10. Bahagiamu, Bahagiaku Juga

851 65 8
                                    

Allahumma shalli 'ala sayyidinaa Muhammad wa 'ala alii sayyidinaa Muhammad.

Bahagia itu...
Ketika hidup mampu mencecap manisnya iman, di tengah godaan yang dapat menggoyahkan keyakinan.

***

Shila berjalan menyusuri koridor kampus dengan tergesa. Harapannya saat ini hanya satu, ia ingin segera sampai di ruangan dosen. Sambil berjalan, matanya tak lekang memerhatikan sekitar. Perasaannya ketar-ketir, takut kalau orang yang saat ini sedang ia hindari akan muncul dengan tiba-tiba.

"SHILA WARDATUL AZIZAH!!!"

Shila memekik saat telinganya menangkap suara yang ia hafal. Bunyi melengking dengan suara khasnya yang riang, derap langkah yang terdengar ringan. Ya, Shila hafal betul siapa pemilik suara itu.

Tanpa menunggu lagi, Shila melangkahkan kakinya semakin cepat. Berharap Najma tidak mengejarnya. Namun sayang, kini Najma sudah berdiri di sampingnya dan berhasil menyamai langkahnya.

"Hai hai hai, Assamalu'alaikum, Shila."

Shila berhenti berjalan. "H--hai Najma. Wa'alaikumsalam." Bibirnya terpaksa ia tarik ke samping agar tersenyum.

"Mau ke mana sih, kok buru-buru banget. Dari tadi aku panggil juga gak nengok-nengok."

"Oh ya? Maaf loh, aku gak dengar tadi." Parah kamu Shil, berani bohong ya sekarang.

"Belum dibersihin ya kupingnya," canda Najma sambil terkikik geli. "Mmmm, kita ke kantin yuk."

"A--engh aku ... gak bisa."

Wajah Najma yang awalnya berbinar ceria, seketika muram saat Shila menolak ajakannya. "Kenapa gak bisa?"

"Aku mau ketemu sama Pak Deri, mau kasih tugas."

"Hah!" Najma terlihat kaget. Tangannya langsung mengambil bundelan kertas yang sedang Shila pegang. "Udah selesai? Aaaa ... akhirnya setelah berkali-kali revisi, kamu bisa menuntaskan tugas kamu juga. Ya Allah, hebat banget kamu."

Shila membuang napas jengah. "Iya, kalau misalnya Pak Deri langsung acc skripsi aku. Kalau nyuruh revisi lagi, itu artinya belum selesai, kan?"

Najma menepuk-nepuk pundak Shila seraya berkata, "semangat terus ya, jangan menyerah."

"Punya kamu udah selesai?"

"Hehehe, belum." Shila membuang napas jengah, lagi. "Tenang aja lah, deadline-nya kan masih sebulan setengah lagi, masih lama. Lebih baik sekarang kita ke kantin dulu, yuk. Aku lihat juga Pak Deri seperti belum ada di ruangannya."

"Tau dari mana kamu?"

"Tadi aku habis dari sana."

Kening Shila berkerut. "Terus kenapa kamu munculnya dari belakang aku?"

"Mmmm, kalau itu ... eh aku lapar banget nih belum sarapan, ke kantin yuk, yuk, yuk, yuk. Kamu tenang aja, nanti aku yang traktir deh kalau kamu mau makan. Kamu juga punya utang sama aku."

"Utang? Utang apaan, perasaan aku gak pernah pinjam uang sama kamu?"

"Bukan utang uang, tapi utang penjelasan. Kamu harus jelaskan maksud dari pesan yang Pak Deri kirim malam itu."

Takdirku ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang