"Eric, gua mohon..."
Eric menatap mata Siyeon yang memelas. Enggak, Eric gak bisa nurutin perkataan Siyeon.
"Gua bakal telpon Hyunjin sekarang bodo amat peduli monyet!"
"ERIC PLISSS JANGAN!" ucap Siyeon sambil teriak merengek.
Posisi mereka yang sekarang lagi ada si Coffe sangat riskan diliat banyak orang. Apalagi semua orang sekarang melihat mereka seperti pasangan yang lagi berantem hebat.
Eric celingak-celinguk, "oke, gua bakal hajar Hyunjin besok."
Siyeon pusing. Gak tau lagi harus gimana liat Eric, sepupunya itu yang sekarang sudah kepalang marah dengan Hyunjin.
Siyeon menutup kedua wajahnya gusar. Seharusnya dia gak ceritain semua hubungan dia sama Hyunjin ke Eric. Sepupunya itu memang sangat tempramental.
Tapi mungkin kalau orang lain tau yang sebenarnya seperti Eric mengetahui hubungan macam apa yang Siyeon dan Hyunjin pernah jalani, ia yakin orang lain itu juga tidak akan segan-segan membunuh Hyunjin.
"Lagian siapa sih Yeon yang gak kesel dengernya? Okelah kalo lo cuma diselingkuhin. Tapi ini-- ARGH HYUNJIN GILA!!"
Dan satu lagi yang ia sesali, pasti pertemanan Eric dan Hyunjin juga akan hancur. Tapi mau bagaimana lagi, dia gak bisa nyimpan sesuatu hal besar kayak gini sendirian.
Fyi, Eric, Hyunjin, Jeno, Renjun, Chenle, Felix dan Jaemin adalah sahabat dekat bahkan sejak masa Putih Abu-abu. Tapi Eric gak yakin kalau mereka bakal bersama-sama lagi setelah ini.
Eric gak percaya temannya itu bisa sebrengsek ini.
"Pusing gua, Ric. Gak kuat. Rasanya gua udah benar-benar jadi cewek yang--"
"Lo bukan Siyeon yang gua kenal kalo kayak gini" selak Eric, matanya melihat keluar jendela Caffe. "Omongan lo mulai ngaco. Mending lo gua anter kekossan lo sekarang. Gak baik udah malem banget."
Siyeon mengangguk pelan. "Tapi lo jangan apa-apain Hyunjin. Gua gak mau kalian pecah cuma gara-gara masalah gua."
"Dengerin gua, Yeon. Gak ada kata 'maklum' buat kelakuan Hyunjin yang kayak gini. Kalaupun Jeno tau, gua yakin dia dipihak gua."
Jeno! Siyeon baru ingat tentang pria itu.
"Haduuuh jangan Ric gua mohon Jeno jangan sampe tau. Dia taunya gua pusing karena soal kuliah. Shuhua, Heejin, Ryujin bahkan Eunbin cewek lo taunya ya gua depresi begini karena alesan ngada-ngada gua, kuliah Kedokteran..."
"...dan sialnya mereka percaya?" Tanya Eric.
Siyeon menghela napas. "Iya..."
Eric tertawa sinis, "bagus, besok gua kumpulin bocah-bocah. Gua mau kasih tau kemereka kalau Hyunjin brengsek. Hyunjin yang sekarang jadi milik Ryujin itu brengsek!"
Siyeon cuma bisa nangis sambil menggelengkan kepalanya. Cukup sulit bicara sama sepupunya yang keras kepala itu.
.
Malam ini Jeno gak bisa konsen belajar buat OSCE besok. Pikirannya benar-benar tertuju pada Siyeon. Bagaimana bisa wanita itu sampai mau merokok.
"Gila, gua gak bakal tenang kalo kaya gini."
Jeno langsung ambil kunci mobilnya yang ada dimeja dan cabut kekossan Siyeon.
Kalau kalian mikir ini hal yang wajar dilakuin Jeno, kalian salah. Jeno juga sadar bahwa perilakunya ini berlebihan. Seharusnya walaupun mereka bersahabat, Jeno gak bisa ikut campur urusan Depresi Siyeon. Bagaimanapun itu hal pribadinya. Tapi entahlah, Jeno begitu khawatir sama wanita itu.
Karena, Jeno sayang Siyeon. Alasan yang cukup jelas menggambarkan gimana ekspresi Jeno saat ini. Khawatir berlebihan, dan rasa Posessif yang gak wajar. Jeno menyadari perasaannya tepat saat mereka masih duduk dibangku SMA.
SMA adalah hal yang berat buat Jeno. Dimana saat ia ingin menunjukkan rasa cintanya pada Siyeon, namun sayangnya kalah cepat dengan Hyunjin. Puncaknya saat ia melihat Hyunjin dan Siyeon berciuman diteater yang sepi saat mereka latihan Drama untuk ujian praktek.
Hyunjin sahabatnya, Siyeon cintanya. Jeno gak bisa lagi ngebayangin betapa sakitnya dulu melihat mereka jalin hubungan.
Saat Jeno sudah sampai didepan pintu Siyeon. Ia gak ngeliat tanda-tanda ada kehidupan disana. Semua lampu juga mati.
Gak lama ia melihat mobil Eric dengan orangnya didalam.
"Eric, Siyeon? Kalian abis darimana?" Tanya Jeno.
Siyeon kaget liat Jeno yang udah ada didepan kossannya. Sedangkan ia was-was takut Eric keluar mobil dan menceritakan semua masalah tadi kepada Jeno.
"Eh, Jen? Ayok masuk dulu. Buru!"
Eric kesal liat Siyeon langsung bawa masuk Jeno lalu mengunci pintunya. Seenggaknya dia mau nyapa Jeno dulu tadi.
"Lo ngapain malem-malem kesini?"
Jeno bingung, kok pintunya dikunci?
"Eh, gak papa mau main aja. Eric gak diajak masuk juga?"
"Gak! gakusah. Dia mau langsung jemput Eunbin soalnya."
"Oh gitu." Ucap Jeno sambil duduk di sofa.
"Mau minum apa nih?" Aduh, Siyeon merutuk dirinya yang jadi aneh gini. Perasaan was-wasnya bikin dia takut.
Jeno ketawa, "udah kaya tamu jauh aja gue ditawarin minum. Kalo aus juga langsung gua ambil sendiri dari kulkas lu kali, Yeon."
"Ya biarin aja sih sekali-kali yeuu biar lo seneng gua suguhin."
Senyum jail langsung Jeno keluarkan buat Siyeon. "Lo mau gua seneng?"
"I-iya lah!"
Jeno menepuk tangannya ke sofa disampingnya. "Sini duduk. Terus peluk gua malam ini. Auto seneng dah gua."
"YEU CARI MATI LO JEN CRINGE BANGET NAJIS!" Siyeon yang sebenarnya malu langsung ia tutupi dengan misuh-misuh mukul lengannya Jeno.
"---aDUUUH SAKIT YEON AMPUN BUSET!"
KAMU SEDANG MEMBACA
'TOUCHING' ▪ Jeno x Siyeon ⚠️ ft. 00L ✔
Roman pour AdolescentsKenakalan Remaja, having sex yang mereka lakuin diluar pernikahan, dan lainnya gak selalu berakhir menyenangkan. Bahkan bisa jadi bumerang sendiri untuk mereka.