19. Bertemu

615 44 12
                                    

Allahumma shalli'ala sayyidinaa Muhammad wa 'ala aali sayyidina Muhammad.

Jadilah orang yang bermanfaat di dunia, agar hidupmu tidak sia-sia. Menjadi manfaat untuk orang lain, tidak perlu menunggu kaya. Selama banyak orang yang termotivasi dengan kisah kita, setidaknya kita telah memberi manfaat untuk mereka.

~Takdirku~

***

Wajah Shila tertunduk dalam, berusaha mengusir segala kemungkinan buruk jika ia kembali bertegur sapa dengan orang di depannya. Takut dengan perasaan sendiri, Shila pun mengurungkan niat untuk menghampiri orang itu. Namun, baru juga badannya berbalik, dia sudah lebih dulu menyadari kehadiran Shila.

"Shila?"

Dengan amat sangat terpaksa, Shila kembali menghadap ke arahnya. Sekilas, orang itu tampak mengernyitkan dahi, mungkin heran karena bisa bertemu dengan Shila di sini. Tak lama, Shila pun menyunggingkan senyum.

"Assalamu'alaikum, Fadhil."

"Wa-wa alaikumsalam." Fadhil balas tersenyum. "Kamu ... kok bisa ada di sini?"

Shila berjalan beberapa langkah, agar bisa lebih dekat dengan Fadhil. "Aku kuliah di sini."

"Oh, aku baru tau loh. Pasca sarjana?"

"Bukan, aku ... masih harus menyelesaikan strata satu," kata Shila diiringi senyum melegakan.

"Oh, kok bisa?"

Iya, Shila tahu, Fadhil pasti bingung karena dirinya belum lulus kuliah, sedangkan teman satu angakatannya sudah bekerja. "Mmmm, jadi gini. Pas lulus dari SMA ... aku gak langsung masuk kuliah. Melainkan diam dulu di pondok selama dua tahun. Baru setelah itu, aku memutuskan kuliah. Jadi ... kamu jangan heran kalau aku ketinggalan rombongan," jelas Shila sambil tergelak.

"Oh, begitu. Iya-iya, aku paham. Terus sekarang semester berapa?"

"Alhamdulillah, udah nyusun skripsi, dan ... sekitar dua Minggu lagi aku sidang."

"Masya Allah, kok aku bisa ketinggalan berita sejauh ini ya?"

Shila terkekeh pelan. "Makanya harus sering update, biar gak ketinggalan informasi."

Fadhil ikut terkekeh saat mendengar kalimat Shila. "Iya maaf, aku terlalu sibuk."

"Sibuk apa?"

"Menata masa depan."

Shila hanya menggeleng pelan. Entah kenapa setelah memulai percakapan dengan Fadhil, ketakutan yang ia rasakan tadi, tiba-tiba menguap begitu saja. Cukup lama dalam hening, keduanya hanya bisa saling melempar senyum. Lalu mengedarkan pandangan ke segala penjuru arah.

"Mmmm, Fadhil?"

"Ya?"

Shila berpura-pura sibuk menatap sekitaran saat mata Fadhil tertuju padanya. "Dulu aku pernah kirim pesan ke akun kamu, apa ... kamu baca pesannya?"

Pandangan Fadhil berubah nanar. Pikirannya menerawang pada kejadian di mana ia membaca pesan itu. Tak lama, tiga kata meluncur dari bibirnya, "iya, kenapa memangnya?"

Takdirku ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang