Terhitung sudah 1 bulan alvis jarang mengabarinya. Paling hanya "iya" "oh" "gpp" hanya pesan-pesan singkat yang terus alvis kirimkan.
Cindy juga bertanya tanya mengapa akhir-akhir ini alvis sering berubah, apa cindy punya salah atau semacamnya. Cindy semakin bingung saat ini.
Cindy hanya memandangi foto mereka berdua, foto itu diambil sehari sebelum alvis pulang ke surabaya. Difoto itu alvis tampak ceria dengan senyum lebarnya, begitu pula dengan cindy. Mereka melakukan beberapa pose bersama. Mereka mencetak dua foto. Satunya alvis bawa ke surabaya dan satunya lagi sedang cindy pegang saat ini.
Entah cindy harus bereaksi apa saat ini, bagaimana hubugannya dengan alvis cindy tak tahu itu. Apakah alvis masih menganggap nya kekasih atau tidak. Entah, cindy semakin takut saat ini. takut alvis akan meninggalkannya seperti feelingnya.
Cindy hanya bisa berdoa agar semua itu tidak terjadi dan baik-baik saja.
Di kampus
"oy ngapa lu?" tegur riri
"eh enggak kok"
"kak alvis belum ngabarin juga?"
"belum ri"
"kok gue jadi takut sih cin"
"lah, ngapa?"
"kayanya dia Cuma maen-maen deh selama ini"
"hus ah, ga boleh ngomong gitu ri"
"beneran gue selalu mikir gitu"
"enggak mungkin, alvis sayang kok sama aku"
"coba lu hubungin lagi nanti malem"
"iya deh nanti gue coba hubungi lagi"
Setelah pulang
"dek oy!"
"apa bang?"
"pulang sama sape lu?"
"grab"
"oh, yaudah sana mandi abis itu makan. Gua tunggu ya"
"iya"
Cindy pun masuk kamar
Cindy melihat ponsel, namun nihil tak ada pesan dari alvis.
Cindy pun mencoba menghubungi wilandra, karena wilandra merupakan teman satu kampus alvis
"yo dek? Ada apa?"
"mas wil lagi sibuk nggak?"
"enggak kok dek, ada apa?"
"adek mau tanya alvis mas"
"oh mas alvis toh, napa dek?"
"udah sebulan ini alvis jarang hubungi aku. Aku chat gapernah dibaca apalagi dibales"
"paling Cuma pesan singkat"
"aku telpon gak pernah diangkat"
"aku khawatir mas, takut terjadi apa-apa sama alvis"
"mas wil liat alvis nggak ya?"
"aku khawatir banget mas""duh gimana ya dek"
"gimana apanya mas? Ada apa? Mas wil bilang aja jujur"
"em gini, seminggu yang lalu sih mas liat mas alvis ke klub. Tapi"
"tapi? Tapi apa mas?"
"mas alvis gak sendirian"
"loh? Sama temennya?"
"enggak, sama cewek"
Lemas. cindy jatuh terduduk di lantai
Pikirannya pun hilang dan pikiran buruk tentang alvis pun muncul
"loh? Dek? halooooo"
"mas wil liat gak, alvis ngapain aja?"
"mas gak liat dek, mas Cuma liat selewat saat lampu merah dan mas liat mas alvis masuk ke klub itu sama cewek. Mas belum pernah liat sih ceweknya"
"mas wil yakin yang mas liat tuh alvis?"
"yakin 100% dek, soalnya tadi siangnya tuh mas wil ketemu mas alvis di perpus dan bajunya sama"
"yaudah deh, makasih mas wil"
"kamu gak apa-apa?"
"enggak kok mas"
"yaudah makasih ya mas"
"sama-sama dek"
Tut.
Entah cindy harus bereaksi seperti apa setelah mendengar cerita dari wilandra tadi.
Apa ia berhak untuk kecewa, menangis? Tentu saja berhak. Alvis masih menjadi miliknya.
Ia tak menyangka, alvis bisa melakukan hal ini padanya. 100% ia sangat mempercayai alvis bahwa alvis tak akan berbuat seperti ini, tapi nyatanya semua gugur.
Cindy butuh penjelasan dari alvis, apa alasan ia menghilang selama ini dan apa alasan ia pergi ke klub bersama wanita itu.
Bagaimanapun alvis masih menjadi kekasihnya, sekuat apapun air mata yang bendung, rasa sesak yang ditahan, malam ini semuanya meledak bersama dengan rasa kecewanya pada alvis.
Rasanya sudah tak bisa diungkapkan dengan kata-kata lagi. Malam ini, cindy ingin menangis hanya menangis yang ingin cindy lakukan.
Rasa nyaman, bahagia, sayang, cinta, tulus semua yang alvis berikan, malam ini hilang entah kemana bersamaan dengan rasa kecewanya.
Saat sedang menangis, tiba-tiba ponselnya berdering. Dan itu panggilan dari alvis.
Cindy pun mengatur napasnya, jangan sampai alvis tau ia sedang menangis.
"halo?"
"iya vis?"
"cin, kita putus"
"HAH?!"
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
bad, but i love it [Day6. Youngk]
FanfictionCindy seorang perempuan tulus yang dihadapkan pada lelaki brengsek bernama Alvis yang hanya mempermainkan sebuah perasaan "kita putus aja, gue bosen sama lu" "gue punya cewe lain" "brengsek kamu vis" "dari dulu gue gitu"