Badai yang menggema
Letusan konflik
Dentuman amarah
Larva keserakahanTelah menjelma menjadi sebilah pedang
Meretakkan prisainya
Mematahkan sayapnya
Dan jatuhlah ia sang garuda
Berakhir menjadi puingSeperti abu
Lenyap dalam hembusan angin
Tanpa bekas tanpa sisa
Semua karena siapa?
Bukan siapa-siapa kecuali kitaKita yang sibuk berebut tahta
Kita yang gaduh berebut harta
Kita yang kenyang dalam santapan racun
Hidup acuh dan tenggelam serakahMaka katakan wahai anak bangsa
Masihkan kita berharap kedamaian?
Saat prisai garuda kita retakkan
Sayapnya kita patahkan
Hanya oleh ambisi belaka
Sementara tanah yang kita injak
Adalah tanah rapuh tanpa sayap garudaMaka sadarilah
Negeri kita tanpa sayap garuda
Tanah air tanpa prisai pancasila
Hanya tanah kering
Yang kelak darah dan air mata
Akan menelan kita hingga rataAna Rinda Musthofia, S.Sos
Malang, 31 Maret 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Bait Bumi dan Garuda
PoesiaIni adalah kisah yang tersampaikan dalam tubuh kata dari sang ibu Pertiwi, Garuda nan sakti tapi tersakiti oleh anak-anaknya sendiri atau semesta yang dilukai. Disini setiap kisah akan mewakili mereka dalam ribuan kata yang tidak mampu mereka ucapka...