Siyeon menatap nanar benda kecil putih ditangannya.
Dirinya tersenyum lirih dipantulan kaca wastafel kampus, lega tentunya. Siyeon yang masih berumur 19 tahun ini benar gak ngerti sama sekali tentang bagaimana dan kapan janin bisa tumbuh diperutnya.
Siyeon takut. Sangat takut. Mau konsultasi dengan dokterpun dia malu. Siyeon wanita yang bahkan gak pernah keluar malam lebih dari jam 9 dan hanya punya Jeno sebagai orang yang selalu nemanin dia. Jadi bisa dibayangkan betapa memalukan kalau orang terdekatnya tau dia sebejat apa akhir-akhir ini.
Nggak, dia bahkan gak nyeritain ini ke Irene selaku Mamahnya yang rajin dengerin keluh kesah dia tentang kuliah maupun curhatan cowok. Dia gak bisa ngebayangin gimana murkanya orang yang biasa lembut seperti Mamah dan Ayahnya itu tau-tau marah.
Kejadian malam itu tepat malam Sabtu, dimana sebagian anak FK merayakan keberhasilan mereka ngadain organisasi yang wajib diadakan setiap tahun baru, dengan pesta minum disebuah Ballroom Hotel Private yang sudah disediain panitia organisasi. Hyunjin yang sebenernya anak FEB cuma niat nemenin Siyeon karena dia gak mungkin biarin anak itu sendirian.
Namanya Siyeon anak yang gak pernah ngerasain minum alkohol, langsung gak kuat sama rasa pusingnya. Omongannya juga mulai ngaco. Begitu juga dengan Hyunjin, ia lupa kalo dia cowok yang gak kuat minum tapi malah ikutan minum. Sedangkan mereka cuma berdua, gak ada yang benar-benar dikenal untuk mantau mereka atau menggiring mereka pulang karena yang lainnya juga tepar.
Paginya Siyeon kaget lihat badannya yang udah gak berpakaian samasekali dengan bercak merah disekitar lehernya. Sedangkan Hyunjin masih tertidur disampingnya. Dikamar dari Hotel tersebut. Seranjang.
Siyeon gak bisa mastiin jelas semalam mereka ngapain. Yang pasti, Siyeon segera pakai pakaiannya dan lari keluar dari hotel tersebut. Dengan muka acak-acakan nahan tangis.
"Huufft..." Siyeon harus tenang. Bahkan kejadian itu udah berlalu tiga bulan, yang pastinya ia sudah dipastikan gak akan hamil. Persetan dengan apa yang ia lakuin sama Hyunjin malam itu. Intinya, dia gak hamil.
Hal itulah yang membuat Siyeon depresi. Ia bahkan sudah mencoba berbagai macam hal dengan banyak makan nanas, merokok, minum atau apapun yang gak bakal bikin dia hamil. Dia benar-benar gak tau harus apa.
"Siyeon, maafin gue. Gue bakal bertanggungjawab atas semuanya."
Ucapan terakhir Hyunjin sebelum Siyeon mutusin buat akhirin hubungannya. Telat, menurutnya. Siyeon sudah kepalang kecewa melihat Hyunjin dan Ryujin Dinner bersama disebuah restoran sambil pegangan tangan.
.
Ericsy Cafe.
Eric tersenyum sinis pada Hyunjin. "Baru pengen gua bonyokin, udah lo duluan Jen."
"Udah-udah napa sih biarin Hyunjin jelasin dulu!" Kata Jaemin dengan kesal.
Sekarang tepat pukul Delapan malam. Sesuai intruksi Jeno, semua ngumpul. Minus cewek-cewek.
Jeno gak mau ngelibatin cewek didiskusi kali ini. Biar jadi masalah cowok aja karena apa yang sudah dilakuin Hyunjin, sama sekali mencoreng nama baik mereka juga. Jeno akui dia pria Brengsek. Tapi apa yang dilakuin Hyunjin, benar-benar gak bisa dia maafin.
Karena ini menyangkut Siyeon, Gladys Siyeon. Wanitanya yang sampai saat ini masih sangat ia cintai.
Dia juga gak mau bikin Siyeon maupun Ryujin tambah sakit hati kalau ini dibahas depan mereka.
"Jadi gimana? Maaf kali ini gua gak mau ngebela lu dulu, karena Jeno marah kayak gini pasti punya alasan kuat." Ucap Felix.
Hyunjin menatap dulu semua temannya, "Gue jadiin Ryujin bahan tarohan buat dapetin Maserati nya Bomin. Dengan syarat berhasil dapetin Ryujin."
KAMU SEDANG MEMBACA
'TOUCHING' ▪ Jeno x Siyeon ⚠️ ft. 00L ✔
Teen FictionKenakalan Remaja, having sex yang mereka lakuin diluar pernikahan, dan lainnya gak selalu berakhir menyenangkan. Bahkan bisa jadi bumerang sendiri untuk mereka.
