Part 14

22.9K 1.2K 141
                                    

Sepiring soto ayam dan nasi kiriman uminya Laili menjadi menu sarapan Hilmi dan Ayesha. Perpaduan bumbu yang pas dengan aroma rempah yang khas, membuat rasa soto tersebut sangat nikmat disantap saat masih panas. Yesha menikmati santap paginya bersama suami.

"Tadi itu ngajar di tempatmu juga?" Yesha bertanya tentang Laili pada Hilmi.

"Iya, dia guru bahasa Arab, aku akrab dengan orang tuanya karena abahnya kepala madrasah di tempatku mengajar. Rumahnya di gang sebelah." Hilmi menjelaskan secukupnya informasi tentang Laili.

Tak mungkin dia menjelaskan secara langsung siapa Laili dalam hidupnya sebelum mereka menikah. Bisa-bisa dia minta pulang ke Surabaya hari ini juga.

"Oohh ... orangnya cantik. Dan kelihatannya muslimah sejati." Yesha menilai sosok Laili.

"Kamu juga gak kalah cantik sama dia," tukas Hilmi jujur, lalu disambung dalam hatinya, 'kalau sama-sama berhijab'. Hilmi menatap lekat istrinya yang tersenyum sipu.

"Tentu saja, sama-sama wanita," ujar Yesha agar Hilmi tidak larut menggodanya. Hilmi terkekeh melihat istrinya salah tingkah.

Setelah selesai sarapan, Hilmi berangkat ke madrasah. Yesha mengutak-atik ponsel, menghubungi Silfy untuk menanyakan keadaan butik dan pekerjaan lain. Yesha belum sepenuhnya menyerahkan pekerjaan kepada Silfy. Dia masih menimbang-nimbang apakah akan menetap di sini atau tidak ke depannya.

Pekerjaan di Surabaya sudah menjanjikan. Karena selain pekerjaan itu hobynya, dia juga ingin suatu saat bisa menggelar sebuah peragaan busana. Jika di sini, dia masih belum memiliki kegiatan. Tidak mungkin nganggur tanpa melakukan apa-apa. Untuk mengisi waktu luang, dia mencoba membuat desain baju di ruang kerja Hilmi.

---***---

Setelah salat Zuhur di musala rumah, dia ingin memasak sesuatu untuk suaminya. Berjalan ke dapur minimalis yang menjadi satu ruangan dengan ruang makan. Membuka kulkas untuk mencari bahan yang bisa dimasak. Di freezer ada sosis, bakso sapi, dan ayam yang sudah dibersihkan. Di rak bawah ada wortel, buncis dan kubis yang dimasukkan di sebuah box dan beberapa bumbu dapur. Cukup rapi isi kulkas itu untuk ukuran seorang laki-laki.

Yesha berpikir sejenak. Lalu membuka aplikasi instagram untuk mencari inspirasi resep masakan. Setelah men-scroll dan membuka beberapa gambar, dia tertarik membuat sayur soup dan ayam goreng. Menu yang simple karena Yesha memang jarang ikut masak di rumahnya. Dia mengikuti resep salah satu gambar di IG. Menyiapakan bahan dan bumbu, memotong dan mencucinya, lalu memasak sesuai urutan resep. Dalam waktu kurang dari satu jam, sudah selesai membuat menu tersebut lengkap dengan sambal. Sambil menunggu suaminya pulang, dia mengirim pesan kepada Hilmi.

[Makan siang sudah siap ustaz 😊]

Tak lama kemudian ada pesan balasan dari Hilmi.

[Siap nyonya Hilmi😉👍]

Yesha tersenyum membaca pesan balasan dari suaminya. Dia mulai menikmati perannya sebagai istri. 'Ternyata memasak untuk suami lumayan menyenangkan ya,' batinnya dengan tersenyum. Kemudian dia menunggu suami pulang dengan duduk di gazebo halaman belakang. Heemm ... sepertinya tempat ini akan menjadi tempat favorit selain balkon di lantai dua. Di sini ada pohon mangga dan anggur yang membuat halaman belakang ini terasa teduh dan segar udaranya. Juga ada beberapa pot tanaman hias yang menambah kesan sejuk taman belakang rumah. Yesha menikmati semilir angin yang mempermainkan helai rambut hitamnya. Terasa sejuk biarpun sudah mau jam dua siang. Beda sekali dengan cuaca di Surabaya.

IMAM PENGGANTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang