Part 5

17.8K 858 21
                                    

Happy reading. Jangan lupa follow, vote dan koment 🙏😉

---***---

Kebaya pengantin berwarna putih yang dibuat dengan sepenuh hati, penyatuan antara rasa cinta dan impian, sudah membalut indah tubuh ramping Yesha. Seharusnya dia sangat bahagia karena bisa memakainya di hari pernikahan. Hari yang bersejarah bagi dirinya dan suami. Hari yang mereka nanti-nantikan sejak dulu, telah tiba.

Tapi ....
Bukan dia yang akan bersanding di pelaminan.
Bukan dia yang akan mengucapkan janji suci di hadapan Tuhan.
Bukan tangannya yang akan menggandeng, melangkah memasuki hidup baru.
Bukan dia ....

Raga itu bisa berdiri tegak, tapi jiwanya hampa.
Mata itu bisa menatap langit, tapi batinnya gulita.
Bibir itu bisa berucap benci, tapi hatinya ingkar.
Dia masih sangat mencintai kekasihnya.

Dia ... dia yang selalu ada di samping gadis itu dalam suka maupun duka.
Dia ... dia yang selalu menghadirkan senyum dan tawa ria.
Dia ... dia yang selalu membimbing menggapai asa bersama.
Dia ... yang namanya masih bertengger di singgasana jiwa.
Dia ... pujaan hati tercinta.

'Hiks ... hiks ....

Dia ingin pergi mengejar cinta yang telah pergi.
Mencari jawaban kenapa tak bersamanya di hari bahagia.
Dia ingin menghentikan waktu.
Membawanya kembali menemani, memeluk, merangkai asa.
Dia ingin menghilang bersama rasa perih yang menyiksa diri.
Dia ingin ....

'Hiks ... hiks ....'

Poles riasan tak bisa menyembunyikan pilu yang dirasa. Mama Yesha menghampirinya yang tengah merenungi nasib. Seolah takdir memang tak pernah berpihak padanya. Disekanya air mata sang putri dengan sapu tangan lembut. Lalu membawanya ke dalam dekapan yang sudah sangat lama dirindukan. Diciumnya puncak kepala Yesha beberapa kali. Seolah ikut merasakan kesedihannya.

"Sayang, kau sudah memiliki suami. Kita turun menemuinya, ya." Tangannya mengelus-elus lengan Ayesha, memberi ketabahan.

"Sabar ya, cantik. Tuhan tidak akan menguji hamba-Nya diluar batas kemampuan. Semua akan indah pada waktunya." Kali ini Silfy, sahabat terbaik Yesha yang memeluknya erat. Menguatkan jiwa yang lemah.

Mereka beranjak dari kamar, berjalan melangkah menuju seseorang yang menggantikan posisi orang yang dicintai Yesha, dalam akad nikah. Seluruh mata tertuju pada mempelai wanita sejak kaki menuruni anak tangga pertama. Dijatuhkan pandangan ke lantai. Berharap semua mata tak menatap wajah sendunya. Mendekat ... semakin mendekat menuju seseorang di sana.

"Ciumlah tangan suamimu!" Suara seseorang yang sudah lama menjauh dalam hidupnya.

Sang wanita mengapai tangan pria di depannya tanpa menatap wajah. Mencium dengan hati perih dan linangan air mata yang tak dapat dibendung. Seharusnya tangannya yang dicium dengan penuh rasa cinta, bukan tangan orang yang tak pernah bersentuhan. Terasa sesuatu menyentuh puncak kepala sang wanita dengan lembut.

Lalu tangan itu meraih jemari sang wanita. Memasangkan cincin emas putih di jari manis tangannya. Yesha pun melakukan yang sama. Cincin itu ... cincin itu sudah terukir nama kekasihnya. Seharusnya jari tangan sang kekasih yang menjadi tuan cincin itu. Bukan jari orang lain yang tak ada ukiran namanya di sana.



Setelah itu sang pria menyerahkan mahar seperangkat perhiasan emas putih. Diterima dengan perasaan pilu. Yesha dan Rendra yang memilih perhiasan itu bersama. Tetapi bukan Rendra yang memberikan hari ini. Rendra bilang, pasti sang wanita akan sangat cantik jika memakainya setelah status baru yang disandang. Tapi ... apa ...? Dia tak mau melihat Yesha memakainya. Rendra berbohong! Kembali tubuh sang wanita bergetar.

IMAM PENGGANTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang