Aku duduk di dekat jendela. Tepat di sayapnya. Aku pandangi daratan berisi orang-orang yang sedang berlalu-lalang. Namun, aku tidak bisa melihat di mana Bundaku berada. Apa dia baik-baik saja? Apa dia sudah makan? Apa dia sendirian?
Baru satu jam aku terbang. Aku sudah rindu memijakkan kaki di tanah air tercinta. Meninggalkan penghuni rumah dan sekolah. Bunda, Dian, Qiswa, Livya, Rita. Yang kuinginkan, semoga mereka bahagia dan aman. Tidak merasa lapar dan sendirian. Dan tidak mengkhawatirkan aku yang sedang mau merantau ke negeri orang.
Kuperhatikan pesawat. Mayoritas adalah orang yang berusia 20 tahun ke atas. Sedangkan aku? Aku baru 14 tahun dan sama sekali tidak tahu apa-apa tentang Malaysia.
"Dik,"
aku tersontak. Menoleh ke arah samping. Oh, hanya kakek-kakek.
"Ya, kenapa?" aku membetulkan posisi badanku. Mempertajam indera pendengaran, sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu.
"Nak ke mana?" tanyanya.
"Ke Malaysia, Kek," jawabanku membuat kakek itu kaget.
"Orang Indonesia, ye, kau ni?" tanyanya. Bahasa melayu, mungkin?
"Iya, Kek. Ada apa?"
"Siape kau ni? Kenape kau diperizinkan untuk ke Malaya?"
"Eh... Em... Entah," aku menjawab seperti itu karena aku tidak tahu bahasanya.
Tampang kakek-kakek ini... Memakai peci putih. Kacamata kotak. Kemeja biru. Celana biru dongker. Dan sepatu putih. Lumayan stylish juga. Sepertinya orang kaya.
"Kau ade urusan ape kat Malaya?"
"A... Aku disuruh ke sini oleh Bundaku. Aku tidak tahu mengapa,"
"Berape umur kau?"
"14,"
"Masih sekolah?"
"M... Masih... Mungkin,"
"Sepertinye kau ni masih bingung,"Aku terkekeh.
"Kakek dari mana? Mau ke Malaysia juga, ya?"
"Atok dari negri kau. Nak beli koko. Sedap-sedap koko dari Indonesia tu,"
"Kakek beli cokelat doang? Ngapain aja di sana?"
"Atok cuba nasi padang dan martabak manis. Mantap betul! Sampai atok bawa lima bungkus untuk cinderamata,"
"Wuih, banyak bener! Kakek sendiri yang makan?"
"Takla. Atok beri pada cucu atok dan kawan-kawannya,"
"Oh, Kakek punya cucu...,"
"Ha. Anggaplah Atok ni Atok kau. Kau bisa tinggal kat rumah Atok dan membantu Atok berjualan. Nak?"
"Wah! Seriusan, Kek?"
"Ya, duarius. Tapi, panggil Atok je, jangan Kakek. Sesampainya di sana kau akan jadi orang Malaya la tu,"Aku dan Atok itu tertawa. Aku semakin suka dengan orang Malaysia. Ramah! Bisa kalian baca sendiri, 'kan, dialogku dengannya?
Dari detik itu hingga ingin mendarat di Kuala Lumpur, aku masih mengobrol dengan Kakek itu. Eh-- Atok. Mengobrol tentang kehidupan Atok menjaga kedai cokelat, kehidupanku di rumah, kehidupanku di sekolah, tentang Nyimas dan Rita, juga tentang masalahku. Oh... Sepertinya tadi dia membicarakan tentang cucunya yang bernama...
AUTHOR POV
JDAR !!!
NET. NET. NET. NET.
"Semuanya, harap tenang! Pakai pelampung dan oksigen."
"Ke-kenapa, nih?"
"Ada ledakan di bagian belakang! Pegangan! Kita akan jatuh!"
"A-apa?!" Imelda memejamkan mata dan menenggelamkan wajahnya pada lengan Atok.BoBoiBoy Kuasa Tiga!
*****
Assalamualaikum.
Hai, Semua! Apa kabar? :D
Udah tiga episod yang kalian baca, nih~
Jangan lupa vote dan comment sebanyak-banyaknya, ya! Aku butuh kritik dan saran dari kalian~
Maaf bila ada typo dan kesalahan menulis lainnya 😊
Semoga terhibur! 🤗☺️
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Kecil dari Pulau Rintis (BoBoiBoy) ✔️
FantasiaStory of BoBoiBoy X Imelda ✨ Season 1. Previous Story: - Next Story: Surat Kecil dari Pulau Rintis (BoBoiBoy) Season 2. Fan art by: @momo.izuka ✨ Edited by: @gadistujuhwarna 🔥 Read now! 🎵🌀 ***** "Tapi, Bunda..." "Gak ada tapi-tapi. Berangkat dan...