Part 7

19.6K 969 28
                                    

IMAM PENGGANTI
#imam_pengganti (7)

Terima kasih kepada Admin yang telah meloloskan tulisan ini.

Bunyi nada alarm dari ponsel membangunkan tidur Hilmi. Pukul 03.00, kebiasaan bangun sebelum subuh yang sudah dilakoninya sejak usia 14 tahun. Alarm hanya untuk antisipasi apabila dia kebablasan karena terlalu capek atau tidur larut seperti semalam. Tanpa alarm pun dia biasanya sudah bangun sekitar jam segitu.

Setelah mematikannya, dia merasa ada yang janggal dengan dirinya. Perasaan semalam dia tidur tanpa selimut, tapi kenapa sekarang ada selimut tebal yang menutupi tubuhnya? Pandangannya langsung mengarah pada sosok wanita yang masih bergelung di atas kasur. Bibirnya tertarik ke atas, "Terima kasih," ucapnya hampir tak terdengar sendiri olehnya.

Bangkit dari sofa dan melipat selimut, menaruhnya di sisi, lalu melangkah ke kamar mandi. Mandi sebelum subuh sudah menjdi rutinitasnya setiap hari. Keluar kamar mandi, Hilmi mendekati istrinya. Memanggil namanya agar segera bangun. Tetapi reaksi Yesha hanya menggeliat saja dan menaikkan selimut sampai leher. Kembali dia coba membangunkan Yesha, tapi yang didapat justru omelan karena sudah mengganggu tidurnya.

Oke, usahanya gagal kali ini. Hilmi tidak mau memaksa karena mungkin Yesha belum terbiasa, atau bahkan belum pernah melakukan ibadah qiyamul lail. Tapi Hilmi akan mencoba kembali hari berikutnya. Semoga suatu saat dia berhasil mengajak Yesha beribadah di sepertiga malam terakhir.

Hilmi menggelar sajadah dan melaksanakan ibadah rutinya berikut do'a dan zikir yang biasa dia amalkan. Sampai terdengar samar-samar suara azan Subuh. Hilmi berniat salat Subuh di masjid. Melihat istrinya masih nyenyak di alam mimpi, dicoba kembali membangunkan. Tapi hasilnya nihil. Malah Yesha menenggelamkan seluruh tubuh ke dalam selimut. Akhirnya dipasang alarm 15 menit dari sekarang. Lalu dia ke luar menemui satpam rumah.

"Pak, masjid di sini sebelah mana?"

"Eh, Tuan muda. Masjid ya? Ee ... di dua gang belakang rumah ini ada masjid, Tuan." Dua orang satpam yang berjaga malam ini. Salah satunya masih tertidur. Mungkin mereka bergantian berjaga.

"Jauh tidak, Pak?"

"Ee ... Tuan naik motor saya saja. Kalau jalan kaki ya bisa 10 menitan." Satpam tersebut merogoh saku celana dan mengeluarkan kunci motornya.

"Ini Tuan pakai saja, itu motornya di depan garasi." Diserahkannya kunci tersebut kepada Hilmi. Lalu beringsut membuka pagar besi rumah Handoko.

Hilmi mengendarai motor bebek milik satpam tersebut menuju masjid. Di pelataran masjid, saat baru memarkirkan motor, seseorang memanggil namanya, "Hilmi ...!" Dia menoleh ke arah sumber suara tersebut. Senyumnya terbit melihat siapa yang memanggilnya.

"Papa Haris jamaah di sini juga?" Berjalan mendekat lalu menyalami papa angkatnya.

"Iya, Papa selalu jamaah di sini kalau Subuh."

Mendengar ucapan papa angkatnya, membuat Hilmi senang. Dulu di awal mengenal Hilmi, papanya termasuk golongan orang yang enggan salat. Alasannya karena tidak sempat, kerjaan banyak, dan sebagainya. Hilmi dengan sabar menjelaskan kalau salat itu jangan hanya dianggap sebagai kewajiban, tetapi anggap sebagai kebutuhan, maka kita akan berusaha memenuhi kebutuhan itu dengan sebaik-baiknya. Alhamdulillah perlahan tapi pasti, hidayah Allah berikan pada orang tua angkatnya tersebut.

Selepas salat, Haris mengajaknya berbincang di serambi masjid. "Jadi kapan kamu pulang ke Malang?"

"Mungkin minggu ini, Pa. Senin sudah harus ngajar lagi."

IMAM PENGGANTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang