Pergi

1.1K 122 25
                                    

Di kamar Livya.

Aku sedang melihat-lihat sketchbooknya. Livya punya banyak sketchbook dan hampir semua halaman telah terisi oleh karyanya.

"Aku bosen, nih," ujarku. "Ajarin gambar, dong? Atau ngapain gitu?"

Dia menghentikan sesi pewarnaannya dan melirikku. Pandangannya tertuju pada jam tanganku.

"Aku menemukan pulpen aneh di tempat biasa kita bermain dulu kemarin," dia angkat bicara. Aku antusias. Benda kesukaanku adalah pulpen.

"Mana, mana? Coba lihat!" aku mendesaknya.

Livya membuka ranselnya dan mengangkat pulpen berwarna hijau toska itu.

"Wow. Warna favoritku pula! Buat aku, dong!" aku mendekatinya.

"Eh, nanti dulu. Ini pulpen sakti," wajahnya seperti orang yang sedang bercanda. Keseriusan matanya tidak seserius ekspresi.

"Bohong. Coba sini," aku merebut pulpen itu dan mencoba menulisnya di sketchbook.

CHEESE PIZZA.

Tintanya berwarna hitam kebiru-biruan.

"Kalau masih lapar, bilang," ejeknya.

Seketika, di hadapanku ada sepotong cheese pizza! Bagaimana bisa?

"Eh! Benar katamu!"
"A-Apa? Padahal aku bercanda doang, loh!"
"Buat aku, ya?"
"Buat aku!"
"Ya elah,"
"Haha, iya. Aku gak suka hijau toska. kalau merah sudah kuembat," dia menutup perdebatan.

"Hehe. Kamu mau pesan apa?" aku sedikit menyombongkan pulpen baruku di hadapannya.

"Pulpen baru bangga banget," dia kesal. "Poster Hatsune Miku, dong!" aku menulisnya.

Di hadapannya terdapat segulung kertas. Saat dibentangkan, benar! Poster Hatsune Miku!

"Gila, tuh, pulpen! Ngebantu kamu banget di sana nanti, nih, pasti!" Livya terkagum-kagum.

"Widih, jelas," aku tertawa, menghabiskan pizza itu, dan memasukkan pulpen itu ke ranselku. "Enak, nih. BTW, ayo, tidur!

"Ayo, good night yang mau ke Malaysia besok!" ucap Livya sembari mematikan lampu dan menarik selimut.

"Good night juga buat pribumi!"

*****

Fajar menyingsing. Kicauan burung menyambutnya merdu. Embun perlahan menetes dari ujung daun. Aku bangun karena mencium tanah basah bekas hujan. Mengingatkanku pada insiden dua hari lalu.

Semalam, aku bermimpi. Mimpinya sangat singkat, dan sangat aneh. Di dalam mimpi itu, aku sedang dikejar oleh hantu! Tapi, mungkin hantu itu tuyul. Aneh, kepalanya berbentuk kubus dan berwarna hijau. Ada dua antena di kepalanya seperti semut. Dan dia bersama temannya. Temannya bukan tuyul juga. Seperti tuyul tudung saji tak berkaki, berwarna ungu!

"Hahaha...," Livya tertawa. "Emang ada spesies begitu? Halu banget kamu,"

"Aku serius," aku mendengus kesal.

"Lupain aja. Sekarang kamu mandi, siap-siap, dan sarapan. Pesawatmu jam 8, nih,"

"Memangnya sekarang jam berapa?" tanyaku.

Surat Kecil dari Pulau Rintis (BoBoiBoy) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang