31. Keputusan Shila

629 46 8
                                    

Allahumma shalli 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala alii sayyidinaa Muhammad.

Dan jika Allah tak jua membersamakanku denganmu, mungkin itu sudah menjadi ketetapan yang tak dapat diganggu. Aku pergi, bukan berarti aku tak mau lagi. Aku hanya ingin mencoba mengerti. Yaitu, melepas bayang yang tidak akan pernah bisa ku genggam.

***

Sembari menunggu Shila yang tengah menyusul sang ayah, pandangan Ahnaf terus beredar. Menelisik setiap penjuru ruang tamu, yang tampak lengang. Di sana, ia tidak sendiri, ada Reva yang turut duduk di depannya. Bergeming, dengan mata menatap kosong ke arahnya.

Sebenarnya Reva ingin bertanya, tentang tujuan Ahnaf datang ke rumah Shila sampai harus menemui ayahnya. Namun, ia masih bingung mengawali pertanyaan itu dari mana. Ketika Reva hendak membuka mulut, Shila datang bersama Pak Qomar dari arah dalam. Terpaksa, niatnya yang ingin bertanya harus diurungkan.

"Assalamualaikum, Pak." Ahnaf berdiri dari duduknya, lantas mencium tangan Pak Qomar.

"Wa alaikumsalam, duduk, Nak."

Ahnaf kembali duduk di kursi semula. Sementara Pak Qomar, duduk di kursi ukuran single, dan Shila duduk di sebelah Reva yang berhadapan langsung dengan Ahnaf.

"Tadi siapa namanya, Bapak lupa lagi?"

"Saya Ahnaf, Pak."

Pak Qomar tampak mengangguk beberapa kali. "Oh, Nak Ahnaf ini temannya Shila?"

"Sebenarnya saya baru beberapa kali bertemu dengan Shila, mungkin ini baru yang ketiga kalinya, Pak," tutur Ahnaf sambil terus menyunggingkan bibir.

"Oh, jadi baru kenal," jeda beberapa detik, "lalu, ada apa Nak Ahnaf bertamu kemari sampai ingin bertemu Bapak?"

Manik mata Ahnaf melirik sekilas pada Shila yang sedang menunduk. "Saya ... berniat untuk melamar Shila, Pak."

Ketiga orang yang berada di sana, sontak terkejut mendengar ungkapan Ahnaf. Terlebih dengan Reva, ia sampai bangkit dari duduk, lalu menatap Ahnaf dengan sengit.

"Apa? Kak Ahnaf mau lamar Teh Shila?"

Dengan entengnya, Ahnaf menjawab, "Iya, Reva."

Senyum miring terbit di bibir Reva. "Lalu apa maksud perkataan Kak Ahnaf dulu sebelum Kak Ahnaf putusin aku, Kak Ahnaf udah janji mau lamar aku!"

Mendengar itu, Pak Qomar semakin terkejut. Sebenarnya siapa lelaki yang hendak melamar Shila ini, kenapa Reva mengenalnya? Dan ... kenapa Reva bilang kalau lelaki ini sudah berjanji akan melamarnya, tapi kenapa malah Shila yang dilamar?

"Va, dulu aku bilang, kalau aku udah yakin kamu adalah pilihan aku, aku pasti akan pilih kamu, tapi ternyata ... hati aku malah memilih Shila."

"Kenapa Kak Ahnaf milih Teh Shila, Kak Ahnaf kan belum kenal lama sama Teh Shila?"

"Karena aku ... mencintai Shila."

Deg.
Jantung Reva seolah berhenti berdetak. Kejujuran yang Ahnaf katakan berhasil membuatnya lemas tak berdaya. Ternyata orang yang dianggap mencintainya malah mencintai kakak sepupunya sendiri. Padahal Reva lebih dulu kenal dengan Ahnaf, tapi kenapa harus Shila yang dipilih?

Takdirku ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang