Hyunjin natap Siyeon dengan lembut, "gak usah menghindar, bisa? Gue gak mau lo hindarin gue."
"Gue lebih suka lo yang menghindar dari gue, Jin."
Saat ini mereka sedang berada dirooftop kampus. Berdua. Dengan suasana yang memanas.
"Yeon... gue mau ngebahas soal---"
PLAK!
Hyunjin reflek megang pipinya yang barusan Siyeon tampar.
"Gua diam bukan berarti udah ngelupain itu semua, Jin. Gua diam bukan berarti udah maafin lo. Gua diam karena lo masih gua anggep sahabatnya Jeno dan lainnya!"
Siyeon marah, sangat marah diingatkan tentang suatu hal yang buat dirinya menyesal seumur hidup.
"Gua cuma mau lo gak main-main lagi setelah ini. Gua mau lo jaga Ryujin dengan baik dan sayang sama dia. Jangan lo khianatin Ryujin kayak lo khianatin gue dulu."
"TAPI GUA GAK CINTA SAMA RYUJIN!!!"
PLAK!
Kali ini Ryujin yang nampar.
Ryujin yang niatnya ingin mencari Siyeon, dengan tidak sengaja mendengar percakapan mereka. Ryujin sama terlihat marahnya ditambah dengan air mata yang cukup deras.
"Brengsek!" Ucap Ryujin dengan penekanan. "Lo emang pantes dapetin tamparan gue sama Siyeon. Lo emang brengsek!"
Siyeon menyentuh lengan Ryujin, ingin menjelaskan semuanya takut-takut Ryujin salah mengartikan ucapan Hyunjin barusan.
"Ryu, please... gue benar-benar udah gak ada apa-apa lagi sama---"
"Iya Yeon gue tau semua, gue dengar semua. Emang cowok ini aja yang brengsek!"
Tatapan Ryujin masih pada Hyunjin yang mematung. Gak tau lagi harus ngapain.
Siyeon berusaha buat genggam tangan Ryujin. Cewek itu benar-benar sakit pasti.
"Ayo Ryu kita pergi."
Ryujin mengangguk. Sesekali ia mengusap airmatanya dengan kasar.
Tepat saat Siyeon dan Ryujin baru saja pergi, taklama Jeno datang menghampiri Hyunjin. Dengan wajah tak kalah marah.
"Jadi, bisa lo jelasin semuanya ke gue?"
.
"Pulang gak?! Aku gak suka kamu tiba-tiba jalan gitu sama Guanlin."
Somi mematung mendengar suara Haechan diseberang sana dengan hape yang masih dia genggam.
"Aku pulang tapi setelah tugasnya selesai, Chan..."
"Ngerjain tugas? Tugas apaan tuh ngerjainnya direstoran?"
Ini sifat yang sedikit Somi kesal dari kekasihnya, Haechan. Dibalik sifat Haechan yang humoris dan berisik, anak itu punya sifat possesif yang gak ketulungan kalau menyangkut dirinya.
Somi akui ini memang salahnya yang gak bilang dulu ke Haechan kalau mereka sekalian makan siang diluar. Habisnya Guanlin juga ngajaknya mendadak. Daripada dia gak jadi nugas karena sudah pasti Haechan ngelarang, lebih baik dia diam-diam.
Tapi akhirnya ketahuan juga.
"Iya-iya, ish!"
Telpon langsung Somi matiin secara sepihak.
"Kenapa? Haechan ya?" Tanya Guanlin.
Somi cuma bisa ngangguk sambil manyun. "Kita pulang aja sekarang. Tugasnya juga udah selesai kan?"
Guanlin tersenyum lirih mendengarnya. Seharusnya dia sadar kalau sejak 5 bulan yang lalu ia sudah kalah dari Haechan.
.
"Jangan galak-galak lo sama cewek bangsat" ucapan Renjun bikin Haechan noleh.
"Ini gak sekali duakali Jun. Gua harus kasih pelajaran ke Guanlin."
"Ya tapi jangan omelin Sominya. Langsung aja hajar Guanlinnya."
RENJUN MALAH MANASIN. Sangat tidak membantu.
Haechan cuma bisa ngacak rambutnya frustrasi, "au ah gua pusing--LOH HYUNJIN KOK LO BONYOK?"
Renjun dan Haechan melihat Jeno dan Hyunjin yang jalan mendekat.
Jeno cuma senyum sinis sambil melirik Hyunjin. "Hasil karya tangan gue nih, keren gak?"
"YEU SI TOLOL" pekik Renjun. Hyunjin cuma diam. Daripada tambah salah, mending dia diam.
Jeno langsung jalan balik menuju parkiran, "kumpulin bocah-bocah malam ini. Gua mau ngomong."
KAMU SEDANG MEMBACA
'TOUCHING' ▪ Jeno x Siyeon ⚠️ ft. 00L ✔
Novela JuvenilKenakalan Remaja, having sex yang mereka lakuin diluar pernikahan, dan lainnya gak selalu berakhir menyenangkan. Bahkan bisa jadi bumerang sendiri untuk mereka.