Pagi ini dihari Kamis, Siyeon mulai tekatnya buat masuk kuliah seperti biasa. Setelah dapat sedikit pencerahan dari teman-teman kunyuknya. Dia bisa sedikit lega sekarang.
"Persetan sama omongan orang, Yeon. Kuliah itu tempatnya buat belajar. Lo dateng buat nimba ilmu, bukan buat makan hati dengerin omongan orang. Lo harus masuk dan jadi Siyeon yang maung!"
Siyeon cuma bisa masang tampang bodoh dengar Somi ngerocos pagi-pagi.
Tapi ucapan sahabatnya itu berpengaruh besar buat dia sekarang. Karena dia bisa jadi lebih berani. Toh kalaupun semua orang menjauh darinya, Siyeon juga gak butuh-butuh mereka banget. Lagipula semua itu fitnah, kalau Siyeonnya juga jelas gak ngelakuin ya Siyeon bakal bersikap masa bodo.
Saat Siyeon memasuki kelas, dia bisa dengar orang-orang disekitarnya mulai gibahin dia. Awalnya cukup tegang, tapi kelamaan Siyeon mulai terbiasa.
Jujur, Siyeon bodoh banget waktu bilang sendiri pada Jeno kalau dirinya adalah pelacur, tentu saja itu karena kemakan omongan orang. Sungguh, Siyeon cuma stres saat itu. Tindakan gegabahnya buat asumsiin dirinya seperti itu jelas sangat bodoh.
Inilah kenapa konflik Bullying sangat berbahaya. Karena bukan hanya fisik mereka yang luka, tapi batinpun bisa mendapatkan luka yang lebih parah.
Depresi. Orang baik seperti Siyeon yang gak punya riwayat pergaulan bebas dan terlihat baik-baik saja justru berpotensi tinggi untuk gampang Depresi. Intinya itu yang Siyeon rasakan kemarin.
Dan sekarang yang masih dia pikirkan cuma satu, siapa pelaku yang nyebarin fitnahan itu semua.
.
Selesai Siyeon kelas, Jeno ngirimin dia pesan dan ngajak ketemuan di Sbux dekat FK, sekedar minum kopi. Sesampainya, dia liat Jeno lagi berkutik sama laptopnya. Calon Dokter Gigi kayak Jeno memang benar-benar sibuk. Tapi itu gak bakal jadi alesan logis cowok itu buat gak ketemu Siyeon.
Siyeon is everything.
"Jadi gue disuruh kesini buat ngeliatin lo ngerjain laporan doang nih?"
Jeno senyum. Dia mau nge-charge semangatnya dulu dengan liat Siyeon siang ini.
"Panggilan buat calon suaminya kok masih gue-elo si? Jahat banget." Ucap Jeno sambil matiin laptopnya.
"Calon suami? Pffft..." Siyeon ketawa. Geli juga ngebayanginnya kalau dia beneran nikah sama Jeno. Cowok yang biasa dia cubitin kalau lagi jail.
"Gak ah, eww!"
Niatnya Siyeon cuma iseng ngeledek Jeno, tapi kayaknya salah karena cowok itu mampu ngejawab ledekannya yang buat Siyeon gak bisa berkutik lagi.
"Jangan gitulah, waktu dibawah aku, kamu gak manggil aku gitu loh. Apa ya? Daddy kayaknya. Iya Daddy, aku inget jelas!"
"Jeno!" Pekik Siyeon panik sambil ngedarin pandangannya, takut ada yang dengar. Mukanya juga udah merah banget. "Apaansi ah!"
Jeno ketawa puas sebelum akhirnya Siyeon malah menggodanya dengan mengelus betis hingga paha Jeno dibawah meja dengan kaki jenjangnya.
"Y-yeon..."
Melihat muka panik Jeno buat Siyeon merasa menang.
GAK GINI CARANYA SIYEON, batin Jeno meraung-raung.
Siyeon ketawa kecil sambil bangun dari duduknya, sebelum pergi dia bisikin sesuatu ke Jeno, "selamat mandi air dingin siang-siang, Jeno calon suamiku."
Jeno ikut diri dan pergi ngejar Siyeon, tangan kanannya menggiring Siyeon untuk naik kemobilnya. "Enak aja, kamu yang harus tanggungjawab lah!"
"HEH ?????"
Sekarang pertarungan mereka sudah naik level, bukan soal Jeno yang ngegombal dan berakhir cubit-cubitan lagi.
.
"SIALAN KAMU! BERANI-BERANINYA KAMU DATANG LAGI KESINI DENGAN BUAT ANAK SAYA HAMIL!"
PLAK!
Eric tersungkur dilantai dengan tamparan keras dari Ayah Eunbin.
Niatnya malam ini Eric ingin kembali meminta restu, tapi sangat disayangkan takdir berkata lain. Eunbin keburu hamil darah dagingnya dan Eric harus menanggung semua resikonya. Ia senang tadinya. Ia pikir dengan begini, Ayah Eunbin akan dengan senang hati langsung menikahkan mereka. Tapi semua itu gak sesuai ekspektasi Eric.
"Gugurkan kandungan kamu Eunbin! Ayah gak mau nama baik keluarga ini hancur gara-gara kamu!"
Eunbin menangis sejadi-jadinya dikaki Ayahnya.
"Om, saya akan bertanggungjawab! Saya akan menikahkan Eunbin secepatnya Om, jangan suruh Eunbin untuk lakuin hal itu!" Eric sangat sakit hati dengarnya. Itu anaknya. Dia gak mau sampai kehilangan darah dagingnya sendiri.
"Jangan Ayah... Eunbin mohon jangan! Biarin Eunbin rawat anak ini... Eunbin mohon!" Eunbin masih setia memeluk kaki Ayahnya.
Kelewat murka, Ayahnya malah menghempaskan kakinya dan mendorong Eunbin dengan kasar.
"Rawat anak itu! Dan jangan pernah anggap saya sebagai Ayah kamu lagi!"
"EUNBIN!"
Eric buru-buru menghampiri Eunbin yang tersungkur lemas. Tepat saat pria tua itu pergi dengan mobilnya, Eric melihat jelas ada darah yang keluar yang mengalir dari kaki Eunbin.
"Eunbin? Eric?"
Eric yang masih Shock langsung menoleh, ada Siyeon diambang pintu sambil menenteng totebag ditangannya. Niatnya malam ini Siyeon ingin mengembalikan charger laptop Eunbin yang ia pinjam kemarin. Tapi beda cerita saat melihat Eric dan Eunbin yang terlihat kacau.
"Siyeon, tolongin gue Yeon! Tolongin gue!" Ucap Eric panik.
"JENO CEPETAN MASUK TOLONGIN ERIC!" Teriak Siyeon pada Jeno yang masih memarkirkan mobilnya sebelum akhirnya mereka membawa Eunbin kerumah sakit terdekat.
Diperjalanan, Siyeon melihat Eric dikursi penumpang belakang dengan banjir airmata. Siyeon jadi takut, kadang having sex yang mereka lakuin diluar pernikahan, gak selalu berakhir menyenangkan. Bahkan bisa jadi bumerang sendiri untuk mereka.
Mata Siyeon melirik Jeno yang lagi fokus nyetir dengan sedikit panik. Ingatannya kembali pada malam mereka bersama. Kalau saja Jeno gak memintanya untuk menikahinya saat itu juga, Siyeon gak tau lagi gimana jadinya dia dengan nasib kodratnya sebagai perempuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
'TOUCHING' ▪ Jeno x Siyeon ⚠️ ft. 00L ✔
Roman pour AdolescentsKenakalan Remaja, having sex yang mereka lakuin diluar pernikahan, dan lainnya gak selalu berakhir menyenangkan. Bahkan bisa jadi bumerang sendiri untuk mereka.
