28. Haruskah Pergi?

613 51 9
                                    

Allahumma sholli 'ala sayyidinaa Muhammad wa'ala aali sayyidinaa Muhammad.

Tak ada yang tahu bagaimana takdir seseorang ke depannya. Dalam meniti kehidupan, pasti selalu disertai dengan berbagai ujian dari-Nya. Seandainya Allah masih memberi kesempatan itu, bersyukur menjadi cara yang tak akan pernah ku tinggalkan.

~Takdirku~

***

3 minggu setelah sidang skripsi, Shila mulai fokus pada persiapan pernikahannya. Tidak terlalu banyak yang ia siapkan, hanya mencetak undangan, lalu membagikannya pada teman dan kerabat. Karena untuk urusan yang lain seperti dekorasi gedung, dan katering telah dipercayakan pada WO yang sengaja ibunya Deri sewa.

Rencananya, hari ini Shila akan mengambil undangan yang sudah selesai dicetak bersama dengan Najma. Semula ia ingin mengajak Reva, tapi karena Reva ada jadwal quiz di kampus, dengan sangat terpaksa, ia harus merepotkan Najma.

Selesai bersiap, sebelum benar-benar keluar dari kamar, kembali Shila mematung di depan cermin. Memerhatikan tubuh sendiri dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tanpa sadar, bibirnya tertarik ke samping, membentuk senyum simpul yang amat tipis. Saat ini pikirannya tengah melanglang buana, mengkhayalkan kisahnya nanti bersama Deri pasca menikah.

H-14, waktu yang singkat, namun terasa begitu lama bagi Shila. Masih belum menyangka juga sebenarnya, hubungan Shila akan berjalan sejauh ini. Bersama dengan orang yang ia benci pula.

Dilamar oleh dosennya sendiri, benar-benar tidak pernah Shila bayangkan sebelumnya. Apalagi dilamar oleh orang seperti Deri, yang terkenal dengan sikap tegas dan dinginnya. Memang, dulu Shila tidak bisa menerima kehadiran Deri sepenuhnya. Namun, seiring berjalannya waktu, setelah ia menyadari kebaikan Deri, hatinya mulai menerima. Bahkan berharap agar dirinya bisa segera dibersamakan dengan Deri.

Benar adanya, jika seseorang bisa bersabar, dan mampu melewati setiap ujian yang datang, maka cepat atau lambat, Allah akan memberikan hadiah yang sungguh tidak terkira dari apa yang telah dilewatinya. Tidak hanya di akhirat kelak, bahkan di dunia pun Allah telah menepati janjinya. Sungguh, janji Allah amatlah nyata. Dia tidak pernah ingkar pada hamba-hamba yang percaya akan pertolongan-Nya, dan tidak pernah meninggalkan hamba-Nya yang senantiasa beribadah pada-Nya.

"Assalamualaikum!"

Shila tersadar dari lamunan, saat telinganya mendengar seseorang beruluk salam dari luar rumah. Segera saja ia keluar kamar, lalu berjalan setengah berlari menuju pintu utama.

"Wa alaikumsalam," jawab Shila sambil membuka daun pintu.

Mata Shila berbinar bahagia, saat menangkap dua sosok yang berdiri di depan sana. Lantas, bibirnya mengembang, memberi senyum pada mereka yang tengah tersenyum ke arahnya.

"Masya Allah, Mama Vera, Papa Ferdi?"

"Apa kabar, Shila?"

Shila langsung meraih tangan calon ibu mertuanya seraya berkata, "Alhamdulillah, Shila sehat Ma, Mama sama Papa, bagaimana kabarnya?"

"Alhamdulillah baik, Papa juga sudah sehat."

"Apa kabar, Pa," sapa Shila dengan kedua telapak tangan saling menempel di depan dada.

Takdirku ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang