Part 3

19.6K 642 2
                                    


"Kenapa kamu pulang duluan kemarin?" Silfy menghampiri meja kerja Yesha sesaat setelah sampai di butik.

"Aku enggak enak badan," jawab Yesha seadanya.

"Kenapa enggak bilang ke aku dulu? Kita bisa pulang bareng."

"Kamu sedang asyik dengan teman lelakimu itu. Tentu saja aku tak mau mengganggu," jawab Yesha sewot.

"Aahh iya, namanya Ronald. Dia orang yang menyenangkan untuk diajak ngobrol," ucap Silfy seraya tersenyum membayangkan lelaki barunya.

"Dan bertukar saliva!" potong Yesha sambil memutar mata jengah.

"Heeiii ... bagaimana kamu tahu?"

"Ck! Kamu melakukannya di depan umum. Hellooww ... itu bukan private area, Beb!"

"Aahh ... iya. Kami khilaf kemarin. Tapi kami hanya bercumb*. Not more." Senyum nakal Silfy tercetak ketika bercerita tentang kemesraan dengan teman lelakinya.

"Lalu Angga apa kabar? Kamu serius enggak sih dengan Angga?"

"Angga ... baik ... dia tak mempermasalahkan aku dekat dengan siapa saja. Begitu pun dengannya." Dengan enteng Silfy mengungkapkan hubungannya dengan sang kekasih. Seperti tak merasa bersalah karena bermain-main dengan orang lain di belakang kekasihnya.

"OMG ... entahlah, aku tak tahu harus berkata apa tentang kalian." Yesha mengacak rambut hitamnya frustasi.

"Hahahaa ... slow down, Baby. Kamu jangan terlalu monoton jadi orang. Nikmati saja hidup yang ada. Enjoy it!"

"Terserah!"

Begitulah Silfy, sahabat Yesha sejak awal masuk kuliah. Dia dengan segala pesonanya memang sangat mudah mendapatkan perhatian lawan jenis. Cantik, tinggi bak model dan seksi tentunya. Tapi walau Yesha tidak suka dengan gaya hidupnya yang gampang dekat dengan beberapa lelaki, dia adalah sahabat terbaik Yesha. Sahabat yang mengertinya, luar dan dalam. Hanya kepadanya Yesha menceritakan kisah hidup yang dijalani. Dia pendengar yang baik. Tapi sering kali saran yang diberikan kepada Yesha tak masuk akal.

---***---

"Permisi, Nona Ayesha. Di luar ada yang mencari Anda." Saat Yesha akan beranjak untuk istirahat makan siang, seorang karyawan masuk dan memberitahukan ada tamu.

"Siapa?"

"Tidak tahu Nona. Seorang lelaki tampan."

'Lelaki tampan? Siapa kiranya?' batinnya penasaran. "Baik. Suruh masuk saja!"

Sani, karyawan itu ke luar ruangan dan tak lama membuka pintu lagi. Di belakangnya mengekor seseorang yang disebutnya lelaki tampan tersebut.

"Hai," sapanya ringan sambil tersenyum.

"H-hai ... K-kamu ...."

Yesha cukup terkejut dengan kedatangannya siang ini ke butik. Lelaki yang kemarin malam dia tolong waktu tak sadar itu, kini berdiri didepannya. Dan dalam keadaan normal seperti ini membuatnya terlihat samakin ... memesona.

"Eh ... bagaimana kamu tahu kalau aku--"

"Mama. Mama yang memberitahuku bahwa kamu tadi pagi ke rumah untuk mengembalikan dompetku. Terima kasih." Dia berjalan ke arah meja kerja Yesha setelah Sani keluar.

IMAM PENGGANTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang