Lilyana menatap bunga yang berada di tangannya dengan tidak percaya. Ia melihat bunga itu dan sekelilingnya yang terdiam. Lilyana perlahan tersenyum canggung kepada para tamu undangan. Lalu terdengarlah tepukan tangan dari para tamu dan juga pasangan pengantin.
“Kami tunggu undangannya, Lily!” seru Ginta.
Lilyana tertawa kaku lalu mundur perlahan dari kerumunan orang itu. Ia membawa bunga itu kembali ke tempat duduk keluarganya.
Ayah dan bundanya menatapnya dengan pandangan berbinar begitu juga dengan Genevieve yang sudah bersorak girang melihat buket bunga itu.
Lilyana melihat anggota keluarganya yang senang akan hal itu tetapi tidak baginya. Ia pun hanya memaksakan senyuman palsunya.
Carlos mengangguk sekilas dan berjalan mendekati Lilyana lalu merangkul bahu adiknya. Lilyana mendongak menatap Carlos, melemparkan senyuman manisnya untuk kakaknya.
“Semoga akan ada kabar baik secepatnya dari kamu dan Darrick,” celetuk ibundanya.
Lilyana terdiam mendengar itu. Ia menghela nafas pelan kemudian menganggukan kepala.
…
Lilyana terlihat sedang duduk di dalam balkon kamarnya sambil memandang langit. Ia tersenyum sendu melihat ke depan. Beberapa kali terdengar helaan nafas darinya.Hari ini adalah hari yang berbahagia untuk kedua sahabatnya, tentu Lilyana ikut berbahagia tetapi terselip sedih juga di sana. Ia mengira Darrick akan menghadiri acara pernikahan itu bersama dengannya tetapi tiga hari sebelum keberangkatan mereka ke Indonesia tiba-tiba lelaki itu memiliki urusan bisnis yang katanya tidak bisa ditinggalkan.
Tanpa disadarinya airmata telah mengalir. Dengan cepat ia menghapus airmata itu tetapi ternyata semakin deras air yang menuruni dagunya.
Dengan hati yang sesak Lilyana menangis. Ia sudah menahannya dari tadi ketika Gloria dan Ginta mengucap janji suci mereka, di saat itu Lilyana sangat mengharapkan kehadiran Darrick. Dan di sisa hari pun tidak terjadi kemunculan Darrick yang mungkin saja akan hadir.
Bodoh, harusnya Lilyana sudah tahu. Perjalanan bisnis Darrick itu selalu memakan waktu minimal dua hari.
Lilyana kemudian teringat dengan buket bunga yang tadi ditangkapnya. Helaan nafasnya terdengar berat. Ingin rasanya ia membuang bunga itu tetapi tidak mungkin karena sudah tentu akan diomeli habis-habisan oleh Gloria.
Ia menghapus airmatanya kemudian menyimpulkan senyuman lebar. Lilyana harus terbiasa dengan ketidakhadiran Darrick di acara penting dalam hidup Lilyana. Dengan begitu hatinya tidak akan terluka. Dinding itu harus kembali ada, untuk menjaga hatinya.
(Tok tok)
Terdengar ketukan pintu pada pintu kamarnya. Lilyana mengernyit, ini sudah jam sebelas malam.
“Dek, ini kakak.”
Lilyana yang mendengar suara berat Carlos itu pun berdiri dan membuka pintu kamarnya.
Ia menatap kakaknya dengan heran dan bingung.
“Ada apa kak?”
“Ada tamu untukmu.”
“Tamu? Kakak ngayal. Jangan becanda ah. Cape nih,” ketus Lilyana.
Carlos menggelengkan kepalanya. Ia mendekati Lilyana lalu merangkul adiknya dan tersenyum penuh arti. Lilyana yang melihat itu menjadi kesal.
“Kak, bisa ditunda besok aja nggak apapun itu yang kakak buat? Aku cape,” gerutu Lilyana.
“Pilih deh dek. Matanya ditutup atau nggak?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloom 2; Can I Trust.. [Completed]
RomanceDarrick dan Lilyana telah berkencan bukan menikah begitu yang diinginkan oleh Lilyana dan tentu saja dalam hubungan percintaan mereka apalagi ke arah yang lebih serius ada saja kerikil yang ditemukan. Suatu bentuk kejujuran, ketulusan, pertanggungj...